Senin, 19 Desember 2016

SINGGAH DI ISTANO BASA PAGARUYUANG BATUSANGKAR

Lama juga tak singgah ke Istano Pagaruyuang. Walaupun ada beberapa kali datang ke Kota Batusangkar. Terakhir datang ke sini, saat pembangunan ulang barusaja dimulai, sesudah kebakaran hebat meluluh-lantakkan istana yang tersambar petir. Dalam perjalanan dari Kota Sawahlunto via Padang Gantiang, hendak menuju “kampungku” Sungayang, aku pun memutuskan untuk singgah di Istano Pagaruyuang walaupun hari sudah semakin petang.




Setelah membeli selembar tiket masuk seharga Rp.7000, aku memasuki lokasi Istano Pagaruyuang. Terlihat tidak ramai pengunjung, karena kedatanganku sudah di petang hari, pun tidak merupakan hari libur. Kesan luas dari hamparan pekarangan halaman Istano langsung menyambut kedatanganku. Jalan yang terbuat dari batu sungai dipasang serapi mungkin. Undakan anak tangga pun tidak terlalu tinggi.

Selain diriku, rupanya masih ada juga pengunjung lainnya yang juga baru datang. Tampaknya rombongan keluarga dari luar daerah. Aku tidak langsung menuju ke bangunan Istano tapi menikmati suasana pekarangannya hingga sampai ke bangunan Rangkiang Sitinjau Lawuik, terletak di sisi halaman sebelah kiri dari Istano.




Aku menemukan di depan rangkiang, kini sudah ada patung “Si Binuang.” Si Binuang adalah seekor kerbau sakti. Dalam kedua telinga bersarang lebah, serangga yang sewaktu-waktu menjadi senjata menyerang pihak lawan.

Begitu juga ada patung “Si Gumarang,” kuda putih yang menjadi kendaraan “Cindua Mato” dipajang di halaman depan sebelah kanan dari istano. 

Baik si Si Binuang maupun Si Gumarang ini, semakin melengkapi koleksi museum. Walau pun taman halaman istano belum dapat dikatakan saat ini sempurna. Masih terkesan belum selesai. Baik rumput dan tanaman belum terlihat memberi kesan penyempurnaan dari kegagahan bangunan istano.




Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istano Pagaruyuang, adalah sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas (Tanjuang Ameh), kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Kini istana ini merupakan objek wisata budaya yang dikenal bagi wisatawan sebagai salah satu tujuan utama kunjungan ke Ranah Minangkabau.

Istano Basa yang berdiri sekarang sebenarnya hanyalah berupa bangunan replica dari bangunan aslinya. Istano Basa yang asli terletak di atas Bukit Batu Patah yang berada di belakang bangunan replica sekarang. Istano tersebut terbakar habis pada peristiwa kerusuhan berdarah pada tahun 1804. Istana kembali dibangun, namun kembali terbakar pada tahun 1966.




Dari depan Rangkiang Sitinjau Lawuik, aku bergerak terus ke depan anak tangga, berjalan beberapa meter ke tangga naik ke istano. Aku memutuskan tidak masuk ke dalam istano. Karena sudah entah berapa kali melihat yang sama. Aku hanya memperhatikan pengunjung dan petugas di tangga istano. Beberapa menit kemudian bergerak menuju salah satu sisi istano, ke arah bangunan surau, sejajar dengan bangunan istano di sebelah kanannya istano. Bangunan surau tampaknya dalam perbaikan. Ada pekerja tengah melakukan renovasi.

Kemudian berjalan terus ke bahagian belakang istano, menikmati cahaya matahari yang tidak terlalu memancar. Mendekati kolam. Menurut kisah, di belakang istano terdapat tempat pemandian istana. Berupa Pancuran Tujuah. Aku tak melihat pancuran sejauhmana bentuknya dapat mendekati seperti senyatanya gambaran pemandian di zaman dahulukala. Hanya sebuah kolam biasa yang dapat ditemui di pemukiman masyarakat umum. Bukan kolam pemandian.

Di masa kepemimpinan Harun Zain sebagai Gubernur Sumatera Barat, yang popular dengan motto gerakan pembangunannya, “Mambangkik Batang Tarandam,” dicetuskan untuk membangun replica Istano Basa. Selain pembangunan fasilitas umum, pembangunan budaya memang gencar dilakukan oleh Harun Zain dimana-mana. Hampir tiada lelah, Sang Gubernur ini turun ke pelosok-pelosok, mengunjungi berbagai daerah, berjumpa para tokoh-tokoh adat dan budaya, serta berdialog dengan masyarakat.




Proses pembangunan kembali Istano Basa dilakukan dengan peletakkan tunggak tuo ---tiang utama--- pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, Harun Zain. Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak istana lama, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya. Pembangunannya baru selesai di akhir 1970-an dan mulai bisa dikunjungi oleh umum.

Pada tanggal 27 Februari 2007, Istano Basa mengalami kebakaran hebat, akibat petir yang menyambar  puncak istana. Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini hangus terbakar. Ikut terbakar juga sebahagian dokumen, serta kain-kain hiasan. Diperkirakan hanya sekitar 15 persen barang-barang berharga yang selamat. Barang-barang yang lolos dari kebakaran tersebut sekarang disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar. Harta pusaka Kerajaan Pagaruyuang sendiri disimpan di Istano Silinduang Bulan. 2 kilometer dari Istano Basa (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar