Selasa, 27 September 2011

Wajahku Menjadi Hitam

KATA orang aku berkulit hitam. Padahal menurut penjelasan warna kulit pada umumnya, kulit tubuhku dalam klasifikasi sawo matang. Karena jarang makan sayur-sayuran, terkadang kulitku mengering. Mungkin karena gaya hidupku tidak peduli harus punya penampilan bagus, merasa percaya diri saja, dimana saja. Soalnya bentuk bagiku tidak terlalu penting, yang penting harus dijaga itu adalah hati, pikiran, tingkah laku dan hubungan sesama orang di mana berada.


Beberapa pekan ini… aku sepanjang hari berada di kawasan pantai. Otomatis wajahku menjadi hitam dan kulitku kini terbakar. Aku senang berada di lingkungan para nelayan itu. Meskipun penampilanku menjadi tidak menarik, tidak berkulit bersih dan berpakaian rapi. Senang sekali dapat ikut mendorong perahu mereka yang mau turun ke laut pada pagi hari. Jika siang ikut pula membantu menaikkan perahu ke pantai bersama-sama, menjauh dari jangkauan ombak.


Yang paling menyenangkanku adalah menjenguk ke dalam setiap perahu mereka jika sudah sampai di pantai. Tentu saja mengetahui berapa banyak hasil tangkap Pak Nelayan dari melaut hari ini. Perasaanku menjadi riang tatkala melihat hasil tangkap yang banyak. Aku merasa senang saja melihat ikan-ikan segar itu menggelepar dalam perahu. Mulai dari ikan gambolo, gabua, kerapu tandang sampai ke kerapu merah. Bahkan acap juga terkail ikan pari dan hiu.


Jika perahu Pak Nelayan pulang tidak membawa hasil atau hanya sedikit hasil, aku terbawa perasaan sedih, bahkan kadang merasa kecewa sendiri. Bayangkan…. Mereka berangkat pagi melawan dingin, melawan ombak, jauh ke tengah laut dengan bekal bahan bakar bensin, makan minum dan rokok, sekaligus nyawa mereka dipertaruhkan bersama waktu, bisa-bisa pulang dengan tangan hampa.


Aku merasa damai jika dari pagi sampai menjelang waktu sholat Isya hanya berada di pantai. Bercengkerama di bawah batang waru yang rindang, berpanas-panas di bawah terik matahari melepas dan menyambut kepulangan nelayan untuk sama-sama menaikkan menjauh dari ombak, menyentuh ikan-ikan tangkapan mereka penuh kegembiraan, membakar ikan segar di atas unggunan atau hanya menyendiri memandang laut di atas perahu yang tergeletak sunyi di pantai itu. (abrar khairul ikhirma /25/09/2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar