Senin, 26 September 2011

Tukang Parkir Kereta Api

WALAU PUN kereta zaman sekarang tidak lagi memakai bahan bakar batubara tetapi namanya tetap lekat dengan Kereta Api. Sejak tidak lagi dipakai untuk membawa batu bara dari Sawahlunto ke pelabuhan Teluk Bayur-Padang, nasib kereta api di Sumatera Barat langsung pudur. Sebelumnya selain dijadikan sarana angkut batubara, kereta api menjadi angkutan penumpang amat vital. Namun tersedianya jalan dan mobil, kereta api bukan lagi andalan utama sebagai moda transportasi. Berkat dorongan Masyarakat Pecinta Kereta Api, beberapa tahun ini kereta api dijadikan sebagai sarana pariwisata.


Jalur yang dihidupkan kembali adalah jalur Setasiun Pulau Air (Simpang Haru, Padang), Setasiun Tabiang Padang, Setasiun Lubuak Aluang, Pauh Kamba, Kurai Taji dan Setasiun Pariaman. Padang dan Pariaman, kereta api melayani penumpang setiap hari, pagi – siang dan sore. Jika di hari libur, frekuensi dan jumlah gerbong ditingkatkan. Soalnya, arus penumpang dari arah Padang ke Pariaman bisa melebihi kapasitas hari biasa. Karena banyak masyarakat yang ingin berlibur di Pantai Gandoriah Pariaman yang terletak di depan Setasiun Pariaman.


Kereta api sekarang adalah kereta api diesel berbahan bakar solar. Derum mesin, gemerutuk roda besi beradu dengan rel, bunyi peluitnya tidak lagi memiliki suara yang khas. Termasuk tidak ada lagi kepulan asap lokomotifnya. Namun bukan berarti membosankan tapi masih ada pemandangan asyik bila tiap kali sedang berada di setasiun saat kereta datang dan pergi. Sejumlah tukang parkir akan sibuk mengatur lokomotif memarkirkan gerbongnya. Begitu juga saat lokomotif semula berada di depan mengarah ke Utara saat datang, harus dipindahkan ke bagian belakang gerbong untuk tetap berada di depan lagi jika berangkat ke arah Selatan. (abrar khairul ikhirma /10/09/2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar