Sabtu, 26 November 2016

PETANG HARI DI KLEBANG MELAKA



Akhirnya…, aku pun dapat mencapai salahsatu kawasan wisata Melaka yakni kawasan Pantai Klebang. Mula-mula terpandang dari kejauhan adalah monument “1 Malaysia,” tinggi menjulang diantara pohon-pohon pelindung. Kemudian Museum Kapal Selam. Sebuah Kapal Selam yang tidak digunakan lagi, diangkat ke daratan, dijadikan sebagai museum. Hari sudah berangsur petang. Cahaya matahari enggan mengurangi udara yang panas, sebagaimana lazimnya udara pantai.




Sama seperti melintas di Monumen 1 Malaysia, Museum Kapal Selam hanya aku lihat dari jauh saja. Tujuanku hanya sekadar jalan-jalan. Tidak untuk mengetahui lebih detil sebagaimana tugas jurnalistik membutuhkan data, informasi dan berada pada suatu objek. Karenanya aku tidak tertarik untuk berbaur di kawasan pantai, ramai orang dan ramai pedagang.

Di kawasan yang disebut pantai ini, rupanya tidak jauh beda dengan yang terjadi di kawasan objek-objek wisata di Indonesia. Penuh dengan pedagang. Para pedagang minuman dan makanan bedanya tidak membuat tenda dan pondok dimana suka seperti di Indonesia. Disini pedagang yang disebut peniaga menggunakan mobil pick-up, terparkir membentuk barisan. Namun bagiku tetap saja pemandangan serupa tidaklah membuat suasana menjadi nyaman.




Pengunjung pantai terlihat memanfaatkan kerindangan pohon, ada juga memilih berada di bawah payung-payung pedagang. Sementara ramai juga menikmati siraman cahaya matahari di pasir. Terlihat ada pengunjung menggunakan tunggangan kuda penambah daya tarik. Di Pantai Klebang ini, terdapat hamparan gundukan pasir, membentuk perbukitan pasir berkesan suasana padang pasir di benua Arab.

Kabarnya kawasan Pantai Klebang ini, ramai dikunjungi pengunjung disaat hari libur. Ada juga memilih untuk menginap. Saat melintas sekitar monument 1 Malaysia tadi, aku sempat melihat jejeran banyak bangkai mobil bus disusun di udara terbuka. Ternyata bangkai bus itu memang sengaja diletak di sana. Bus-bus itu telah disunglap menjadi kamar tidur. Rupanya di tempat itu adalah kawasan penginapan, penginapan unik dengan kamar tidur berada di dalam mobil bekas.

Semula mendengar nama Klebang itu terkesan bagiku nama salah satu menu makanan. Karena perut sudah terasa lapar, kami bertujuan mencari makanan. Tadinya hendak bersantap di Kampung Portugis. Tetapi jenis makanan yang dicari tidak ada. Pun kedai-kedai sepertinya masih sepi-sepi saja. Mungkin masih terbilang siang. Tampaknya suasana tempat ini, lebih ternikmati untuk suasana santai pada waktu malam hari.




Kemudian menjauh dari kawasan pantai, setelah menelusuri jalan penghubung, masuk ke dalam sebuah jalan gang. Sekitaran 100 meter. Sebelum membelok di ujung gang pandanganku langsung tertumbuk pada gapura yang mencolok warnanya. Meriah euy! Kawasan parkirnya lumayan luas. Banyak mobil pribadi terparkir. Di salah satu pojok halaman bertumpuk bekas buah kelapa muda dibelah dua. Sepertinya sengaja diletak di sana, penanda bahwa tempat ini menyediakan minuman berbahan buah kelapa.

Ramai orang antri petang saat kedatanganku. Memang dibutuhkan kesabaran. Apalagi disaat makan siang atau pun hari-hari libur. Jumlahnya bisa luarbiasa. Tempat ini salah satu magnet kuliner di kawasan Pantai Klebang. Terlihat pelayan sibuk melayan. Tak putus-putusnya. Tiap pesanan dimasukkan ke dalam kantong plastic. Seperti si pemesan akan membawanya pergi dari tempat ini. Rupanya tidak. Mereka yang sudah dapat apa yang dipesannya masuk ke dalam. Menikmati makanan dan minuman di meja-meja yang disediakan.

Bangunan tempat itu hanya berupa bangunan yang disangga tiang tinggi dan beratap. Tidak berdinding. Mengingatkan bangunan los pedagang di pekan-pekan yang ada ditiap daerah di Ranah Minang. Kira-kira besarnya sebesar Los Lambuang di Balai Kurai Taji, Pariaman. Bedanya, di los Kurai Taji ada sejumlah pedagang di bawah atap itu yang berjualan. Sedang ini hanya satu pedagang! Meja-meja terbilang tersusun rapat, menandakan dapat menampung banyak orang untuk menikmati makanan dan minuman. 




Aku menikmati sebungkus nasi lemak dan segelas minuman coconut shake. Sebungkus nasi lemak bagi orang kampungku terbilang sedikit porsinya. Nasi lemak berlauk kering goreng, ikan kecil disebut Orang Padang sebagai lawuak bada. Jumlahnya tak lebih dari 5 ekor. Bada itu dicabai merah goreng tapi tak lebih hanya minyak sesendok teh. Pun menemu dadar telor tipis seukuran 1 cm x 1 cm. Hanya itu.
Sangat praktis. Pembeli antri mendapatkan pesanan. Setelah mendapatkan pesanan, mereka menjinjing kantong berisi makanan dan minuman ke dalam. Kemudian mencari meja untuk menikmatinya. Setelah itu mereka pergi. 

Konon tempat ini sekarang sudah menjadi suatu objek destinasi bagi mereka yang berkunjung ke Melaka. Minuman coconut shake, merupakan minuman yang banyak digemari penyuka kuliner. Akupun dapat menikmati minuman yang digemari banyak orang hingga bela-belain datang ke sini. Rasanya memang sedap. Bukan pelepas haus dahaga tapi rasa enak pembasah kerongkongan. Meskipun sepulang dari sini, sampai di rumah tubuhku menjadi demam tersentuh minuman ice. Keh keh keh (*)


abrar khairul ikhirma
Melaka 18 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar