Rabu, 09 November 2016

ISTANA PELAMIN KETIKA HUJAN BARU SAJA BERHENTI DI ALOR SETAR



ANDAIKAN aku mengetahui urutan pelancong yang berkunjung ke Istana Pelamin ini, tentu aku tidaklah siapa-siapa. Karena jauh sebelum kedatanganku, sejak Istana Pelamin direnovasi dijadikan sebagai salah satu destinasi kepariwisataan di Malaysia, setiap hari selalu dikunjungi pelancong yang datang di Alor Setar, Negeri Kedah. Mungkin yang membedakan dari pelancong terdahulu itu, aku kira terletak pada keistimewaan pikiran dan perasaanku seketika. Kenapa ?




Aku datang menjejak Istana Pelamin dalam situasi statusku seorang lelaki yang belum pernah mendapat kesempatan menikah, apalagi dipestakan. Belum pernah berhak naik ke pelaminan. Sekarang aku menjejak dimana di tempat ini, suatu peristiwa besar pernah terjadi di sini. Tak terbayangkan bagaimana meriah dan megahnya di zaman itu. Aku termangu menatap foto reproduksi masa-masa pesta itu berlangsung. Meskipun dalam foto hitam putih.

Kehadiranku di Istana Pelamin, mengingatkan pikiran seketika itu. Sungguh beruntung mereka. Dapat menempuh kehidupan berkeluarga. Aku tidak cemburu, juga tidak merasa iri, apalagi menyesalkan diri sebagai rakyat jelata. Melihat persoalan ini dalam pandangan positif saja. 

Istana ini mendapat nama "Istana Pelamin" setelah berlangsungnya istiadat perkawinan DiRaja yang paling meriah pada tahun 1904. Perkawinan lima putera dan puteri Almarhum Sultan Abdul Hamid.
Hari kedatanganku di Alor Setar, disambut suasana basah. Hujan deras baru saja meredakan diri. Langit memantulkan cahaya bermendung. Gerimis pun belum turut serta berhenti.




Turun dari kendaraan di areal parkir antara Balai Nobat dan Wisma Negeri Kedah, aku berjalan di hamparan ruang terbuka yang luas. Udara sekitar menguapkan rasa panas meskipun hujan sudah menyiram bumi, jalan aspal dan gedung-gedung.

Sambil berjalan, masih dapat melihat Masjid Zahir nun di seberang jalan dengan lalu lintas yang ramai. Antara Istana Pelamin dengan Masjid Zahir, merupakan satu kesatuan dari kawasan pusat kerajaan yang terancang dengan baik dari masa silam. Sebuah tata kawasan diperhitungkan fungsi, kenyamanan dan keterbukaan.

Konon kabarnya, bangunan Wisma Negeri Kedah, dengan bangunan beton sekarang yang terlihat, dulunya merupakan tapak dari bangunan istana kerajaan. Berdampingan dengan Wisma Negeri, berdiri bangunan panggung, bangunan ciri khas bangunan-bangunan Melayu,  dinamakan Balai Besar. Tempat dimana diselenggarakan pertemuan-pertemuan kerajaan. Balai Besar, mencatat sejarah perjalanan salah satu peristiwa di masa lalu, pernah dibakar pada masa-masa Kedah terjadi penyerangan dari luar kerajaan.
Walau pun gerimis kian melemah, aku meneruskan perjalanan menuju salah satu sisi Balai Besar yang memiliki pekarangan luas. Pada salah satu sayapnya terdapat pintu gerbang untuk masuk ke dalam lingkungan istana. Di belakang Balai Besar inilah berdiri bangunan Istana Pelamin. 




Pada hari ini, Istana Pelamin telah dijadikan Muzium DiRaja Kedah yang telah dibuka untuk dikunjungi orang ramai sejak tahun 1983. Walau pun tidak lagi dijadikan sebagai tempat Raja bermukim dengan keluarganya, namun suasananya masih terasa bahwa di sini pernah ditempati oleh keturunan penguasa negeri Kedah.
Sekali lagi, pikiranku tetap saja terganggu, tersebab di tangan tidak terpegang tripod camera. Sehingga aku tak maksimal melakukan pemotretan, merupakan salahsatu hobiku mengunjungi suatu tempat. Terpaksa hanya lebih banyak menggunakan kesempatan, melihat dan menikmati sekilas saja. 

Untuk masuk ke dalam Istana Pelamin, terlebih dahulu menaiki anak tangga. Bangunan depan terbuat dari tembok. Bahagian dalam, baru menggunakan unsure kayu. Serupa juga dengan bangunan-bangunan yang dimiliki keluarga bangsawan. Mungkin tata ruang dan fungsinya yang berbeda di Istana Pelamin. Karena sebagai kehidupan kerajaan, tentu ada tata kehidupan keluarga dipertegas dengan susunan tiap ruangan yang ada.

Istana Pelamin ---Rumah Pelamin--- telah dibangun pada tahun 1732 semasa pemerintahan Y.A.M. Duli Yang Maha Mulia Almarhum Sultan Muhammad Jiwa Zainal Adilin Muazzam Shah, pemerintah Kedah yang ke-19 (1710-1778). Sebagai asset budaya dan jejak sejarah Negeri Kedah, untuk seperti yang terlihat kini, terawat  dengan baik, dapat dikunjungi oleh para pelancong, Istana Pelamin sudah menempuh masa-masa pahit.  Istana Pelamin telah menempuh pelbagai perubahan sejak ia dirusakkan oleh Bugis pada tahun 1770. Terlantar semasa pendudukan Siam dari tahun 1821 hingga 1842. Barulah pada tahun 1851, Istana Pelamin diperbaiki oleh Almarhum Sultan Ahmad Tajuddin Mukarram Shah.




Istana Pelamin terdiri daripada tiga bahagian utama;  Ruang sebelah kanan disebut sebagai "Rumah Pelamin"; Ruang tengah sebagai kediaman kaum perempuan dan kanak-kanak; Ruang sebelah kiri, pernah didiami Sultan Abdul Hamid Halim Shah. Kemudian Sultan Abdul Hamid akhirnya pindah menempati bahagian belakang Istana Pelamin.

Istana Pelamin pada masa dahulu telah dijadikan tempat tinggal Sultan Kedah serta kerabat-kerabat DiRaja. Beberapa adat istiadat diraja seperti kenduri kahwin dan upacara perkahwinan juga telah diadakan di istana ini. Merupakan tempat Y.A.M. Tunku Abdul Rahman Al-Haj diputera dan dibesarkan (*)

abrar khairul ikhirma
september 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar