Jumat, 02 Desember 2016

EKSPLORASI SKETSA BODY DHARMA, MAKAN SIANG DI KAYUTANAM



SELASA 22 November 2016, singgah menemui pelukis sketsa Indonesia Body Dharma di Pelabihan, Kayutanam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Tepatnya ke rumah sederhana yang terletak di sudut pagar luar areal Ruang Pendidikan INS Kayutanam, di pinggir jalan raya Padang-Bukittinggi. Hari menjelang berangkat siang, dalam situasi langit sedikit terang dan tak lepas dari kemungkinan turunnya hujan.




Kedatanganku hanyalah suatu kebetulan saja. Suatu kebiasaanku bila melintasi suatu daerah, menyempatkan diri untuk singgah pada suatu objek atau menemui seseorang. Seperti juga kali ini, melintasi desa Pelabihan, Kayutanam. Aku diingatkan akan seorang pelukis sketsa dan kompleks sekolah INS yang didirikan pejuang dan tokoh pendidikan semasa Sumatera Tengah, Engku Muhammad Sjafei.
 
Body Dharma salah seorang yang pernah bersekolah di INS Kayutanam. Meskipun sudah tidak lagi bersekolah, beliau memutuskan tetap berbasis dalam hidup berkesenian di Kayutanam. Bersama isteri dan anak-anaknya “berumah” bertetangga dengan sekolahnya masa dahulu. Bod, begitu dia dipanggil oleh teman-teman dekatnya adalah salah seorang yang konsisten memilih hidup hanya di kesenian. Menjadi pelukis sketsa. Sebelumnya dalam masa yang panjang, produktif pada seni keramik. Hingga beliau dikenali lewat karya-karya keramiknya dengan spesifik berbatu aji.



Hari ini adalah kali kedua dapat menjumpainya dalam tahun ini. Sebelumnya, ia baru saja kembali dari Jakarta. Dia menceritakan sudah mulai berproses dalam berkarya sketsa, bila sudah selesai nanti, akan diterbitkan pada sebentuk buku “Indonesia dalam Sketsa.” Sampai kini dia masih berusaha mendapatkan sponsor untuk dapat berkeliling Indonesia.  Pada perjumpaan ini, aku menyempatkan diri memposting lewat fb-ku, semacam membantu mempublikasikan kegiatannya. Termasuk kemudian membuat video documenter pendek. Video inipun sudah kuposting ke youtube, berjudul; “Body Dharma Pelukis Sketsa Indonesia.”

Aku beruntung kali kedua ini, dapat kembali bertemu dengan sang pelukis. Sebab esoknya Body Dharma akan berangkat ke Jakarta. Beberapa waktu terakhir, Anjungan Sumatera Utara di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, memberikan sepetak kecil ruangan dijadikan Gallery Body Dharma. Selain memajang sketsa di gallerynya, Body juga telah mereproduksi sketsanya ke cangkir keramik untuk souvenir bagi tiap anjungan di TMII.



Body Dharma sejak tidak lagi menekuni dunia keramik, berkonsentrasi ke dunia sketsa, membuat dirinya sering bepergian ke berbagai tempat dan daerah. Karenanya, setiap singgah di Kayutanam ke rumahnya, aku selalu tak dapat memastikan apakah dia berada di rumah atau tidak. Perjumpaan kami tidak lagi semacam tahun-tahun yang silam. Semasa aku masih hidup bersanggar di Taman Budaya Padang, Body Dharma secara periodic selalu singgah ke sanggar kami, Sanggar Pasamayan. Menurutku, hanya Bodhy Dharma dan Asponri Cobra ---juga sketsais--- bila datang ke pusat kesenian itu, selalu mampir untuk bersholat di sanggar kami.

Bodhy Dharma mengabarkan bahwa baru saja menyelesaikan pembuatan, “Pariwisata Sumatera Barat dalam Sketsa.” Sketsa-sketsa hasil karyanya itu akan diterbitkan menjadi buku oleh Dinas Pariwisata dan Budaya, Provinsi Sumatera Barat. Buku sketsa sekitar pariwisata bagi Bodhy Dharma bukanlah buku sketsa pertamanya. Sebelumnya bukunya sudah pernah diterbitkan, antara lain; Album Minangkabau (2003) Silungkang dalam Sketsa (2004) Sawahlunto dalam Sketsa (2007) dan Getah Susu yang Membawa Berkah (2009).



Pelukis sketsa Indonesia asal Sumatera Barat ini memulai berguru dengan pelukis dan pematung kontemporer Arby Samah di tahun 1976. Dia pernah bergabung bersama Sanggar Bambu di Jogyakarta dan di Jakarta. Dia menekuni seni keramik saat memutuskan kembali pulang ke Kayutanam. Masa-masa produktifitasnya sangat tinggi di dunia seni keramik, aku sering berjumpa Bodhy Dharma. Selain beliau datang ke Padang ke pusat kesenian Taman Budaya Padang, aku sendiripun termasuk rajin mendatangi studionya di Kayutanam.

Body Dharma disela-sela percakapan memperlihatkan karya-karya barunya. Ia berkisah atas sejumlah kertas-kertas sketnya dalam ukuran kecil. Lalu digabungkannya. Katanya, ia mencoba suasana lain dengan kertas sisa itu. Katanya mencoba eksplorasi dalam berkarya.
Karena hari sudah berangkat siang, kami bersama-sama makan siang di rumah studionya. Kami sejak lama sudah merasa bersaudara (*)

abrar khairul ikhirma
23 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar