Kamis, 10 November 2016

PERTEMUAN TEATER INDONESIA 1986 DI PADANG



PADANG, Sumatera Barat, mendapat kehormatan menyelenggarakan event nasional “Pertemuan Teater Indonesia 1986” Dewan Kesenian Jakarta. Sebelumnya pertemuan teater ini dianggap sukses dilaksanakan diluar Jakarta yakni di Makasar. Penyelenggaraan Temu Teater di Padang dianggap “heboh” karena dinilai tidak sebagaimana diharapkan. Seusai acara ramai “nyap-nyap” di sana sini.




Menurutku yang mengikuti kegiatan kesenian selama ini, termasuk mengikuti acara Pertemuan Teater di Padang, tidak ada yang aneh. Biasa-biasa saja. Biasa yang dimaksudkan, kekurangan dan kelebihan pada kegiatan kesenian sudah hal lumrah. Kekurangan dan keterbatasan sudah hal umum. “Kehebohan” itu aku nilai hanya “ketidakpuasan” karena merasa harus dipuaskan tapi tidak mempertimbangkan situasi umum pada kewenangan dan keterkaitan pada sumber “penyandang dana” dihadapi panitia pelaksana.

Aku lihat kegiatan berlangsung saja sebagaimana adanya. Baik pertunjukan teater, diskusi maupun pemutaran film. Tentu fasilitas tidak selengkap di Jakarta yang tersedia. Para “pengheboh” lupa bahwa “kesenjangan” akan hal itu tidak pada tempatnya.


Bersama TEGUH KARYA

Event nasional ini, menurut hematku, penting bagi pembelajaran kehidupan berkesenian di semua daerah di Indonesia. Tidak hanya semua pihak pendukung tapi dari pihak pelaku kesenian sendiri harus terbuka dalam memahami tiap daerah, karena masing-masing memiliki situasi dan kondisi yang tidak sama.

Kita patut mencatat harapan, kegigihan dan pengorbanan budayawan dan impresario Roestam Anwar, sebagai Ketua Pelaksana Harian, demi kesuksesan event nasional ini. Termasuk peranan budayawan sastrawan Chairul Harun, penyair Leon Agusta dan teaterawan Wisran Hadi

Sebelum dan sesudah acara orang teater ini, sebagai salah seorang penulis muda aku turut “berpartisipasi” untuk berpublikasi “memeriahkan” event nasional ini, dengan beberapa tulisan pada media terbitan Padang dan Jakarta. 

Bersama TUTI INDRA MALAON

Aku juga berkesempatan bertemu dengan maestro teater dan film Indonesia Teguh Karya, aktris berwatak Tuti Indra Malaon, sastrawan dan budayawan, sutradara-penulis scenario hebat Asrul Sani dan actor teater Ikranagara yang datang hadir dari Jakarta. Dapat berbincang singkat dengan mereka dan mereka melayani tanpa terkesan merendahkan orang yang dihadapannya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar