Rabu, 06 September 2017

LEGENDA BAND PEMDA PARIAMAN

Mungkin inilah group band satu-satunya milik Pemerintah Daerah (Pemda) yang pernah bertahan dan berkibar 10 tahun. Sukses mendapat tempat di hati masyarakat. Terbukti di zamannya ampuh menggelorakan semangat pembangunan oleh Bupati Anas Malik.




Aku sudah mulai rajin membuat tulisan dan mengirimkan berita-berita daerah ke suratkabar Harian Singgalang Padang. Di kota kelahiranku namaku dikenal banyak orang sebagai “wartawan cilik.” Menjadi wartawan di zaman belum banyak wartawan dan di sebuah penerbitan salahsatu dari 3 suratkabar terkemuka dari Sumatera Barat.

Hampir 10 tahun masa berkibar “Band Pemda” aku selalu mengikuti pertunjukannya ke berbagai tempat. Menyaksikan bagaimana sambutan masyarakat tidak pernah sepi. Selalu dapat menjadi magnet dalam mengumpulkan orang dari mana-mana. Baik pertunjukan malam atau siang, diluar gedung maupun dalam gedung, selalu istilahnya dimasa itu “membludak.” Kebanjiran penonton.

Anas Malik adalah pemimpin daerah yang diminta masyarakat dan wakil rakyat untuk menjadi Bupati di kampung halamannya. Namanya sedang popular secara nasional. Kepemimpinannya dinilai berani dan tegas saat menjadi Kapendam Jaya di ibukota Jakarta. Hampir semua perantau Minang di Jakarta merasa bangga dengan prestasinya.



TATI COBRA (RINA HASTUTI)
MASKUL DAN AYI FANTASI


Walaupun ibukota Jakarta adalah “ladang” bagi perantau Minang, Anas Malik pernah “memarahi” orang kampungnya sendiri yang tidak tertib berdagang. Disaat pembenahan ketertiban para pedagang kaki lima di Jakarta. Anas Malik di era Orde Baru pun dalam tugasnya “turun” meminta seniman WS Rendra membatalkan pertunjukan teaternya di Taman Ismail Marzuki.

Tidak banyak yang tahu, Bupati Kepala Daerah Kabupaten Padang Pariaman ini adalah seorang tentara yang sangat menyukai seni. Ia mau menikmati pertunjukan seni modern bahkan seni tradisionil sampai berjam-jam lamanya.

Diawal kepemimpinannya, ia langsung akrab dengan pelaku-pelaku seni di Pariaman. Menunjuk Mak Etek Laweh membentuk group band, yang kemudian dikenal sebagai Band Pemda Pariaman. Band ini terasa kuat seiring Bupati Anas Malik meminta kepulangan penyanyi Minang legendaries Tiar Ramon dari rantau untuk ikut “membangun” kampung.



EM YUSDAL SANG DRUMMER "ABADI"


Aku mengenal dekat personil yang memperkuat kehadiran group band ini. Serasa sudah menjadi “badunsanak.” Sebab di balik kesuksesan group band ini, rasa persaudaraan itulah yang mengikat satu sama lain. Tak ada merasa lebih hebat. Juga tak ada merasa direndahkan.

Selain uda Tiar Ramon, ada tiga orang lagi namanya juga sudah popular di blantika music pop Minang yakni uda Anas Ben si “Raja KIM,” bang Udin Barantakan sang pencipta lagu dan vokalis cantik Tati Cobra. Keempat personil tersebut, tidak hanya menyanyi di atas pentas tapi sudah tidak asing lagi masuk “dapur rekaman” industry music casset lagu-lagu pop Minang.

Tak kalah piawainya dari Tiar Ramon, Anas Ben, Udin Barantakan dan Tati Cobra, petikan dawai gitar Chairul Yatim dan Nong Zainal Koto, selalu memukau penonton. Chairul Yatim yang akrab dipanggil dengan Uncu Chairul, tak sekadar menguasai alat music gitar. Dia juga seorang vokalis dengan suaranya yang khas. Lagu favouritenya, “Risaulai.” Jika hari larut malam, ia akan menyanyikan lagu-lagu gamad, dengan istilah lagu “tikam tuo.” Begitu pula dengan Nong Zainal, juga sewaktu-waktu tampil menjadi vokalis dengan lagu-lagu “sweet memory,” diantara hentakan dan pukulan simbel drummer terbaik Em Yusdal.



PENONTON KONSER "REUNION BAND PEMDA PARIAMAN 2016"
DI SIMPANG KAMPUANG CINO -- SIMPANG TABUIK
KOTA PARIAMAN 18 AGUSTUS 2016


Em Yusdal yang dikenal sebagai Da Em, seorang pegawai negeri yang tak dapat dipisahkan dengan dunia music, juga selalu kebagian untuk menjadi vokalis. Termasuk Maskul pemegang keyboard “abadi” juga tampil sebagai vokalis. Lengkapnya. Semua personil Band Pemda adalah artis sekaligus juga pemusik. Bersuara terbaik dalam menyanyi, terampil memainkan alat music.

Atas dorongan Bupati Anas Malik dan berkat dukungan group band inilah penyanyi Tiar Ramon berhasil  mengangkat lagu-lagu bernafaskan Indang Piaman. Menyanyikan ke berbagai acara dan daerah, bahkan menghantarkan lagu tersebut ke dapur rekaman industry music pop Minang. Seni tradisi indang yang sampai saat ini masih tetap bertahan, seiring lagu-lagu popnya yang tetap disukai sampai sekarang.

Tiar Ramon, Anas Ben, Udin Barantakan, Mak Etek Laweh dan Sang Motivator Bupati Anas Malik, tokoh-tokoh terbaik Band Pemda yang juga adalah putra terbaik Piaman, sudah menghadap pada Sang Khali’ meninggalkan jejak legenda yang penuh suri tauladan dan inspiratif bagi semua orang.

Adalah pasangan suami isteri, Em Yusdal dan Rina Hastuti bernama popular Tati Cobra, sampai sekarang tetap menyatukan persaudaraan Band Pemda. Walau pun mereka sudah lama tidak lagi menetap di Kota Pariaman, tetapi secara berkala selalu menemuinya. Katanya, “Bagaimanapun kami mencintai Pariaman. Kampung kami kedua yang telah membuat kami ada menjadi orang.”




Era kepemimpinan Bupati Anas Malik (1980-1990) memang era kebangkitan pembaharuan di Pariaman. Teramat sulit untuk dilupakan, terlalu manis untuk dikenangkan. Em Yusdal dan Tati Cobra serta kawan-kawan personil Band Pemda yang masih ada, akhirnya dapat menyelenggarakan conser reunion. Berkat bantuan simpatisan dan personal.

Malam Band Pemda Reunion, 18 Agustus 2016 ini dipersembahkan mengenang Bupati Anas Malik, Mak Etek Laweh, Tiar Ramon, Anas Ben dan Udin Barantakan di hari peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia, Dimeriahkan oleh artis-artis dan pemusik yang pernah bergabung dengan band legendaries.

BAGI PEMBACA YANG INGIN MENONTON CUPLIKAN BAND PEMDA PARIAMAN REUNION 2016, SILAHKAN TONTON 3 EPISODE VIDEOKLIP, BERJUDUL “REUNI BAND PEMDA PARIAMAN 2016” DI YOUTUBE.

Dihadiri para tokoh-tokoh Pariaman, masyarakat dan Walikota Mukhlis Rahman bersama isteri. Sang Walikota di depan penonton menyatakan, betapa bangga dan berkesan, saat pesta pernikahannya dulu, jauh sebelum menjadi Walikota, dihibur Band Pemda yang sedang Berjaya di pentas music Sumatera Barat (*) copyright: abrar khairul ikhirma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar