Jumat, 04 November 2011

Serba “Lawuak Darek”


DI DAERAH Pariaman (baik dalam wilayah kota maupun kabupaten), sejak beberapa tahun terakhir bak saling berlomba, bermunculan tempat-tempat makan siang di berbagai pelosok. Sebelumnya popular makan siang di pondok-pondok makan yang menjamur di sejumlah kawasan tepi pantai.

Popular dengan namanya “makan nasi sek.” Awalnya “sek” yang dimaksud untuk menyebut harganya di tahun 1980-an Rp.100 kenyang, lalu menjadi Rp.1000,- kenyang. Kini tidak jelas berapanya bisa kenyang. Karena harga bervariatif di masing-masing pondok makan. Namun nama “nasi sek” tetap saja “dipakai-pakai” untuk merek dagang.


Tampaknya akibat “ulah perlakuan” sendiri oleh masing-masing pondok makan yang tidak menjaga konsumen, kini pondok-pondok makan di tepi pantai nyaris sudah ditinggalkan. Baik oleh masyarakat local maupun pendatang dari luar.

Sajian sudah tidak spesifik lagi dan harga “seenaknya” dikenakan pada pengunjung. Bahkan sering terjadi tidak masuk akal. Mayoritas pengunjung yang pernah makan di kawasan Pantai Pariaman, banyak “menyumpah” karena merasa “diperas” dengan harga yang harus mereka bayar.


Tidak mau kalah, dalam rentang waktu hampir bersamaan, di beberapa tempat yang jauh dari kawasan pantai, sebenarnya telah mulai muncul pondok-pondok makan yang menyajikan menu lawuak darek {ikan darat).

Kemunculan ini dipicu adanya pondok makan yang "diserbu" pengunjung di sejumlah tempat dalam wilayah kabupaten semacam di Kapalo Hilalang (2 x 11 Kayutanam) dan Kiambang (2 x 11 Enam Lingkuang), daerah yang berada di pinggir jalan raya Padang-Bukittinggi. Termasuk sejumlah tempat di pelosok Nagari Pakandangan.

Dimana dari ketiga nagari itu mampu melesat menghantarkan sajian “lawuak darek” menjadi sajian “berkelas” sampai ada pondok makannya berhasil buka cabang di jalan utama di Kota Padang.


Lawuak Darek yang menjadi menu utamanya adalah ikan kalui, ameh, lambau dan ikan nila. Dimana ikan-ikan tersebut merupakan hasil peternakan ikan darat. Hidup di kolam-kolam milik masyarakat setempat dan sekitarnya.

Seperti yang ditemukan [19-10-2011] di salah satu pondok makan yang kini ramai konsumennya di daerah Koto Mambang, Kenagarian Sungai Durian, Patamuan, Padangpariaman.

Sajiannya serba spesifik Lawuak Darek, dalam bentuk gulai santan, gulai pangek padeh, bakar dan goreng. Tidak cukup hanya itu, juga dihidangkan sambalado hijau dan tumis pucuk ubi untuk menyertai nasi putih yang hangat. Harga pun jelas sesuai dengan yang disantap, selain pelayanan yang diberikan lumayan baik. [abrar khairul ikhirma # 19-10-2011]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar