Selasa, 26 September 2017

KE RUMAH BUNG KARNO

Rumah tua yang tak terlalu besar. Tapi menyimpan jalan sejarah bagi Bung Karno dan bangsa Indonesia menjelang Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, 1938-1942. Tokoh Sang Proklamator mendiami rumah ini, selama masa “pengasingan” oleh penjajah yang berkuasa.




Tahun 2013 lalu aku sudah pernah mengunjungi Rumah Bung Karno, yang terletak di Anggut, Kota Bengkulu. Pada kedatanganku di Bengkulu tahun 2017 ini, aku kembali menyempatkan diri untuk singgah. Setelah seperti biasanya aku setiap hari selama berada di Kota Bengkulu berkeliling menikmati suasana kota dari kota daerah perkebunan sejak masa lalu.

Aku tidaklah sebagaimana banyak orang mengagumi Bung Karno. Aku hanya satu diantara bangsa Indonesia yang selama ini menikmati kemerdekaan negaraku, menghormati Sang Proklamator yang telah berjasa banyak untuk banyak orang dikemudian harinya.




Tidak pun Bung Karno menyerukan untuk jangan melupakan sejarah, menghormati jasa para pahlawan, menurutku, mengingat dan menghormati jasa orang adalah penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanpa hal semacam itu, kita tak pernah akan peduli kepada hal-hal diluar diri kita. Sebab kita sendiri tak pernah sadar, tanpa pengorbanan dan jasa para pendahulu, kita belum tentu menghirup udara kemerdekaan.

Menjelang waktu siang, dari Simpang Lima, aku memasuki Jalan Soekarno-Hatta di kawasan Anggut, dalam Kota Bengkulu. Kawasan Anggut dikenali juga sebagai kawasan dari Persada Bung Karno. Di Anggut selain Rumah Bung Karno juga terdapat beberapa jejak sejarah. Salahsatunya Makam Inggris. Makam tua orang-orang Inggris semasa Bengkulu diduduki colonial Inggris.

Kini terlihat di sepanjang sisi jalan yang terletak di depan Rumah Bung Karno, sudah ramai kedai berjualan cenderamata. Tampaknya dimasa mendatang kawasan ini jika berkembang, akan menjadi kawasan yang bersinergi. Antara bangunan rumah bersejarah dengan kawasan cenderamata bagi setiap mereka yang berkunjung ke Kota Bengkulu.




Rumah Bung Karno memiliki halaman depan yang luas. Begitu juga halaman belakang yang lapang. Seperti rumah-rumah di masa dahulu dibangun untuk kenyamanan dan ketentraman. Di rumah ini sejumlah barang-barang peninggalan Bung Karno disimpan. Termasuk juga sejumlah kostum atau pakaian untuk bermain drama. Dimana Bung Karno selama di Bengkulu mendirikan kelompok drama.

Sebelum rumah ini akhirnya dijadikan sebagai cagar budaya oleh pemerintah, banyak masyarakat mengenal sumurnya di Rumah Bung Karno, sebagai sumur yang angker. Ada juga disebut air sumurnya dapat menyembuhkan penyakit. Yang jelas banyak orang tak berani untuk datang atau pun mengambil air dari sumur tua di belakang Rumah Bung Karno. Sayang sumur ini direnovasi, sehingga “kesan lama” menjadi hilang (*) copyright: abrar khairul ikhirma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar