Jumat, 31 Mei 2013

Kucing Betina Plaza


MALAM itu ia mengeong, turun naik tangga arah ke timur bangunan tiga tingkat itu. Yang dipanggilnya seekor tersisa dari 3 ekor anaknya. 2 ekor tak ditemukannya lagi beberapa hari ini. Sebab 1 ekor, diambil seorang ibu untuk dibawa pulang. Anak perempuannya menangis-nangis minta diambilkan anak kucing itu, tatkala sedang asyik bermain diantara pajangan toko-toko siang hari. Satu lagi mati sepertinya terjepit kendaan dan bangkainya ada yang membuang ke sungai dekat jembatan di samping plaza

KUCING itu kucing betina. Bulunya sudah kumal. Tubuhnya mengurus. Ia kesulitan mendapatkan makanan. Padahal masa-masa selesai melahirkan dan masih harus menyusui. Dialah satu-satunya kucing yang bertahan di bangunan plaza. Terasing. Hidup seperti tanpa kehidupan. Plaza yang di lantai dasarnya saja terisi pertokoannya. 2 lantai di atas boleh dikata kosong. Mayoritas pertokoan di lantai dasar menjual pakaian dan asesoris wanita, toko mas dan sebuah studio foto, berikut toko caset di bagian paling ujung.

PLAZA itu masih termasuk kawasan pasar. Tampaknya, kucing betina merasa enggan untuk mengais makanan sampai ke pasar yang hanya berjarak beberapa meter itu. Bukan kawasannya. Hanya mengharapkan makanan sisa dari pemilik dan pengunjung toko setiap hari. Itu pun kalau memang ada. Kenyataannya, Itu pun jarang terjadi. Pemilik toko makan siangnya pergi jauh keluar. Sementara pegawai tokonya sendiri, umumnya wanita muda, paling banyak hanya suka ngemil. Santap makan makanan ringan. Kalau pun ada yang bawa ransum dari rumah, itupun hanya sedikit saja. Mereka lebih senang makan di rumah atau mampir sebelum pulang di warung-warung makanan sebagai ganti makan malam.

KUCING itu lebih sering kelaparan. Kini ia teramat lapar. Setelah kelelahan mengeong memanggil anaknya, ia duduk dengan pandangan sedih di salah satu lorong pertokoan yang sudah tutup. Matanya berkilat saat menoleh ke sebuah lampu yang tersisa paling sudut. Percik bening tersangkut di pelupuknya. Hari sudah sangat malam…. Sangat sunyi. Plaza itu sudah sepi. Seperti juga sepi sebelumnya. Bertahun. Sepi. Tak ada yang hirau. Apalagi kota dimana plaza itu ada. Setelah melepas lelah sejenak, kucing betina kembali mengulang seperti semula.

CUKUP lama…. Akhirnya ia menemukan anaknya kembali. Masih ada. Masih belum hilang. Belum mati. Ia masih hidup. Kucing betina itu turun dari lantai 2 ke lantai dasar beriringan. Kemudian terus berjalan berdampingan memasuki lorong yang nyaris tanpa penerang, menuju ujung bagian barat plaza. Malam itu….

[abrar khairul ikhirma, plaza, 31 mei 2013]