Kamis, 01 November 2012

Tonggak Puncak Tabuik dari Pulau Gosong


PEMBUATAN Tabuik Pasa tahun ini 2012, terasa istimewa. Pasalnya Azwar si pembuat Tabuik khusus mencari bahan untuk tonggak puncak ke Pulau Gosong. Kendati prosesi Tabuik direncanakan masih beberapa pekan lagi baru resmi dimulai, namun Azwar berinisiatif untuk lebih awal mempersiapkan sejumlah bahan-bahan yang diperlukan.
Tonggak atau tiang puncak memang diperlukan kayu khusus. Kuat dan memerlukan daya lentur jika diayun saat Tabuik dihoyak. Tiang puncak menyangga “bungo” berbentuk payung dan berada di bagian bangunan tertinggi Tabuik, dimana bangunan Tabuik tahun ini yang akan dibuat Azwar setinggi 12,5 meter itu.
Azwar membawa tim kerjanya Ajo Koti, Zul dan Amaik serta penulis pada hari Selasa 30/10 kemarin, dengan memakai sebuah perahu nelayan bercadik, bermesin 9.0 pk. Semula keberangkatan ke Pulau Gosong direncanakan setelah sholat iedhul adha tapi karena cuaca buruk terpaksa dibatalkan. Jadi pada hari Selasa itulah baru dilaksanakan. Berangkat dari Pantai Gandoriah pkl 9.00 wib pagi, cuaca lumayan baik dan arus laut tidak mencemaskan.
Pulau Gosong ditempuh 2,5 jam jika cuaca dan arus laut normal. Pulau ini satu dari lima pulau yang terletak di lepas pantai Pariaman, kini masuk dalam wilayah Kota Pariaman. Pulau Gosong disebut juga dalam Peta sebagai Pulau Bando. Pulau ini nyaris tak dikunjungi oleh masyarakat umum kecuali nelayan. Itupun tak semua nelayan yang berminat mampir. Karena pulau ini nyaris dikelilingi hamparan karang dan berbahaya bagi keselamatan perahu. Sehingga susah untuk mendekati bibir pantai. Sebelum mengambil kayu yang tumbuh di tengah pulau yang kini masih rimbun itu, Ajo Koti membaca do’a memohon tanda permisi dan dijauhi marabahaya. Selain mendapatkan kayu untuk tonggak puncak, juga sekalian diambil kayu untuk tonggak peti-peti atau kamar-kamar yang terdapat di bagian pinggang Tabuik. Pengambilan sampai berlangsung selama 2 jam, karena kesulitan untuk memotong dan mengeluarkannya dari kerimbunan pohonnya. Begitu juga satu dua orang harus memanjat ke atas pohon ke dahan setinggi 7 sampai 8 meter dari permukaan tanah itu.
Kami memang tidak bisa berlama-lama di pulau, soalnya suara ombak sudah mulai bergemuruh dari laut lepas, suara guntur pun di langit sudah terdengar. Kayu-kayu yang didapatkan segera dinaikkan ke biduk yang sudah berada di pasir pantai, karena pasang sudah turun. Setelah dimuat, kami bersama-sama harus menggiring biduk hati-hati untuk sampai ke tubir karang, tepatnya ke dekat ombak memecah yang jauh dari pasir pantai. Perasaan lega setelah biduk sudah melaju dengan baik menuju pantai, meski satu jam perjalanan kami harus disiram hujan, dan Alhamdulillah….. kami kembali selamat sampai di pantai ketika cuaca sudah agak menerang dan hujan telah berhenti. (abrar khairul ikhirma, 30/10/2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar