Minggu, 08 Oktober 2017

DUA BAHASA R. HAMKAMA

R. Hamkama, dikenal sebagai golongan penyair “Puisi Baharu Melayu” pada kesasteraan Malaysia dan seorang terkemuka dalam dunia keuangan perekonomian Malaysia, meluncurkan buku puisi terbarunya berjudul, “Sajak lxv,” di akhir bulan September 2017.




Suatu kehormatan dapat hadir dalam acara peluncuran buku ini meskipun tidak berkesempatan untuk dapat “berbual” dengan penulisnya. Hanya sekadar bersalaman belaka. Tersebab konteksnya sebuah acara resmi. Aku merasa tidaklah waktu yang sesuai untuk melakukan perbincangan dengan R. Hamkama.

Bagi R. Hamkama sendiri, pelancaran buku puisinya inipun adalah suatu kehormatan pula. Karena acara peluncuran bukunya, diselenggarakan bersempena dengan rangkaian acara “Seminar Internasional Sastera Melayu Islam,” oleh Persatuan Sasterawan Numera Malaysia dan Masjid Abdul Rahman bin Auf, Kuala Lumpur.

Acara dihadiri para sastrawan dan akademisi dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam dan Bangladesh. Juga undangan berhormat Ketua Pengarah DBP Kuala Lumpur.



TAN SRI DATO' SERI HAMAD KAMA PIAH BIN CHE OTHMAN
BERSAMA SN DATO' DR AHMAD KHAMAL ABDULLAH
PADA PELUNCURAN BUKU PUISI "LXV"
29 SEPTEMBER 2017


Buku “Sajak lxv” setebal 200 halaman ini, tampil dengan ukuran dan kualitas cetak yang baik. Berisikan 65 buah puisi R. Hamkama, rata-rata puisi yang ditulisnya dalam bahasa lugas, pendek-pendek, terkesan memiliki keterkaitan erat dengan profesi kesehariannya dalam mengurus “keuangan” bahwa “waktu adalah uang.” Karenanya dibutuhkan “kecermatan” dalam mengelola dan menggunakannya. Tercermin pada penggunaan kata dan pemanfaatan baris maupun bait demi bait yang ditulisnya.

“Sajak lxv” diluncurkan pada malam 29 September 2017, setelah acara Penobatan 4 Tokoh Numera 2017. Buku ini diberi pengantar oleh Sasterawan Negara Malaysia, Dato’ Dr Ahmad Khamal Abdullah, berjudul, “R. Hamkama: Puisinya Punya Sinergi Yang Kuat Dan Abadi,” (hal.ix-xxvii).

“R. Hamkama adalah nama pena kepenyairan bagi Hamad Kama Piah bin Che Othman. Dia mula aktif menulis sajak akhir tahun enam puluhan. Sajak-sajak awalnya itu cepat membuka mata para peminat sajak dan juga para pengkritik. Semua sekata dalam memberikan kesimpulan bahwa anak muda ini berbakat. Mood sajaknya lain dari pada pengikut Asas 50 yang tak dapat melepaskan diri mereka dari pengaruh pantun dan syair. Puisi pertamanya, Hari Masih Muda.” (Hal.ix)

Untuk memudahkan bagi pembaca buku “Sajak lxv” dari berbagai bangsa, dalam buku ini semua teks dituliskan dalam dua bahasa. Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris. Puisi R. Hamkama dalam buku ini diawali dengan puisi berjudul, “Mencari Makna” dan diakhiri dengan puisi, “Mendaki Puncak.”

Selain tulisan pengantar berupa sejumlah pembicaraan atas puisi-puisi dalam buku ini, halaman di akhir buku juga dilengkapi sejumlah foto-foto fullcolor, sekitar memberikan gambaran perjalanan kehidupan penyairnya dalam mengunjungi berbagai tempat dan momen peristiwa.




Tan Sri Hamad Kama Piah atau R. Hamkama, adalah Pengerusi Kumpulan UMW Holdings Berhard, Pengerusi PNB Development Sdn. Berhard, E-Lock Corporation Sdn. Berhard dan beberapa syarikat lagi. Beliau juga pernah menjadi Pengerusi Sime Darby Properties, Pengerusi I-Berhard, Pengerusi Singapore Unit Trust Limited, Pengerusi PNB Asset Management (Japan) Ltd, Pengerusi PNB Equity Resources Sdn. Berhard, PNB Management Services Sdn. Berhard, Pengerusi PNB Research Institute Sdn. Berhard, Pengerusi PNB Investment Institute Sdn. Berhard, Timbalan Pengerusi Sime Darby Berhard dan pernah menganggotai Ahli Lembaga Pengarah PNB, ASNB, PHNB, PNB-SBI Asean Gateway Investment Management Company Ltd, PNB Wassertein Holdings LCC, Dialog, Titan, MNRB, MNI, 1&P Berhard, Pernec, Carrir, PNB (UK) dan banyak lagi.

Suatu kebahagiaan, selesai peluncuran buku “Sajak lxv” R.Hamkama, semua hadirin yang hadir di Dewan Al-Ghazali, Masjid Abdul Rahman bin Auf, mendapatkan hadiah buku ini sebagai suatu kehormatan,

Saat buku berada di tanganku, saat aku mencoba membalik-balik halaman dan membaca sepintas beberapa puisi-puisi yang ditulis R. Hamkama, ada memang terlintas ingin membaca lebih serius suatu saat nanti dan kemudian membuat tulisan apresiasi sastra terhadap buku ini di lain masa. Insyaallah (*) copyright: abrar khairul ikhirma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar