Sabtu, 28 Oktober 2017

DOEA ORANG SENIMAN DARI PADANG

Foto ini ditemukan di wall fesbook salah satu dari kedua orang seniman asal Sumatera Barat ini. Telah menginspirasiku untuk menulis perihal keduanya, dengan style penulisan sebelum masa dianjurkan penggunaan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) dalam Bahasa Indonesia.




Jang satoe bernama toean Ilhamdi Sulaiman​, jang biasa bagi orang tahoen 1980-an di Taman Budaya Padang seboet sebagai Boyke Sulaiman. Jang satoe lagi bernama toean Muhammad Ibrahim Ilyas.

Baiklah.... akoe hendak mencuba menoeliskan sedikit penoetoeran kisah setentang kedoea-doea orang ini.

Kedoea-doea daripada toean-toean ini pada masa dahoeloenja, berbilang antara tahoen separo 1970 sampai akhir 1980-an, jaitoe masa-masa berdjaya soeasana kehidoepan berkesenian di Soematera Barat, adalah terseboet sebagai anak panggoeng ataoe boleh joega dikatakan anak teater, jaitu pemain teater.

Bermoela kedoeanja semasa bersekolah soedah soeka kesenian. Selain beladjar di sekolah kedoeanja djuga tercatat memulapertama berkesenian dari kelompok Bumi Teater Padang, asoehan teaterawan Wisran Hadi, dimana saat itoe antara lain masih ada penyair Hamid Jabar, teaterawan A Alinde, pelukis Herisman Is, penyair Upita Agustine, toeroet sebagai daripada pengasoeh.

Sesoedah itoe kedoea-doeanja membelah diri. Tidak kerana kedoeanja orang berilmoe tetapi maksoednja, kedoeanya akhirnya keloear dari kelompok kesenian jang terbesar saat itoe ada di Soematera Barat.

Toean Ilhamdi Sulaiman beralias Boyke Sulaiman membentoek sendiri kelompok bernama Bojo Group Padang bersama Junaidi Usman. Kedoeanya pandai berteater, djoega bersastra, bernyanyi-musik dan berpantomime. Kira-kira djang pernah berteater, bersastra dan bermusik di Sanggar Bojo, djang akoe ingat, terseboetlah Aidil Usman yang kini bergiat menjadi penata artistik berbagai pertoenjoekan di Jakarta, Utjok Chalifendri (Padang), Rahmat Mulia Nasution (Jakarta) dan Indra Sakti Nauli (Padang), semasa ini bergiat di doenia media poeblik.

Selain di Bojo Grup toean Ilhamdi djoega daripada itoe seorang “pendekar” di Teater Proklamator Universitas Bung Hatta Padang, yang dibentoek semasa ia menjadi seorang mahasiswa. Laloe setelah menjadi seorang sarjana, toean Ilhamdi hijrah ke Kota Bengkoeloe, dimana kota terseboet pada dahulu semasa zaman sebeloem kemerdekaan terseboet bernama sebagai Bengcoolen. 

Toean Ilhamdi berhjirah oleh karena bekerja sebagai pegawai negeri di Taman Budaya Bengkulu. Jaitu ia pun membentoek Teater Alam Bengkulu. Menjadi soetradara dan mengajar peladjar-peladjar bermain teater.

Kini toean Ilhamdi diketahui liwat media socialnja, telah bergiat menjadi seoerang pemonolog. Bermain sebatang kara kemana-mana toejoean.

Adapoen djoega toean Muhammad Ibrahim Ilyas, dirinya terseboet ikoet teaterawan A Alin De, sesoedah keloear dari Bumi Teater Padang, kemoedian membentoek Sanggar Dayung-dayung Padang. Berkoeboe di Taman Budaya Padang.

Pada waktoe Pertemuan Teater 1982 se Indonesia di Taman Ismail Marzuki Jakarta, djang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta, toean djang satoe ini mendapat poejian terbaik, teroentoek aktor terbaik daripada toean goeroe djang termashur, dramawan dan penyair WS Rendra. Poejian kehormatan itoepoen tercatat dalam boekoe oerang hebat Indonesia itu, WS Rendra: Mempertimbangkan Tradisi.

Kemoedian daripada sesoedah berdjalannya waktoe, Muhammad Ibrahim Ilyas mengasoeh Sanggar Pasamayan bersama toean aktor Asbon Budinnan Haza, toean pelukis Asri Rosdi, toean penyiar radio Fuaddy Chaidir Rosha, toean seniman rupa-rupa Abrar Khairul Ikhirma.

Oleh sebab penghidoepan daripada masing-masing, semoeanya tercerai berai beroesaha dalam mencari penghidoepan dikemoedian harinja. Sekarang ini Muhammad Ibrahim Ilyas mendirikan Teater Imaji di Padang. Sambil bergiat menoelis naskah-naskah drama. 

Baroe-baroe ini, toean Muhammad Ibrahim Ilyas terpilih sebagai penerima Anugerah Sastra 2017 Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Republik Indonesia, untuk bukunja berjoedoel, “Dalam Tubuh Waktu,” memoeat 3 naskah drama, diterbitkan Penerbit Arifha Padang.

Djoega beliaoe dalam tahoen terakhir ini, prodoektif menoelis poeisi. Teroendang bermacam-macam perhelatan kesenian di berbagai tempat. Beliaoe oerang jang pada masa sekarang ini boleh diseboet sebagai penyair soematera barat terkemoeka. Boekoe-bokoenya poen soedah poela diterbitkan.

Begitoelah toelisan ini saja boeat sebenar-benarnya. Keh keh keh (*) copyright: abrar khairul ikhirma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar