Kamis, 30 November 2017

6 KURMA MADINAH

Walaupun memotret adalah hobiku tapi tidak sepenuhnya kulakukan mendokumentasikan berbagai objek yang kutemui. Aku lebih focus untuk beribadah selama di Tanah Suci. Karenanya, ada sejumlah foto-foto yang kuhasilkan selama melaksanakan ibadah Umroh, serasa bagaikan kurma. Terasa manis, enak dan mengandung energy.




BERKUNJUNG ke Jabal Uhud. Aku melihat bayangan itu di salah satu kaca bus yang berjejer di salah satu sisi jalan. Siang dengan panasnya yang terik. Teringat Rasulullah berperang, pasukan pemanah dan orang-orang munafik. Petunjuk dan kekalahan itu.




BERJALAN menyusuri salah satu sisi Masjid Nabawi. Keteduhan itu menentramkan hati. Pandangan yang lapang menjadikan alam terbuka untuk manusia menghayati kehidupannya. Walaupun berbeda langkah, langkah itu seperti beriringan mengikuti denyut nadi pada sebatang tubuh.




KEDAMAIAN itu ialah menikmati dengan penghayatan. Di salah satu sisi Masjid Nabawi, tiap mukmin melangkahlah dengan hatinya. Bukankah semuanya diciptakan Allah, semuanya meraihnya sebagai suatu yang patut disyukuri. Hitam atau pun putih.




DIANTARA jalan-jalan itu, seakan semuanya menuju Masjid Nabawi. Jauh dari kebisingan, hiruk pikuk kendaraan dan gebalau suara. Seakan dunia merunduk dalam keheningan. Ada yang bergegas untuk mencapai masjid, ada yang mencoba memastikan detak jantungnya dengan langkah kaki menelusuri jalan menuju Masjid Nabawi.




HARI ini ada yang mengintai. Ada yang mencoba bersiasat. Menadah tangan. Wajahnya tertutup cadar. Jalannya sengaja diperlahankan, bagaikan seorang yang terseok-seok. Ia entah dari mana. Ia sudah ada saja berada di depan penginapan. Awalnya hanya sendiri. Ketika ada yang memberi, sekejap bagaikan laron datang menyergap. Sudikah memberi? Maknakan sendiri.




LANGKAH itu pasti. Seakan irama itu selalu pemandangan biasa meskipun diiringi do’a dan zikir dalam tapak yang melangkah. Aku selalu menangkap dengan makna dan artistic. Betapa ibadah itu keheningan yang sulit diterjemahkan pada berbaris kata. Ia akan menjadi ada pabila berada di dalam jiwa. Irama itu selalu membayang, menggema, tatkala lorong waktu selalu berada di hadapanku.


[copyright foto dan teks: abrar khairul ikhirma – Madinah – 2017]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar