Sabtu, 09 September 2017

TEH TALUA DI PENDAKIAN

Orang Pariaman yang bepergian keluar daerahnya, pada umumnya bagi laki-laki yang biasa minum di kedai kopi (minum), selalu akan mencari tahu adakah kedai orang Piaman terdekat dari tempat mereka menginap.



SUASANA MALAM JALAN PENDAKIAN KOTA BENGKULU


Tidak jauh dari rumah tempatku menginap. Dapat dicapai dengan berjalan kaki. Malam selepas sholat Isya, berdua kami menuju Jalan Pendakian. Jalan kecil yang terletak bersisian dengan Pasar Kampung, tepatnya bertumbuk nantinya ke Monumen Thomass Parr, pusat Kota Lama Kota Bengkulu.

Baik siang atau pun malam, Jalan Pendakian tidaklah merupakan jalan yang ramai dilalui kendaraan, meskipun merupakan jalan lintasan dari kawasan pasar dan benteng Fort Marlborough ke arah pantai di Malabro. Panjang ruas jalan pun tidaklah terlalu panjang. Karena jarak pusat keramaian dengan pantai sangatlah dekat.

Waktu siang saja tidak ramai. Apalagi pada malam hari nyaris Jalan Pendakian tak ada kehidupan. Andaikan tak ada sebuah kedai minum yang buka hingga larut malam, sudah dipastikan benar-benar jalan ini menjadi satu lorong kota yang menakutkan.


TEH TALUA


Untunglah ada sebuah kedai minum. Kedai minum seperti ini, kedai-kedai yang serupa terdapat di daerah Pariaman jika malam hari. Dimana para lelaki minum dan menghota sampai larut. Sebuah ruang public untuk saling berkomunikasi dan bersantai. Yang datang silih berganti umumnya adalah mereka yang sudah saling mengenal. Padahal tidak tertutup untuk menerima pengunjung baru.

Tahun 2013 silam, aku sudah pernah dibawa saudaraku untuk minum di kedai ini. Waktunya tetap sama, selepas sholat Isya, karena masih belum ingin untuk tidur. Bagi saudaraku tempat dan pemilik kedai tidaklah asing baginya. Sudah saling mengenal. Karena dia pernah menetap di kota ini. Kedai ini merupakan salah satu tempatnya berhabis waktu sebelum tidur.

Beberapakali menikmati minum di sini, aku selalu duduk di bahagian luar kedai. Maksudnya di meja-meja yang diletakkan di bahagian teras depan. Teras depan ini merupakan rangkaian jalan pejalan kaki di depan kedai dulunya. Tak lebih hanya seluas 2 meter. Konsep bangunan lama pada umumnya di kawasan pecinan lama. Bangunan kedai terdiri, tempat berjualan di bahagian bawah dan di tingkat atas tempat tinggal (rumah) pemilik. Sekarang dikenal dengan istilah Ruko (Rumah Toko).

Tidak ada penerangan kala malam di Jalan Pendakian. Jalan tidak gelap. Hanya mengandalkan biasan cahaya lampu dari bangunan kiri kanan jalan. Hanya satu ini saja kedai yang buka di malam hari. Suasananya sangat tenang. Untuk penyuka duduk bersantai tanpa hiruk pikuk kendaraan memang inilah tempatnya, salah satu alternative bila berada di Kota Bengkulu.

Aku memang tidaklah seorang yang gemar minum teh talua, minuman khas laki-laki Piaman. Tetapi aku bukan berarti tidak menyukainya. Mendapatkan rasa teh talua yang “lamak” atau maksudnya enak tidaklah mudah. Apalagi berada di rantau orang. Setiap datang ke sini, ke kedai minuman ini, aku tidak memilih minumanku biasanya, kopi yang hangat tapi memesan teh talua. Karena di kedai ini memang menyediakan minuman itu.
Kedatangan kali ini ke kedai minum di Pendakian ini, walau pun meja-meja di emperan tak sepenuhnya terisi pengunjung, aku memilih untuk duduk di dalam kedai. Pada kedatangan sebelumnya kami hanya duduk di bahagian meja emperan. Belum pernah duduk di bahagian dalam.



GAMBAR OBJEK TEMPOE DOELOE BENGKULU
TERGANTUNG DI DINDING KEDAI


Tahulah aku bahwa kedai ini patut diapresiasi. Di dinding dalam kedai tergantung reproduksi foto-foto Bengkulu zaman dulu. Jumlahnya tidak banyak. Hanya beberapa buah saja. Kesediaan pemilik kedai untuk memasang demikian itu saja, sudah luarbiasa. Tidak banyak tempat bersantai di Kota Bengkulu yang melihat “pemajangan” gambar lama adalah suatu daya tarik.

Reproduksi gambar lama itu, tampaknya sudah lama. Bingkainya pun seadanya dan lapisan pengamannya tidaklah kaca. Sehingga tertimpa cahaya lampu, terlihat ada pantulan.

Objek gambar yang dipasang di dinding sebagai penghias itu, kawasan pelabuhan boom. Dulunya berada di laut depan Benteng Fort Marlborough. Kini sudah tak ditemukan lagi. Karena kawasan ini sudah mendangkal dan ditimbun, lalu dibangun pemerintah sebagai fasilitas ruang terbuka.

Objek Monumen Thomass Parr, entah tahun berapa direkam foto. Sudut-sudut benteng Fort Marlborough. Yang uniknya dan dapat masih dikenali ada satu foto terpajang ialah foto lama Jalan Pendakian. Tampaknya diambil dari ketinggian Jalan Pendakian di bahagian seberang Pasar Kampung, tepatnya dari sudut Masjid Al-Muttaqien saat ini (*) copyright: abrar khairul ikhirma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar