Rabu, 25 Oktober 2017

MASJID ABDUL RAHMAN BIN AUF KUALA LUMPUR

Terletak di Jalan Puchong. Satu diantara sarana ibadah terdapat dalam kota Kuala Lumpur, Malaysia. Pengerusinya, Sasterawan Negara Malaysia ke 11, Dato’ Dr. Ahmad Khamal Abdullah, dikenal dengan nama penanya dalam khazanah sastera nusantara sebagai Kemala.




Masjid Abdul Rahman bin Auf ini, 28-30 September 2017, menjadi tempat dipusatkannya acara, “Seminar Internasional Sastera Melayu Islam,” (SISMI) yang terselenggara dengan sukses, sebagai suatu peristiwa sastra Melayu nusantara antar bangsa tahun ini.

Sastrawan, Akademisi, Seniman dan Pemerhati dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam dan Bangladesh, bersatu padu mengikuti pembentangan kertas kerja, mengaktualisasikan semangat kesastraan Melayu yang berlandaskan keislaman.




Di masjid ini telah tercatat sebagai salah satu titik pengembangan kesastraan Melayu dewasa ini di Malaysia, terutama di Kuala Lumpur, dimana lewat peristiwa sastra SISMI telah berhasil mempertemukan sejumlah pemikiran, penelusuran dan kesimpulan terhadap sumbangan situasi sastra Melayu dalam arus globalisasi.

Acara yang diselenggarakan atas kerjasama Persatuan Sasterawan Numera Malaysia dengan Masjid Abdul Rahman bin Auf Kuala Lumpur ini, selain sukses mengadakan seminar sastra, juga telah ikut menjadi tempat momentum Penobatan Tokoh Numera 2017, peluncuran buku kreatif dan non kreatif sastra serta pembacaan puisi oleh para penyair nusantara dan pertunjukan nasyid dan music kreatif.

Masjid Abdul Rahman bin Auf tidak hanya memiliki ruang utama untuk ibadah, juga memiliki fasilitas lainnya, yaitu ruang pertemuan sekaligus bisa digunakan untuk seminar, pertunjukan dan pameran. Dewan Al Ghazali, telah menjadi saksi keberlangsungan peristiwa sastra. Sebelum SISMI, sudah beberapakali kegiatan kesastraan juga pernah diselenggarakan  di sini.




Aku beruntung dapat mengenal satu diantara masjid yang ada di kota metropolitan Kuala Lumpur ini. Karenanya, selama mengikuti SISMI dapat melaksanakan sholat Zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya di sini. Setiap waktu sholat, ruangan utama senantiasa terlihat selalu ramai jamaah.

Arsitektur moderen bangunan dan desain tata ruangnya, aku kira tidak ada hal yang luarbiasa pada Masjid Abdul Rahman bin Auf ini. Biasa-biasa saja. Hanya saja, hal utama penekanan bangunan di atas areal tanah dimana merupakan kawasan masjid berdiri terkesan ingin “menawarkan” unsure keluasan atau kelapangan. Karena itu terkesan “terbuka” untuk digunakan oleh mereka untuk beribadah.

Suatu hal membahagiakan, aku berkesempatan untuk ikut bersholat Jum’at di masjid ini. Pada saat hari Jum’at jumlah jamaah bersholat berlipat ganda. Jamaah memenuhi kiri kanan teras terbuka ruang utama ibadah. Walau pun dalam keadaan ramai, ibadah tetap dalam suasana yang tentram. Meskipun masjid berada di salah satu sisi jalan raya Puchong yang ramai lalulintasnya.

Sarana untuk berwuduk dan toilet bersih. Areal parkir kendaraan memadai. Diluar depan masjid dibangun sarana public berupa halte bus dan sebuah jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki untuk melintasi jalan raya.




Salah satu sisi, berdampingan dengan areal parkir kendaraan, di balik pagar masjid, terdapat sebuah kedai makanan dan minuman. Dapat dijadikan untuk bersantai melepas lelah menunggu waktu sholat atau selesai sholat. Atau sejenak menikmati satu titik dari daerah Puchong.

Menghidupkan masjid dengan berbagai kegiatan selain sarana ibadah, termasuk seminar dan kegiatan kesastraan merupakan pengembangan berdampak baik. Patut dipujikan dan menjadi inspiratif bagi masjid di nusantara hendaknya. Memang kegiatan semacam ini tidak dapat diklaim sebagai suatu yang baru, karena di banyak tempat ada masjid-masjid telah lama memulainya sebagai sentra “menghidupkan” nilai-nilai keislaman itu.

Tapi yang pasti, sudah berkali-kali aku membuka google dengan mengetikkan, “Masjid Abdul Rahman bin Auf Kuala Lumpur,” untuk mencari berupa “referensi” mengenai masjid yang terletak dalam wilayah Persekutuan Malaysia ini, aku tak menemui satu tulisan pun mengenai masjid ini. Hanya berupa keterangan “mentah” berupa letak masjid dan beberapa keterangan sangat pendek di Wikipedia.

Dan semoga yang kutuliskan ini, akan menjadi sebuah tulisan sumbangan awal bagi pencari “informasi” tentang Masjid Abdul Rahman bin Auf Kuala Lumpur, yang telah “mencatatkan diri” sebagai tempat dimana peristiwa sastra antar bangsa pernah diselenggarakan, dalam menelisik sastera Melayu nusantara (*) copyright: abrar khairul ikhirma - indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar