Sabtu, 03 Desember 2016

DI GERBANG PORTA DE SANTIAGO, MAGNET EMAS KOTA MELAKA



Setiap mengetikkan kata “Melaka” di google ---pada tampilan image, otomatis terpampang penuh gambar-gambar objek Kota Melaka. Mayoritas gambar foto itu merupakan kenangan para pelancong yang pernah datang ke Melaka. Seakan mendominasi semua lokasi objek foto ialah objek pintu gerbang “Porta de Santiago,” berupa bangunan bahagian benteng pertahanan masa lalu yang tersisa.




Aku sendiri pun salah seorang merasa terpikat pula untuk mendatangi gerbang Porta de Santiago. Jauh sebelum datang ke Melaka kali ini, aku sudah menjadikan objek peninggalan sejarah Melaka ini sebagai salah satu tujuanku. Diantara hari-hariku berada di Melaka, aku pun mencapai tempat ini akhirnya, dihantarkan pasangan suami isteri, Bapak Chairulsyah bin Wasli dan Ibu Lili Siti Multatuliana. Pasangan suami isteri, warga Indonesia asal Minang ---Pariaman, yang sudah 11 tahun bermukim di Melaka.

Gerbang Porta de Santiago adalah nama salah satu pintu gerbang benteng yang dibangun Portugis setelah menaklukan Melaka tahun 1511. Portugis menamakan Kota A Famosa ---dalam bahasa Portugis berarti “Yang Termashur.” A Famosa terletak di Bandar Hilir, Melaka. Pembangunannya dengan memakai tenaga “pekerja paksa.” Dibangun melindungi dari serangan orang-orang Melayu atas petunjuk Alfonso de Albuquerque untuk membangun kota pertahanan dalam menguasai Bandar Melaka.

Benteng Kota A Famosa dulunya memiliki lima menara dengan tembok setebal 2,5 meter hingga 4,5 meter. Menara-menara tersebut dikenal sebagai Baluarte San Pedro, Baluarte de las Virgenes, Baluarte Madre de Dios, Baluarte Santo Domingo dan Baluarte de Santiago. Menjelang tahun 1583, Melaka sudah berubah menjadi Bandar dengan kota yang dilindungi tujuh puluh meriam  ke semua arah.

Aku berjalan sendiri ke arah yang ditunjukkan Bu Lily, saat siang itu kami berada dalam pusat perbelanjaan Dataran Pahlawan Mall. Baru saja keluar dari salah satu pintu mall, pandanganku langsung tertumbuk di kejauhan, berdiri gerbang Porta de Santiago. Untuk mencapainya secara dekat, aku melintasi pelataran yang luas. 

Di pelataran di sana sini terlihat ramai orang. Menikmati ruang terbuka. Hampir semua orang ingin merekam kenangan di tempat itu ke dalam camera digital. Akupun juga tak ketinggalan. Karena sendiri, mengalami juga kesulitan melakukan pemotretan. Tersebab tripod cameraku tak ada.

“Kota A Famosa” akhirnya dapat ditaklukan Belanda setelah mengepungnya dalam suatu penyerangan besar, Akibat pertempuran keadaan kota yang rusak berat kembali diperbaiki. Gerbang Porta de Santiago yang merupakan pintu utamanya digantikan dengan logo Syarikat Hindia Timur Belanda. Kini masih dapat ditemukan tulisan “Anno 1670.”

Saat Napoleon menaklukan Belanda, Melaka diserahkan Belanda kepada Inggris daripada jatuh ke tangan Perancis pada 1795. Inggris bertahan menguasai Melaka sampai tahun 1818. Sayang penyerahan kembali Melaka ke tangan Belanda, Melaka sudah dalam keadaan hancur, termasuk benteng A Famosa yang dibangun Portugis.

Penghancuran ini dilakukan sendiri oleh pihak Inggris, mengingat perhitungan strategis, akan berbahaya membiarkan Melaka dalam keadaan pertahanan yang kuat. Mengingat dalam posisi saat itu Inggris menguasai Pulau Pinang di Selat Melaka, dalam mengamankan jalur perdagangan. Sir Stamford Raffles, kaki tangan Kerajaan Inggris atas undangan William Farquhar berkunjung ke Melaka. Raffles meminta penghancuran Melaka tidak perlu diteruskan, apalagi  Melaka memiliki nilai sejarah.

Permintaan Raffles untuk menghentikan penghancuran Melaka disetujui Kerajaan Inggris. Tetapi sayang semuanya sudah terlambat. Hampir semua bangunan kota A Famosa sudah hancur. Yang tersisa hanya meninggalkan satu pintu kotanya yang dapat dilihat hari ini, yakni pintu gerbang Porta de Santiago.

Dengan berakhirnya Perang Napoleon, Melaka diserahkan kembali oleh Inggris kepada Belanda. Selama tujuh tahun kemudian, antara Inggris dan Belanda membuat perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian London 1824. Melaka diserahkan kepada Inggris dan Bencoolen (Bengkulu, Indonesia) dikuasai Belanda.

Setelah puas menatap dan memotret dari luar, aku pun mencoba memasuki gerbang Porta de Santiago. Sisa bangunan tembok yang di sana sini sudah mengalami kerusakan akibat peperangan dan dimakan zaman. Di depan pintu gerbang terlihat dua buah meriam.



Di bahagian belakang pintu gerbang, terdapat tangga menuju puncak bukit. Aku pun menaiki anak tangga untuk mencapai satu bangunan lagi sisa masa lalu. Dari atas aku memandang ke bawah. Pintu gerbang Porta de Santiago nun di kaki bukit kecil. Cahaya matahari petang jatuh di pelataran Dataran Pahlawan.

Porta de Santiago
Menjelma magnet emas
Kota Melaka
Gerbang tua batu bata

Sesaat aku menyulam masa lalu
Tubuh sejarah yang lelah
Berbaringlah di sini musim berganti
Seterusnya berkehendak menulis sajak

Aku sudah berada di sini
Dimanakah kamu ?
Jangan mengelak
Setapak
Atau pun ragu
Setindak.

abrar khairul ikhirma
Melaka, 18 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar