Jumat, 12 Mei 2017

HANG TIKAM “DI TANGAN” TUAH KENANG


Mungkin aku tak terlalu berharap akan dibaca hari ini oleh setiap orang yang melihat atau menyimpannya, namun aku merasa suatu hari kelak, ada yang membutuhkannya untuk mengetahui bagaimana gambaran pada saat karya itu ditulis.


HANG TIKAM TUAH KENANG DI TANGAN YURNALDI - PADANG


Aku muncul seketika di pertengahan bulan Februari 2017, pada sebuah rumah di komplek perumahan di daerah Batang Kabuang, arah utara pusat Kota Padang. Ini kunjungan keduaku setelah bertahun-tahun “menghilang” dari “keterhubunganku” dengan banyak orang pada rumah ini. Kunjungan pertamakali di minggu pertama bulan Agustus 2016. Aku tidak berjumpa dengan orang yang ingin kujumpai. Saat itu aku hanya bertemu dengan isterinya yang sudah anggap saudara.

Kedatangan kedua ini pun orang yang akan kutemui juga tidak berada di rumah seperti kedatangan pertama dulu. Isterinya menelepon suaminya, memberitahu kedatanganku. Dia meminta aku menunggunya sesaat, untuk dapat kami berjumpa.

Hari itu aku berjumpa dengan Yurnaldi, teman satu angkatan dalam dunia kepenulisan pada media cetak suratkabar di Sumatera Barat sejak tahun 1980-an. Kami pernah sama-sama menjadi redaktur di Koran Masuk Sekolah Harian Singgalang, Padang. 

Aku tidak menseriusi dunia jurnalistik tapi lebih cenderung hidup pada dunia kesenian. Sedang Yurnaldi menekuni dunia jurnalistik hingga kemudian hari dapat bekerja menjadi wartawan di suratkabar nasional Harian Kompas, Jakarta. Setelah berhenti dari Kompas dia sempat bekerja di beberapa penerbitan suratkabar dan menulis buku-buku pengalamannya menjadi wartawan.


DI TANGAN PENYAIR MALAYSIA ROSMIATY SHAARI - KUALA LUMPUR


Pertemuan kami itu berlangsung dengan perbincangan sekitar dunia jurnalistik maupun sastra dan dunia kesenian. Perbincangan yang memakan waktu tak kurang dari 4 jam itu, ditemani dengan sajian mpek-mpek yang enak, kuliner buatan isteri Yurnaldi sendiri yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Daerah yang dikenal di Indonesia dengan makanan spesifik mpek-mpek. Dalam waktu terakhir, Yurnaldi bersama isterinya bergiat dalam produksi melayani pesanan makanan khas mpek-mpek tersebut.

Setidaknya Yurnaldi tahu kepribadianku, terutama sejak aku “menghilang” bertahun-tahun, tidak kebiasaanku untuk mau bersengaja menemui seseorang. Karenanya, kedatanganku ini baginya dan isterinya, sungguh suatu hal yang istimewa di bulan Februari 2017. Aku sendiri memang suka memberikan surprise pada orang-orang tertentu yang kukenal. Termasuk aku “hadiahkan” sebuah buku kumpulan puisiku “Hang Tikam Tuah Kenang,” yang diterbitkan pada 17 Agustus 2016.


MONOLOGER ILHAMDI SULAIMAN & LILY SITI MULTATULIANA - JAKARTA


Buku kumpulan puisiku yang keenam Hang Tikam Tuah Kenang, memang tidak kulakukan pemasarannya seperti sekarang gencar dilakukan oleh mereka yang menerbitkan buku, melalui jaringan media social. Tetapi buku puisi ini untuk pertamakalinya, sudah “aku hadirkan” pada sejumlah personal saat mengikuti “Temu Penyair Asean 2016” di Kuala Lumpur, Malaysia, yang diselenggarakan ITBM-Pena-Dewan Bahasa Pustaka, Malaysia, 2 – 3 September 2016.

Kemudian pada minggu ketiga bulan yang sama, aku hadirkan buku puisiku Hang Tikam Tuah Kenang di Negeri Melaka, pada acara yang kuhadiri  “Malam Puisi Sungai Melaka @ Festival Antar Bangsa Sungai Melaka 2016,” yang diselenggarakan PENAMA --- Persatuan Penulis Negeri Melaka, 18 September 2016.

Hari Puisi 2016 di Taman Ismail Marzuki Jakarta, yang diselenggarakan minggu kedua bulan Oktober 2016, aku tak hadir dalam “kemeriahan puisi” itu, meskipun ramai berdatangan para penyair dari berbagai daerah, komunitas dan personal di Indonesia dengan “penuh semangat.” Aku pun sebelumnya juga tak pernah menyertakan puisiku untuk dapat termuat dalam buku antologi puisi tebal yang diterbitkan, berkaitan dengan acara tersebut.


INDONESIA - SINGAPURA DI TIM JAKARTA


Akan tetapi melalui media social fesbook, aku mengetahui bahwa sejumlah buku puisiku Hang Tikam Tuah Kenang, berada di tangan sejumlah orang sekaitan suasana itu. “Kehadiran” buku puisiku di Hari Puisi 2016 ini adalah semata-mata hanya inisiatif dari bu Lily Siti Multatuliana SutanIskandar, seorang yang dikenal dalam beberapa tahun terakhir, bergiat pada berbagai acara sastra di Malaysia dan Indonesia, sengaja datang dari Negeri Melaka, Malaysia ke Jakarta – Indonesia, “menghadiri” Hari Puisi 2016, salahsatu acara besar sastra Indonesia. Tentu saja inisiatif itu suatu hal yang positif dan patut diucapkan terimakasih.

Sebelum pulang ke tanah air, sewaktu berada di Melaka, aku memang “menyerahkan” sejumlah buku puisi Hang Tikam Tuah Kenang pada bu Lily, mohon bantuannya, mana tahu teman-teman di Malaysia yang ingin “memiliki” buku itu dapat memiliki via bu Lily. Termasuk juga dengan maksud yang sama, sebelumnya aku juga telah mohon bantuan saat berkunjung ke Negeri Kedah pada bu Amelia Hashim, penulis wanita Kedah. Terakhir kuketahui bu Amelia kemudian juga “menitipkan” buku tersebut kepada bu Lily di Melaka. Terimakasih (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar