Rabu, 14 Desember 2016

DATANG DAN PERGI DI MELAKA SENTRAL



Datang untuk kedua kalinya ke Negeri Melaka. Negeri bahagian selatan Malaysia. Berangkat dari Kota Kuala Lumpur dari terminal TBS, sebuah terminal besar terpadu, dengan bus umum. Kecepatan bus rata-rata nyaman. Tak obahnya seperti bus-bus pariwisata di Indonesia yang membawa para wisatawan. Sampai di Melaka, bus menurunkan penumpang di terminal Melaka Sentral yang tak kalah luas arealnya.





Melaka Sentral terletak di Peringgit, Melaka. Di Jalan Tun Razak, berdekatan dengan pasaraya Tesco Melaka. Merupakan stesen (terminal) bus negeri Melaka. Diapit dua jalan besar Lebuh AMJ (Jalan Tun Abdul Razak) dan Jalan Panglima Awang.

Menjejak Melaka Sentral, hari belum sore masih waktu siang. Suasana terminal ini senyap-senyap saja. Sementara di bahagian jalan depan terminal, sungguh banyak terparkir kendaraan pribadi dan taxi. Tersusun rapi. Tidak membuat jalan terganggu dan juga tidak menghalangi pintu keluar masuk terminal.

Kedatanganku ke Melaka kali ini, hendak menghadiri “Malam Puisi Sungai Melaka 2016” yang diselenggarakan Persatuan Penulis Negeri Melaka (Penama) yang merupakan salah satu kegiatan dari Festival International Sungai Melaka 2016, sebuah event tetap setiap tahun diselenggarakan Negeri Melaka.

Turun dari bus, bersama bu Lily Siti Multatuliana, kami memasuki bahagian dalam Melaka Sentral. Tentu saja menunggu jemputan. Bu Lily yang sudah lama menetap di Melaka, mengajakku untuk menikmati bakso di kedai kuliner. Kata Bu Lily bila berada di Melaka Sentral, beliau sering mampir ke kedai ini. Karena seringnya, beliau mengenal pemiliknya. Kebetulan memang benar. Sang pemilik kedai itu sedang berada di tempat.

Bu Lily warga Indonesia, selama menetap di Malaysia selain mengajar di shelter Kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur, aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kesastraan. Di Melaka beliau “bersekutu” dengan teman-teman penulis negeri Melaka di Penama. Dia rajin mempromosikan dan menginformasikan kegiatan sastra di Malaysia maupun Indonesia.



Selama bersantai di Melaka Sentral, 14 September 2016, aku perhatikan suasana terminal ini jauh beda dengan di Kuala Lumpur. Suasananya lebih tenang. Tidak ramai manusia. Diresmikan pemakaiannya oleh Perdana Menteri, Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi pada 1 Mei 2004. Di tempat ini terdapat fasilitas berbagai kedai, kuliner, bank, surau, toilet, bahagian informasi.  Bahkan juga pelayanan public kerajaan, untuk memudahkan urusan masyarakat dengan pihak kerajaan.

Selain di Melaka Sentral terdapat Pasar Besar Melaka dan Bazar Melaka Sentral, di sini tidak kurang ada 24 counter penjualan tiket bus ekspres ke seluruh kota-kota utama di Semenanjung Malaysia.

Kedatanganku dijemput Pak Haji Sutan Chairulsyah bin Abdul Wasli, suami Bu Lily. Begitu juga saat hendak menuju airport KLIA2, kembali ke Indonesia, suami-isteri ini berelahati mengantarkanku pagi-pagi ke Melaka Sentral. Terimakasih. Di sini aku datang dan di sini aku pergi meninggalkan Melaka (*)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar