Jumat, 21 Juli 2017

CAHAYA LISTRIK PERTAMA DI JAZIRAH ARAB

Masjid Nabawi dalam perjalanan sejarahnya bertabur kemuliaan. Memiliki arti penting bagi pengembangan agama Islam. Dari berbagai bangsa dan Negara, umat Islam berdatangan ke Masjid Nabawi berziarah dan beribadah hampir sepanjang waktu. Suatu rahmat bagi seorang muslim dalam hidupnya, dapat mengunjungi sekaligus beribadah di Masjid Nabawi.




Termasuk pada diriku sendiri. Dapat mendatangi Masjid Nabawi diantara sesama muslim di dunia adalah suatu yang membahagiakan, suatu tak dapat dipungkiri untuk disyukuri. Tidak hanya keluasan area beribadah yang tersedia tapi sekaligus memberi warna pada dunia arsitektur berbagai bangunan masjid di banyak Negara di dunia.

Masjid Nabawi merupakan dua masjid bertingkat berbentuk persegi panjang tidak beraturan. Memiliki ruang sholat yang dinamakan bangunan Utsmaniyah menghadap ke arah selatan. Atap bangunan dengan posisi rata. Terdapat 27 kubah yang dapat digeser. Terdapat berbentuk lubang di atas langit-langit masjid, menjadikan salah satu kubah itu berfungsi mengiluminasi interior. Kubah bergeser di atas jalur besi, menuju ke bagian pinggir atap, membuat cahaya tambahan masuk menuju ruang sholat utama. Atap masjid pada saat memasuki masa puncak kedatangan muslim ke Madinah, digunakan untuk sholat.  

Pada masa itu pula, halaman masjid ditambah dengan payung-payung yang membentuk pilar-pilar tunggal. Atap masjid terhubung dengan tangga dan escalator. Wilayah halaman sekitar masjid juga digunakan untuk salat, dilindungi oleh payung-payung besar. Kubah bergeser dan payung yang dapat terbuka secara otomatis di rancang oleh arsitek Jerman Mahmoud Bodo Rasch bersama temannya SL Rasch GmbH dan Buro Happold.



Selama berada di Kota Madinah, setiap memasuki kawasan Masjid Nabawi, hampir tak pernah mataku terpejam. Ada-ada saja yang menjadi menarik untuk aku lihat. Baik saat berada diluar maupun berada di dalam masjid. Tentu saja arsitektur bangunannya yang ada sekarang. Hampir tak ada bersisa dari perhatian pada detil-detil seni arsitekturnya.

Selalu aku terbawa dalam lamunan-lamunan ke masa lalu. Membayangkan situasi dan suasana masjid ini di masa-masa awal zaman kenabian, diteruskan zaman khalifah sampai akhirnya pada masa sekarang. Selalu saja kekagumanku kalah menarik dengan betapa rapinya arsitektur ini oleh lamunan masa silam itu. Apalagi kisah-kisah yang terjadi di masa lalu itu sangat mempengaruhi alam pikiranku. Termasuk sebagai salahsatu tonggak perkembangan dunia Islam sangat menentukan.

Rasulullah sendiri pernah menyatakan tentang masjid yang termasuk masjid dibangunnya ini,"Barangsiapa melakukan salat di mesjidku sebanyak empat puluh kali tanpa luput satu kali salat pun juga, maka akan dicatat kebebasannya dari neraka, kebebasan dari siksa dan terhindarlah ia dari kemunafikan." (Riwayat Ahmad dan Thabrani dengan sanad yang sah)

Masjid Nabawi ini salah satu tempat yang disebutkan namanya dalam Alquran. Kemajuan masjid ini tidak lepas dari pengaruh kemajuan penguasa-penguasa Islam. Pada 1909, tempat ini menjadi tempat pertama di Jazirah Arab yang diterangi pencahayaan listrik.

Masjid Nabawi berada dibawah perlindungan dan pengawasan Penjaga Dua Tanah Suci. Masjid ini secara lokasi berada tepat di tengah-tengah kota Madinah, dengan beberapa hotel dan pasar-pasar yang mengelilinginya. Masjid ini menjadi tujuan utama para jamaah Haji ataupun Umrah. Beberapa jamaah mengunjungi makam Nabi Muhammad untuk menelusuri jejak kehidupannya di Madinah.

Setelah wafatnya Rasulullah dan berakhirnya zaman kenabian, Masjid Nabawi berkali-kali direnovasi dan diperluas. Renovasi yang pertama dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 17 H, dan yang kedua oleh Khalifah Utsman bin Affan pada tahun 29 H.




Di zaman modern, Raja Abdul Aziz dari Kerajaan Saudi Arabia meluaskan masjid ini menjadi 6.024 m² pada tahun 1372 H. Perluasan ini kemudian dilanjutkan oleh penerusnya, Raja Fahd pada tahun 1414 H, sehingga luas bangunan masjidnya hampir mencapai 100.000 m², ditambah dengan lantai atas yang mencapai luas 67.000 m² dan pelataran masjid yang dapat digunakan untuk salat seluas 135.000 m². Masjid Nabawi kini dapat menampung kira-kira 535.000 jemaah.

Dalam sejarah renovasi masjid yang pernah dibangun oleh Rasulullah ini, setelah Pertempuran Khaybar, masjid "diperbesar". Perluasan masjid untuk 47.32 meter (155.2 ft) pada salah satu sisi dan tiga ruas pilar dibangun disamping tembok bagian barat, yang menjadi tempat salat. Masjid mengalami perubahan saat pemerintahan Khulafaur Rasyidin Abu Bakar.

Khalifah kedua Umar meratakan semua rumah dekat masjid kecuali rumah istri Nabi Muhammad untuk memperbesar masjid ini. Dimensi ukuran masjid baru saat itu menjadi 57.49 meter (188.6 ft) × 66.14 meter (217.0 ft). Lumpur digunakan untuk dinding penutup. Selain ditaburi kerikil di lantainya, tinggi atap ditambah hingga 5.6 meter (18 ft). Umar sedikitnya membangun tiga konstruksi gerbang baru sebagai pintu masuk. Dia juga menambahkan Al-Butayha bagi masyarakat untuk membacakan puisi-puisi.

Khalifah ketiga Utsman merobohkan masjid ini pada 649 M. Sepuluh bulan dihabiskan untuk membuat bentuk persegi panjang masjid yang menghadap ke Kakbah di Mekah. Masjid baru tersebut berukuran 81.40 meter (267.1 ft) × 62.58 meter (205.3 ft). Jumlah gerbang disamakan pada bangunan sebelumnya. Dinding pembatas terbuat dari lapisan bata dengan adukan semen. Tiang-tiang batang kurma digantikan oleh pilar batu yang disatukan dengan kempa besi. Kayu jati juga dimanfaatkan dalam rekonstruksi langit-langit.

Pada 707, Khalifah Umayyah Al-Walid ibn Abd al-Malik merenovasi masjid. Renovasi ini memakan waktu tiga tahun untuk menyelesaikannya. Bahan-bahan material berasal dari Bizantium. Wilayah masjid diperbesar dari 5094 meter persegi pada masa Utsman bin Affan menjadi 8672 meter persegi. Sebuah tembok dibangun untuk memisahkan masjid dan rumah istri Nabi Muhammad. Masjid direnovasi dalam sebuah bentuk trapesium dengan panjang 101.76 meter (333.9 ft). Untuk pertama kalinya, beranda dibangun di masjid menghubungkan bagian utara struktur ke struktur terpentingnya. Untuk pertama kalinya pula,minaret dibangun di Madinah, ia membangun empat minaret.

Minaret-minaret pertama (jumlahnya empat) 26 feet (7.9 m) dibangun oleh Umar. Pada 1307, sebuah minaret dijuluki Bab al-Salam ditambahkan oleh Muhammad bun Kalavun yang direnovasi oleh Mehmed IV. Setelah proyek renovasi 1994, terdapat sepuluh minaret yang tingginya 104 meter (341 ft). Bagian bawah, dasar dan dan atas berbentuk silinder, segi delapan yang terlihat menarik.



Pada masa Khalifah Abbasiyah Al-Mahdi memperluas masjid ke utara sebanyak 50 meter (160 ft). Namanya juga ditulis pada dinding masjid. Dia juga mengusulkan untuk menghilangkan enam anak tangga menuju mimbar, tetapi usulan ini ditolak, karena hal ini dapat menyebabkan kerusakan yang merugikan. Menurut tulisan Ibnu Qutaibah, khalifah ketiga Al-Mamun melakuan pekerjaan yang tidak menentu pada masjid. Al-Mutawakkil memimpin pelapisan makam Nabi dengan marmer. Al-Ashraf Qansuh al-Ghawri membangun sebuah kubah diatas makam Nabi pada 1476.

Sultan Abdul Majid I menghabiskan waktu tiga belas tahun untuk membangun kembali masjid, yang di mulai pada 1849. Batu bata merah digunakan dalam material utama pada rekonstruksi masjid. Luas lantai diperbesar hingga 1293 meter persegi. Pada dinding-dindingnya, ayat-ayat Alquran di lukis dalam bentuk kaligrafi Islam. Pada sisi utara masjid, sebuah madrasah dibangun untuk "bimbingan mengajar Alquran "

Setelah pendirian Kerajaan Arab Saudi pada 1932, masjid mengalami modifikasi besar. Pada 1951 Raja Ibn Saud (1932–1953) merencanakan penghancuran bangunan sekitar masjid untuk membuat sayap baru ke timur dan barat dari gedung peribadatan utama, dengan tetap kolom beton dengan sentuhan seni. Kolom tertua diperkokoh beton dan dipasangi cincin tembaga diatasnya.

Minaret Suleymaniyya dan Majidiyya dipindahkan menjadi dua minaret bergaya Mamluk. Dua menara tambahan ditegakkan ke barat daya dan timur laut masjid. Sebuah perpustakaan dibangun sepanjang tembok bagian barat yang menjadi tempat koleksi Al-Qur'an bersejarah dan beragam teks keagamaan lainnya.

Pada 1974, Raja Faisal menambahkan 40,440 meter persegi untuk luas masjid. Perluasan masjid juga dilakukan pada masa kekuasaan Raja Fahd pada 1985. Bulldozer turut gunakan dalam penghancuran bangunan-bangunan sekitar masjid. Pada 1992, ketika konstruksi ini selesai, wilayah masjid menjadi 1.7 juta kaki. Eskalator dan 27 halaman juga ditambahkan dalam perluasan masjid.

Saat sekarang Masjid Nabawi dapat menampung lebih dari 1,6 juta jamaah(*)


@Bahan Data: Wikipedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar