Sabtu, 20 Agustus 2011

Kesenangan itu Terganggu

Kemerdekaan adalah impian semua bangsa. Karena dengan kemerdekaan itu akan ada kebebasan, kesejahteraan, ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan. Namun apalah artinya kemerdekaan, jika kemudian impian bangsa tercabik-cabik “ketakutan” yang dilahirkan oleh kemerdekaan itu sendiri???

Sebagaimana pernah saya temukan dalam suatu pembicaraan, suatu kali di tahun 80-an awal, dengan seorang pejuang 45 yang tersisa di alam kemerdekaan, diantara kekecewaannya terlompat perkataannya di hadapan saya, kira-kira nadanya seperti ini: “kemerdekaan bukanlah kebebasan tanpa kendali, bukanlah kebebasan yang berkonotasi liar tetapi kemerdekaan adalah sesuatu yang mengikat.”
Ucapan itu dikatakannya, karena dia prihatin menanggapi hal yang tengah berlangsung di alam kebebasan, bagaimana arus kesewenang-wenangan, ketidak-pedulian dan seenaknya, begitu merajalela di berbagai lini. Tidak hanya di jalur kekuasaan, di tengah keseharian pun dia menjadi tumbuh subur bagaikan epidemi. Sebahagian besar seakan-akan tidak bermasalah, sebahagian besar sebenarnya sangat bermasalah.
Jangankan dalam masyarakat, di dalam keluarga yang merupakan lingkaran kecil pun sudah menjadi embrio, yang kelak terlempar ke lingkaran yang lebih luas lagi: masyarakat. Dari lingkaran kecil itu atau dari lingkaran besar, sama-sama menyumbang terjadinya perihal demikian itu.
Misalkan saja, seorang anak dapat saja berlaku seenaknya pada kedua orangtuanya, yang seharusnya tidak terjadi atau orangtua membiarkan hal-hal yang tidak disiplin terjadi pada anaknya dan menganggapnya hal yang biasa saja. Kedua hal itu: seenaknya dan membiarkan: akhirnya merusak bukan hanya untuk mereka tapi juga orang lain.
Krisis itu terus berlangsung. Mulai dari hitungan satu ke hitungan kelipatan berikutnya. Apa jadinya? Kebebasan yang dipahami adalah kebebasan yang liar. Kemerdekaan yang dimaknakan sebagai sesuatu yang tidak memerlukan aturan dan tidak dirasa sebagai sesuatu yang mengikat seseorang, keluarga, kaum, masyarakat, bangsa dan seterusnya…..???
Kebebasan yang dikatakan sebagai kemerdekaan itu selalu diinginkan untuk kesenangan. Kesenangan yang relatif dipahami adalah wujud dari kesejahteraan, ketentraman dan kebahagiaan. Namun sepanjang sejarah, karena relatifnya, tak pernah semuanya itu tercapai dengan sempurna dan berlangsung panjang. Hanya sesaat. Jadi hidup kita sebenarnya dituntut untuk mengimpikan dan mengusahakannya terus menerus, silih berganti, ganti berganti, sebagai titik tujuan dari semua orang bahwa kemerdekaan adalah hal yang mutlak.
Makanya, tidak akan pernah ada sepenuhnya seseorang, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara yang mendapatkan atau merasakan secara bersama-sama. Untuk sebahagian merasa senang, sebahagian lain menyengsarakan. Sebahagian merasa aman, sebahagian lagi tertekan. Ada benarnya, walaupun terlahir sebagai seloroh, “jika semua orang adalah presiden, siapa lagi yang akan jadi rakyat?” atau “kalau semua orang kaya, siapa lagi orang miskin yang bisa disuruh-suruh?”
Itu artinya kekurangan dan kelebihan adalah keseimbangan hidup. Jika tidak ada suatu titik yang akan diperjuangkan, dunia akan menjadi berhenti. Beku. Semua orang jika setuju saja, tidak akan tahu bahwa yang dilakukan adalah benar. Kanan memerlukan kiri, begitu juga sebaliknya.
Dalam perpolitikan di dunia, kuasa-menguasai adalah kodrat manusia. Baik yang dianggap baik, begitu juga baik yang menganggap buruk. Selalu ada pro-kontra. Hanya saja dalam beberapa decade ini, pertumbuhan kepentingan semakin banyak dan semakin meluas sehingga melahirkan taktik dan kelicikan tak bertanggungjawab. Bukankah kebebasan telah melahirkan praktek segala cara. Karenanya, ada yang meneror dan ada yang terteror.
Singkat cerita, teror yang hadir diantara kita akhir-akhir ini: sebahagian menganggap perjuangan, sebahagian lain menganggap kesenangannya terganggu. Padahal semuanya ini tak akan jauh dengan hukum alam, bayang-bayang akan bergerak, pabila objek itu bergerak. Keduanya saling mengikuti. Kemajuan pastilah melahirkan kemunduran.***(abrarkhairulikhirma/20/08/2011

* Tulisan ini sudah pernah dipublikasikan oleh Tabloid Target 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar