Senin, 12 Juni 2017

WARISAN – SANG GUBERNUR - CHAIRUL HARUN

Sampai akhir hayat sastrawan, budayawan dan wartawan Chairul Harun, tak pernah berhenti untuk menulis. Menjelang akhir hayatnya, beliau terus menulis tulisan opini untuk rubric “Komentar” di suratkabar Harian Singgalang, Padang, Sumatera Barat.




Novel WARISAN, 1979, diterbitkan penerbit Pustaka Djaya, Jakarta. Novel yang bersetting dilema warisan dan masalah social di Tanah Minang.

Novel sastrawan Indonesia, kelahiran Kayutanam, 17 Agustus 1940, Sumatera Barat ini, direkomendasi juri Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta. 1976. Kemudian novel Warisan meraih hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979).

Seterima mendapat Hadiah Buku Utama, sastrawan dan budayawan A. A.Navis, membuat kejutan dengan berinisiatif secara pribadi, mengadakan selamatan di Hotel Muara Padang, sebagai penghargaan terhadap seniman di daerah.

Setahun sebelum Chairul Harun wafat, Yayasan Abdul Muis, Jakarta, menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, SANG GUBERNUR, 1997. Umumnya cerpen yang terhimpun dalam buku ini, merupakan cerpen-cerpen sastrawan Chairul Harun yang pernah dipublikasikan di Majalah Sastra Horison, Jakarta.

Cerpen Chairul Harun memiliki konteks dengan situasi social dan politik di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, yang kadangkala “mematikan.” Dalam karya-karya Chairul Harun, “polusi politik” yang kita hirup setiap kita bernafas sepertinya adalah bagian dari polusi lingkungan di dalam kehidupan sehari-hari.

Selain Warisan dan Sang Gubernur, Chairul Harun dalam tahun 1990-an bukunya tentang Randai, diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Karya puisinya diterbitkan  CV Genta, Padang, dalam buku Antologi “Monumen Safari” bersama Leon Agusta, Rusli Marzuki Saria dan Zaidin Bakry.

Cerita pendeknya terdapat dalam antologi, “Laut Biru Langit Biru,” susunan Ajip Rosidi, Jakarta, 1977. Buku antologi “Jakarta, Cerita Pendek Indonesia,” susunan Satyagraha Hoerip, diterbitkan di Kuala Lumpur tahun 1982.

Chairul Harun juga ikut dalam buku “20 Sastrawan Bicara” terbitan Sinar Harapan, Jakarta (*)


abrar khairul Ikhirma  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar