Selasa, 15 Agustus 2017

TERATAI DENDAM TAK SUDAH, Puisi Abrar Khairul Ikhirma




Sekelompok bunga teratai berayun di air danau
Ketika hari yang belum jauh berangkat siang
Diantara kilau kemilau pantulan matahari pagi
Menusuk tajam dua bola mataku

Sebelumnya dia tak pernah ada kulihat
Seingatku hanya senja terpandang di air
Pada permukaan kosong sejauh memandang
Merapatkan tongkol jagung bakar ke gigi
Membasuhnya dengan seteguk kopi hangat
Bersalaman dengan malam ketika itu

Ini kunjungan kedua bagiku menemuimu
Dengan jarak tahun sangat jauh hitungannya
Barangkali riak danau pun sudah melupa
Juga bangku kayu dulu sudah diganti
Hingga kau tak akan mengenaliku lagi

Daunmu lingkar hijau membentuk hiasan
Tak hendak kuhitung berapa helai lingkaran itu
Tersebab aku pun mafhum bagaikan cermin
Bagi kenangan yang pernah hilang di angin
Berayun-ayun di alunan air kepedihan

Teratai itu hanya satu kuntum kecil
Warnanya merah jambu
Di antara lingkar daun hijau
Mengapung permukaan tepian hatiku
Danau Dendam tak Sudah

Kurasa bangku-bangku kayu di bawah atap
Sejajar tepian hamparan danau
Tiada lagi pasangan kekasih menatap riak
Hawa asmara dan kata mesrapun
Seakan enggan berdatangan ke sini
Kukira sudah lama bukan tujuan lagi
Memadu kisah tongkol jagung bakar
Satu butir kelapa muda seribu janji

Getar sunyi seperti berkirim kabar
Bahwa danau ini tidak tujuan lagi
Jagung muda hanya akan layu
Butir kelapa muda hanya akan busuk
Bangku dan meja berdebu melapuk
Hanya kau saja yang datang dari jauh
Ke tempat ini menatap musim berlalu

Sebelum aku melangkah pergi
Sebelum siang benar-benar datang
Kupotret bunga teratai hanya sekuntum
Dua bola mataku didatangi berjuta semut
Dapatkah kau mengusir ngilu berpaut
Dari ingatan riak danau ?

Danau Dendam tak Sudah
Pagi hari di Bengkulu
3 Agustus 2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar