Kamis, 08 Juni 2017

MENIKAM JEJAK DBP KUALA LUMPUR

Bagiku, bila bepergian ke suatu daerah, mengunjungi objek-objek bersejarah, tempat-tempat seni dan kebudayaan, adalah suatu yang membahagiakan. Termasuk dapat mengunjungi dua kali Dewan Bahasa Pustaka (DBP) Kuala Lumpur, Malaysia, pada waktu berbeda, dengan momen yang sama yakni sastra.




Bagi kalangan pecinta sastra, pusat bahasa, kesastraan dan perpustakaan, selalu menjadi impian sebagai tujuan. Karena di tempat semacam itu, terasa bagaimana suatu bangsa dan Negara, meletakkan symbol “penghargaan” betapa pentingnya bahasa dan kepustakaan, di dalam membangun karakter dan kebudayaan manusia.

Dewan Bahasa Pustaka (DBP) Kuala Lumpur adalah kebanggaan masyarakat dan Negara Malaysia. Karena dari dewan ini, digerakkan berbagai kegiatan kebahasaan Bahasa Melayu, yang menjadi bahasa Negara Malaysia. Dari dewan ini diterbitkan berbagai buku-buku bacaan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian, seminar sampai kepada pendokumentasian.


MARET 2014


DBP Kuala Lumpur tidak hanya bergerak sendiri di pusat pemerintahan Malaysia, kini sudah mengembangkan ruang gerak dengan kehadiran kantor DBP di Kota Kinabalu-Sabah, DBP Kucing-Sarawak, DBP Wilayah Utara di Bukit Mertajam, Pulau Pinang, DBP Wilayah Timur di Kota Bharu, Kelantan, DBP Wilayah Selatan di Johor Bharu, Johor. Dengan demikian upaya memajukan kebahasaan dan kepustakaan pada masyarakat Malaysia lebih dapat berjalan efektif.

DBP Kuala Lumpur memiliki tower yang megah dengan arsitektur beratapkan berupa buku yang terkembang di puncaknya. Pada perjalanan sejarahnya, DBP dibangun semangat perjuangan bahasa oleh banyak sastrawan Malaysia yang ingin “menegakkan” bahasa Melayu dan membangun jati diri bangsa dengan sumber-sumber keilmuan melalui dunia bacaan.


SEPTEMBER 2017


DBP atau nama pertamanya Balai Pustaka, adalah sebuah jabatan pemerintah Malaysia yang didirikan pada 22 Juni 1956, untuk menggerakkan dan mengangkat bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan, bahasa resmi dan bahasa keilmuan.

DBP memiliki sebuah auditorium yang sampai saat ini, secara terus menerus sebagai tempat diselenggarakan pelbagai kegiatan, baik berskala Malaysia maupun antar bangsa. Pada setiap kegiatan, di halaman auditorium selalu hadir pustaka bergerak, mobil yang menjadi gerai penjualan buku-buku terbitan DBP maupun ITBM-Pena dan penerbit lainnya.

Pertamakali mengunjungi DBP Kuala Lumpur, pada bulan Maret 2014. Berkaitan dengan menghadiri Anugerah Puisi Dunia Numera 2014, yang diselenggarakan Persatuan Sasterawan Nusantara Melayu Raya (Numera) Malaysia. Numera mengadakan kegiatan bertempat di Auditorium DBP dan Sanggar Tun Sri Lanang di lantai puncak Tower DBP.


DEPAN AUDITORIUM DBP KUALA LUMPUR


Aku tak pernah membayangkan, kiranya aku dapat menikam jejak pertamakali itu tiga tahun kemudian, menghadiri Temu Penyair Asean 2017, bertempat di auditorium DBP Kuala Lumpur. Diselenggarakan ITBM-Pena Malaysia pada bulan September 2017.

Walau pun kehadiranku hanya sebagai peserta pada dua momen acara kesastraan itu, namun aku merasa beruntung dapat menjejak pusat kegiatan bahasa dan pustaka dari suatu Negara, yang pastinya menjadi symbol betapa pentingnya bahasa dan pustaka dalam membangun bangsa.


Pada dua kesempatan berada di DBP, kuakui, aku belum mendapat kesempatan untuk berlama-lama mengenali satu persatu yang ada di DBP. Karena di DBP terdapat ruang pameran, kedai buku, sejumlah keredaksian penerbitan di bawah naungan DBP. Tetapi dapat 2 kali mengunjunginya saja, aku kira sudah hal yang cukup membahagiakan sebagai seorang pecinta bahasa (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar