Jumat, 25 November 2016

KOTA SAWAHLUNTO BATABUIK, “SIRIAH PULANG KA GAGANG”



1 Desember 2016 ini, masyarakat Kota Sawahlunto memperingati hari jadi kotanya ke 128 tahun. Kota Sawahlunto merupakan salah satu kota tertua di Sumatera Barat. Dikenal merupakan kota pertambangan. Masyarakat perantau Piaman di Kota Sawahlunto, turut memeriahkan hari jadi kota ini dengan menghadirkan atraksi Tabuik Piaman, beserta arakan diiringi music tradisi gandang tabuik.




Perantau Piaman di Sawahlunto secara khusus mendatangkan Azwar dari Pariaman, untuk membuat Tabuik setinggi 8 meter. Tabuik dibiayai secara swadaya Orang Piaman yang tergabung organisasi PKDP (Persatuan Keluarga Daerah Piaman) Sawahlunto. Azwar datang bersama team kerjanya Fandos Group ke Sawahlunto sejak tanggal 12 November sampai dengan 21 November 2016. 

Azwar pembuat Tabuik Pasa di Pesta Budaya Tabuik Piaman 2016, event tradisi Orang Piaman sepekan awal bulan Muharam di Pariaman setiap tahun, selesai event tersebut dilanjutkan kerja pembuatan pesanan Tabuik Ketek setinggi 2 meter. Memenuhi pesanan untuk event budaya di Jakarta. Tengah bulan November ini sudah berada pula di Sawahlunto. Menurut informasi, setelah dari Sawahlunto ini, tampaknya akan terus berlanjut. Sejumlah organisasi perantau Piaman di beberapa kota sebelumnya juga sudah melakukan pembicaraan untuk pembuatan Tabuik.




Pengerjaan Tabuik untuk hari jadi Kota Sawahlunto tahun ini, dikerjakan Azwar bersama kawan-kawan di halaman depan rumah dinas Walikota Sawahlunto. Sehubungan orang nomor satu Sawahlunto tersebut merupakan “urang sumando” Piaman (Isteri Walikota berasal dari Pariaman). Mereka mendukung partisipasi masyarakat perantau Piaman untuk memeriahkan hari ulang tahun Kota Sawahlunto.

Selama pengerjaan pembuatan Tabuik, sejumlah perantau bersama Azwar dan kawan-kawan selalu beratraksi gandang tabuik di lokasi pembuatan. Termasuk di hari terakhir, saat Tabuik dinaikpangkek pada Minggu 20 November 2016, di tempat yang sama “bertarak tajin” sejumlah masyarakat perantau Piaman yang dihadiri isteri Walikota Sawahlunto.




Kota Sawahlunto bagi Azwar sang pembuat Tabuik, memiliki kenangan tersendiri. Kehadirannya di Sawahlunto kali ini bukanlah kali pertama. Di zaman Walikota Amran Nur, yang berhasil kembali membangkitkan semangat Kota Sawahlunto, Azwar pernah diminta masyarakat perantau membuat Tabuik.
Kehadiran Tabuik Piaman sukses tampil di Festival Multicultural 2008 tersebut, di hari ulang tahun Kota Sawahlunto yang ke 120 tahun. Menjadi bintang lapangan bersama atraksi barongsai di hari yang sama, selain makan bajamba dan tari galombang.


WAJAH PERANTAU PIAMAN DI SAWAHLUNTO


Sebelumnya Azwar hanya ikut menjadi salah seorang pekerja dalam pembuatan Tabuik. Momen event hari jadi Kota Sawahlunto ke 120 tahun di tahun 2008 “bersejarah” bagi Azwar sebagai seorang pekerja seni.  Itulah Azwar pertamakali dipercaya sepenuhnya membuat Tabuik. Ternyata kepercayaan itu tidak disia-siakannya. Kesuksesan kehadiran Tabuik di Festival Multicultural 2008 itu, sekaligus menghapus banyak keraguan pada kemampuan seorang Azwar di kalangan orang-orang yang mengenalnya di Pariaman sebelumnya.




Kini, setelah 8 tahun kemudian menjelang hari jadi ke 128 tahun Kota Sawahlunto, 1 Desember 2016, Azwar bersama team kerjanya; Yuang Amam, Amaik, Ajo Muti, Malaikaik, Af Brimob, Mulfian Simoe, Rendi dan Arkhi, kembali ke Sawahlunto membuat Tabuik, untuk kemeriahan “bangkitnya” kota tambang yang berbudaya ini. Menjemput kembali sebuah “kepercayaan” akan kerja dan dedikasi seni.

Momen kali ini, bagi Azwar sang pembuat tabuik, ibaratkan sebuah pepatah Minang;  “Siriah pulang ka gagang, pinang baliak ka tampuaknyo.” Menikam jejak yang telah pernah dimulai.

abrar khairul ikhirma
Sawahlunto, 21 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar