Rabu, 30 November 2016

SEJENAK DIANTARA POHON KURMA, DI MASJID ALBUKHARY KEDAH


Hari terakhir berada di Negeri Kedah. Karena malamnya, aku akan bertolak kembali ke Kuala Lumpur, seterusnya menuju Melaka. Bersholat Ashar di Masjid Albukhary. Masjid besar dan megah. Halaman luas sebagai ruang public terhampar. Suasana tenang berhabis hari petang terasa nyaman disini.




Masjid Albukhary merupakan sebuah masjid yang terletak di Bandaraya Alor Setar, Kedah Darul Aman. Kurang lebih berjarak 3 kilometer dari pusat Bandar Negeri Kedah. Masjid ini dibangun sepenuhnya oleh Yayasan Albukhary. “Pecah tanah” dilakukan pada 15 Januari 1999 oleh Tun Dr. Mahathir Mohamad. Pembangunannya dimulai Maret tahun 2000. Diresmikan KDYMM Tuanku Sultan Kedah pada 22 November 2001 bersamaan 6 Ramadhan 1422H. Masjid ini ditadbir oleh Jawatankuasa Pengurusan Masjid Albukhary sebanyak 13 orang. Terdiri dari gabungan tiga pihak yakni Yayasan Albukhary, Jawatankuasa Kariah Alor Malai dan Pegawai Masjid.




Kedatangan ke masjid ini selama berada di Negeri Kedah, adalah kali kedua. 

Sebelumnya pertamakali singgah untuk bersholat Maghrib pada hari kedua menjejak Kedah. 

Sepulang mengunjungi beberapa destinasi objek wisata hendak kembali ke Sintok ---tempat aku “menumpang” selama mengunjungi Kedah, singgah di masjid ini, karena sudah datang waktu sholat maghrib.

Barusaja pertamakali memasuki halaman masjid, sudah terasa suasana lapang. Pandangan mata tak ada yang terbentur begitu saja. Lingkungan bersih. Tanaman pun tersusun dengan baik. Menaiki anak tangga di beberapa tempat menjadi kesan tersendiri. Kemudian lorong penghubungnya, dengan lobang melengkung sebagaimana setiap dinding masjid terjumpa menjadi khasnya tempat ibadah.

Saat kedatangan waktu maghrib itu, lampu-lampu penerang sudah menyala. Bertebaran di sana sini bangunan.  Tidak hanya berfungsi sebagai penerang. Tapi tertata membentuk kesan artistic, mendukung interior dan exterior bangunan masjid ini.




Masjid Albukhary terletak di atas tanah seluas 4.96 ha. Memiliki fasilitas ruang sholat yang dapat menampung 15.000 orang. 

8 buah kamar pengajian. 5 kamar wuduk lelaki dan wanita. Kamar penyelenggaraan jenazah. Kamar Imam. Ruang rapat. Kantor pengurus masjid. Dilengkapi toilet khusus dan 2 unit lift.

Walau pun terpisah namun berada dalam satu kesatuan, aku melihat di kawasan sekeliling masjid juga terdapat bangunan klinik dan wisma, agak berjarak ke bahagian utara terdapat pusat perbelanjaan besar. Konon di bahagian belakang masjid juga terdapat bangunan panti asuhan. Sesuatu yang aku anggap luarbiasa, meskipun kebutuhan akan lahan di kota-kota besar sangat bernilai jual, pihak pengelola kawasan “islami” ini tidak hendak menghilangkan jejak sebelum kawasan ini dibangun. Terlihat masih ada tapak bangunan masjid lama sebelum bangunan baru dibangun. Antara masjid Albukhary dengan pusat perbelanjaan. Tapak masjid tersebut dipelihara sebagai “penanda” sejarah.

 Pada saat menikmati petang hari di pelataran halaman terbuka dalam masjid, terlihat di sana sini asyik orang-orang berfoto mengabadikan diri. Tidak hanya orang-orang muda tetapi juga pasangan suami isteri dan keluarganya. Tentu saja berlatarkan bangunan masjid dan kerindangan batang-batang pohon kurma. Termasuk dekat kolam taman dan selokannya dengan air terus mengalir.



Tampaknya selain sebagai sarana ibadah, kawasan Masjid Albukhary sangat dirasakan masyarakat Negeri Kedah juga sebagai tempat melepas penat, tempat bersantai dan merekam momen kenangan bagi mereka. 

Aku sempat sepetang ini menyaksikan ada 3 rombongan pasangan penganten merekam video dan foto. Mereka santai dan bergembira, diramaikan oleh para teman-teman satu sama lain masing-masing penganten.
Secara fotografies, kawasan masjid memang pantas diakui kaya dengan sudut-sudut pengambilan foto bernuansa Islami. Lorong-lorong pohon kurma tersusun dengan rapi, arsitektur bangunan, pelengkap taman pelataran, aksesori lampu penerang. Termasuk objek berlokasi di bahagian tangga masjid, berlatarkan garis lengkung di latarnya.

Sayang aku tak membawa tripod camera. Sangat kesulitan untuk melakukan pemotretan. Akhirnya hanya mengelus dada saja. Meskipun saat berada di Masjid Albukhary aku masih dapat memotret dengan sejumlah hasil foto sebagai satu kenangan pernah berkunjung ke masjid megah ini.

Masjid ini dibangun dengan arsitektur citarasa multi cirikhas budaya. Bangunan yang memadukan seni arsitektur dan symbol kebudayaan. Mighrab dalam masjid adalah bahagian utama sebuah tempat ibadah. Mighrab masjid ini berpedoman pada bentuk masa silam. Merujuk sebagaimana terdapat di Khanaqah (Makam) Sheikh Abdul Saman yang dibangun di Natanz Iran tahun 1306 (706H) pada masa Il-Khanid.



Menara masjid dirancang berdasarkan menara Masjid Nabawi di Madinah dengan ketinggian 47.92 meter dari permukaan tanah. 

Mimbar dalam masjid adalah replica mimbar dari Masjid Qiblatain Madinah dan mimbar Mamluk di Masjid Qaitbay, Kaherah Mesir. Mimbar berbahan kayu jenis Burma Teak.
Masjid Albukhary memiliki 7 buah kubah, termasuk kubah utama. Kubah utama berukuran 14 meter garis pusatnya. Di bahagian luar kubah dihiasi ayat-ayat suci Al-Quran dari surah Alhadid ayat 1-8. Di dalamnya dihiasi dengan kalimah Asma Ulhusna.

Sementara halaman pelataran masjid, dengan aksentuasi pohon-pohon kurma, khususnya pada kolam dan aliran airnya sesungguhnya berbentuk geometri, didasarkan mengacu pada penataan yang terdapat pada Makam imam Albukhary di Samarkhand, Uzbekistan (*)

abrar khairul ikhirma
Kedah 13 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar