Senin, 18 September 2017

BERJUMPA PENULIS NEGERI MELAKA

Suatu keberuntungan, aku dapat diberi kesempatan hadir saat para penulis Melaka yang tergabung dalam Penama (Persatuan Penulis Negeri Melaka), melaksanakan Mensyuarat Khas, di daerah kawasan Bukit Katil.




Kedatanganku ke Melaka, turutserta berpartisipasi memeriahkan Malam Puisi Sungai Melaka bersempena Festival Antar Bangsa Sungai Melaka 2016. Suatu kegiatan yang telah diselenggarakan dari tahun ke tahun.

Sebelum kedatangan ke Melaka, aku telah mengetahui kegiatan Penama dengan Festival Sungai Melaka, melalui sejumlah postingan fb Lily Siti Multatuliana. Mungkin karena berkait dengan Sungai Melaka, aku merasa tertarik. Sungai Melaka merupakan sebuah alur sungai yang memiliki sejarahnya. Sungai tersebut menjadi daya tarik para wisatawan. Lalu kegiatan kesastraan dikaitkan dengan dunia pelancongan patut diapresiasi.

Sebab, pabila dunia pariwisata benar-benar dilaksanakan di suatu tempat dengan konsep yang baik, pastilah ada kesinergian antara objek, peristiwa, social dan budaya, dengan pertumbuhan perekonomian. Dalam dunia budaya dan seni, berkait ekonomi selalu saja mendatangkan soal. Karena dipahami kehadiran bentuk-bentuk seni hanyalah sebagai kegiatan hiburan. Tidak untuk pencapaian kreatifitas di dalam sudut pandang seni kreatif dan penciptaan seniman.



TANDA TANGAN PADA BUKU PUISI ITU KIRANYA PENTING


Aku diberitahu bu Lily Siti Multatuliana bahwa akan ada kegiatan acara Penama berkaitan Festival Antar Bangsa Sungai Melaka 2016. Aku tertarik untuk dapat menghadirinya, karena ingin pula mengetahui bagaimana kegiatan kesastraan yang berlangsung di Melaka.

Karena bu Lily yang menetap selama 11 tahun di Melaka itu, sudah lama “bersekutu” dengan Penama, menyampaikan bahwa aku ingin hadir dalam acara mereka. Maka selepas mengikuti acara Temu Penyair Asean 2016 di Kuala Lumpur, aku pun datang ke Melaka.

Sebelum acara Malam Puisi Sungai Melaka 2016, yang diadakan di Dataran Restoran Melayu, tepian Sungai Melaka. Teman-teman Penama terlebih dahulu mengadakan rapat khusus atau mensyuarat khas pada malam tanggal 17 September 2016, bertempat di Dewan Datuk Demang Husin, Bukit Katil, dalam Kompleks Japerun Bukit Baru.



"HANG TIKAM TUAH KENANG" DI TANGAN PENAMA


Aku diajak bu Lily menemaninya, dimana teman-teman Penama akan menyiapkan acara, yang akan dilaksanakan pada malam tanggal 18 September 2016 esoknya. Sekalian untuk silaturahmi dengan teman-teman Penama, katanya.

Ramai juga yang hadir malam itu. Aku kesulitan untuk dengan cepat menghafal nama orang yang baru kutemui satu persatu. Karenanya aku lebih banyak hanya mengikuti suasana saja. Senang juga mendengar langgam bicara Melayu masing-masingnya. Aku tidak memperhatikan isi dari suatu topic yang dibicarakan, aku lebih senang mendengar langgamnya bicara.

Malam mensyuarat lebih awal sudah hadir Datin Wira Halimah binti Baba, isteri Datuk Othman Mohamad. Selain menjadi Ketua I Penama, Datuk Othman Mohamad jugalah seorang Adun (Ketua DPRD kalau di Indonesia) Melaka. Datuk Othman Mohamad sendiri datang belakangan, setelah acara rapat berlangsung. Beliau menanyakan kesiapan acara untuk esoknya.



BUKU KUMPULAN PUISI "HANG TIKAM TUANG KENANG"
DI TANGAN DATIN WIRA HALIMAH BINTI BABA
LILY SITI MULTATULIANA DAN AKU


Malam itu bu Lily sambil mengenalkanku pada teman-temannya, juga membawa beberapa eksemplar dari buku puisiku, “Hang Tikam Tuah Kenang.” Ternyata ramai juga yang meminatinya.

Seorang penulis wanita mengenalkan namanya Latty Latisa. Namaku ia kenal melalui dunia media social. Ia menghadiahkanku sebuah buku tebal. Buku antologi bersama yang semula aku mengira buku yang menghimpun karya-karyanya sendiri. Ternyata esoknya saat aku mencoba membalik-baliknya, tahulah merupakan buku Antologi Puisi & Cerpen dari sejumlah penulis. Judulnya, Untukmu Ibu, terbitan Pena Padu Press, Kuala Sungai Baru, Melaka, 2016.

Selain termuat puisi Latty Latisa, diantara nama-nama yang belum kukenali, aku terbaca nama Shirley Idris. Dalam buku ini termuat puisinya sebanyak 5 judul puisi. Shirley kabarnya adalah orang Melaka tapi hidup di Pulau Penang di Utara Malaysia. Aku sudah pernah berjumpa dengannya sewaktu tahun 2014 menghadiri Anugerah Puisi Dunia Numera 2014 di Kuala Lumpur. Shirley bersama Teratai Abadi menanti kedatangan peserta di LCCT (KliA2).




Dalam buku yang sama, aku juga menemukan nama Norhashimah Ahmad CMA sebagai penulis puisi. Hanya kenal nama. Salah seorang penulis Malaysia yang minta berteman dengan akun fesbookku.
 
Seusai acara mensyuarat, ternyata sama juga seperti yang selalu kami lakukan semasa berkesenian di Padang dulunya. Yaitu pergi ke suatu kedai untuk makan minum bersama. Di Penama, rupanya suasana kekeluargaan ini terbangun dengan baik. Malam itu dari dalam gedung tempat rapat dilaksanakan, semua berjalan keluar menuju kedai yang berada di halaman depan gedung .

Setelah kembali ke tanah air, setelah waktu berlalu, barulah aku mengenali nama beberapa diantara yang berhimpun dalam Penama. Dimana kami pernah berjumpa sewaktu Mensyuarat Khas Penama dan di acara Malam Puisi Sungai Melaka 2016. Kami menjalin hubungan melalui pertemanan fesbook.

Aku baru tahu momen foto pembaca puisi yang kupotret di pentas Malam Puisi Sungai Melaka 2016 adalah orang yang sama memimpin awal Mensyuarat Khas di Dewan Datuk Demang Husin, Bukit Katil malam sebelumnya. Nama akunnya Muhammad Musip.



PENAMA MENSYUARAT KHAS, 17 SEPTEMBER 2016


Lalu yang bersuara bagus dan merdu kudengar bernyanyi di pentas, ternyata orang yang sama mengantarkan kami pulang dengan keretanya seusai mensyuarat. Namanya cukup indah bagiku, Noorhafizah Badalehshah.

Yang bertindak sebagai stage-manager pertunjukan, yang sibuk mengatur keberlangsungan acara, kiranya namanya Mohamad Isa Makroof. Rupanya mengikuti postingan-postingan akun fesbooknya, ia bergiat di dalam dunia seni pertunjukan drama. Satu dunia yang menarik juga untuk ditelusuri, selain dunia kepenulisan. Tampaknya kegiatan seni pertunjukan drama di Melaka, memiliki kehidupannya pula.

Begitu juga Amir Ise tampaknya dia orang yang suka beraktifitas. Pada saat seusai mesyuarat khas, ia dapat mencairkan suasana. Mudah mengakrabkan diri. Termasuk pada esoknya, di acara Malam Puisi Sungai Melaka, Amir Ise kebagian acting dalam rangkaian sketsa. Semacam pertunjukan penyegar diantara mata acara yang serius.



BERCAKAP-CAKAP SELEPAS MENSYUARAT KHAS PENAMA
BERSAMA KETUA I PENAMA, DATUK OTHMAN MOHAMAD
ADUN MELAKA


Karena waktu yang singkat dan sekejap itu, tentu aku tidak memiliki catatan-catatan lebih banyak terhadap kehidupan berkesenian, terutama dalam hal sastra di Melaka. Termasuk karya-karya yang dianggap puncak sastranya maupun para penulis-penulis terkemukanya.

Tetapi selintas aku dapat mengatakan, Penama ingin tetap menjaga keberlangsungan Malam Puisi bersempena Festival Antar Bangsa Sungai Melaka dari tahun ke tahun. Walau pun masih dalam batasan memunculkan pembaca puisi local, ke depannya sepertinya Penama tentu akan memberi peluang bagi pembaca-pembaca puisi dari luar Negara.

Secara momentum dan keterkaitan lokasi acara, sudah tidak diragukan lagi. Sudah memiliki titik yang akan menjadi perhatian banyak orang dan dari kalangan dunia sastra. Nama Melaka pun tidak dapat dilepaskan dari jalan sejarah masa lalu di nusantara. Suatu hal tidak mungkin tidak popular. Melaka sendiri namanya sudah keberuntungan. Apalagi di atas keberuntungan itu, kesastraan dapat diwarnai dengan peristiwa sastra. Tergantung kepada Penama (*) copyright: abrar khairul ikhirma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar