Jumat, 28 Oktober 2016

PERTEMUAN PENULIS MUDA SUMATERA UTARA 1985



DIUNDANG sebagai Peninjau, “Pertemuan Penulis Muda Sumatera Utara 1985” di Taman Budaya Sumatera Utara di Kota Medan. Kehadiranku dari Padang, Sumatera Barat, tidak sendiri tapi berdua bersama actor teater dan pembaca puisi Asbon Budinan Haza.




Kami datang terlalu pagi di hari pertama acara akan dilangsungkan. Pintu gerbang Taman Budaya masih terkunci. Kesibukan lalulintas Jalan Jati yang berganti nama dengan Jalan Perintis Kemerdekaan, sudah sibuk. Maklumlah Kota Medan dikenal Kota Besar diluar Pulau Jawa.

Cukup lama kami menunggu akhirnya pintu pagar dibuka. Baru memasuki kompleks Taman Budaya terasa suasana keseniannya. Beberapa spanduk kegiatan terpampang. Setelah berkeliling dari bangunan berukuran sedang yang ada, kami menikmati sarapan dan minum pagi, di emperan salah satu sisi bangunan gedung pertunjukan, dimana acara akan dilangsungkan.




Taman Budaya Sumatera Utara, lebih sering disebut kalangan kesenian Taman Budaya Medan ini, berdiri di atas lahan terbatas.

Tapi jauh lebih beruntung orang kesenian di Medan, dibandingkan pada saat itu dengan Padang. Karena Seniman Medan juga memiliki tempat berkesenian lain yakni Tapian Daya. 

Sementara Padang hanya memiliki satu tempat saja meskipun Dirjen Kebudayaan mempersilahkan Taman Budaya dibawah pengelolaannya, dibangun tidak pada lokasi yang sudah ada Pusat Kesenian Padang, yang sudah dikelola seniman di bawah Pemerintah Kota Padang. 

Acara Temu Penulis Muda Sumatera Utara, berlangsung dua hari. 28 – 29 Oktober 1985. Cukup ramai juga pesertanya. Kesemuanya pun sangat antusias dengan kegiatan yang diselenggarakan. Topik hangat seputar dunia kepenulisan. Terutama dilema kepenulisan yang actual dihadapi penulis-penulis dalam mempublikasikan karya dan tulisan mereka di media cetak, khususnya terbitan Medan.




Setiap pergantian pembicara dari sesi ke sesi berikutnya, disediakan waktu untuk satu dua orang peserta membacakan puisi. Sebagai penghangat suasana pertemuan. 

Aku dan Asbon, sebagai Peninjau dari Sumatera Barat, diminta untuk baca puisi di hadapan peserta. Tidak mengecewakan. Kami dapat sambutan yang baik. Aku membacakan puisi karya John Conford , terjemahan penyair Chairil Anwar berjudul “Huesca.”


Pada saat kegiatan ini berlangsung, juga hadir penyair Sumatera Utara, A. Rahim Qahar. Penyair ini sudah kami kenal, karena beliau pernah datang sebelumnya ke Taman Budaya Padang membacakan puisinya.
Begitu pun aku dikunjungi Suardi Chaniago, seorang teman yang saat itu berada di Helvetia, tak jauh dari Taman Budaya Medan. Teman sama-sama memulai menjadi “wartawan” di kota kelahiranku Pariaman.



Seusai kegiatan Pertemuan Penulis Muda pada malam hari terakhir, penyair A. Rahim Qahar mengantarkan ke rumah abang kami, Zatako ---Zainudin Tamir Koto---  wartawan senior ternama yang juga beraktifitas di dunia sastra. Menulis puisi, cerita pendek dan novel. Kumpulan Puisinya “Angku Gadang.” (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar