Jumat, 16 November 2012

Prosesi Tabuik Maambik Tanah: Terhipnotis 1 Km Jalan Kaki


PARIAMAN, SO--Prosesi sakral “maambiak tanah” oleh “urang rumah tabuik” Kenagarian Pasa, yang dilaksanakan selepas sholat maghrib tadi malam, Kamis (15/11), di batang air Simpang Galombang, Kenagarian V Koto Air Pampan, Kota Pariaman, berjalan dengan baik. Ratusan warga sejak sebelum maghrib sudah memenuhi lokasi, dan bau menyan menambah suasana magis. Lalu lintas yang ramai di sekitar lokasi berjalan lancar tanpa terjadi kemacetan.

“Kami memang memutuskan pengambilan tanah baru dilaksanakan selesai sholat maghrib. Menurut tradisinya harus seiring dengan suara azan, tanda pergantian siang dengan malam,” ujar Erman Zuhri alias Man Wali, Ketua Tabuik Pasa, menjawab saat ditanyakan banyak orang setempat mempertanyakan tidak seperti waktu biasanya.

Pengambilan tanah dilakukan langsung oleh keluarga pewaris Rumah Tabuik Pasa Kampuang Perak. Sejak Mak Ciak Lumuik wafat 2 tahun lalu, kini digantikan oleh kemenakannya Yuang Pijal (38 thn). Beliau mengambil tanah di dasar sungai hanya berbalutkan kain kafan dan menyelam ke dalam sungai. Tanah yang diambil dibungkus kain kafan, lalu diletakkan di atas dulang yang kemudian dibawa pulang, untuk diletakkan ke dalam daraga. Sejak awal pelaksanaan sacral maambiak tanah dipimpin langsung oleh Jelok Naih (Nasrul), pewaris yang dituakan dari Rumah Tabuik Pasa.

Sebagaimana awalnya datang tadi sebelum maghrib, arak-arakan ‘maambiak tanah’ diiringi oleh music tradisionil gandang tasa tanpa henti. Gandang tasa dimainkan oleh anak nagari dari 4 jorong dalam wilayah adat Nagari Pasa yakni Kampuang Perak, Pasia, Lohong dan Karan Aur, Kota Pariaman. Di depan rombongan gandang tasa, sejumlah anak-anak nagari membawa telong-telong dan bendera mengiringi 2 orang yang menjunjung baki tanah yang sudah diambil dan baki pembakaran menyan.

Arak-arakan pulang mengambil tanah dari Simpang Galombang menuju Rumah Tabuik Pasa menjelang sholat Isya mendadak panjang, sejauh 1 kilometer. Disaksikan masyarakat sepanjang jalan yang dilewati. Tidak kurang dari 200 orang lebih berjalan kaki secara spontan, baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, terhipnotis suara gandang tasa yang bertalu-talu, dengan hentakan seperti langgam “basosoh,” pukulan gandang menyerang lawan di medan peperangan, menggambarkan suasana perang karbala dan kematian Hosen, cucu Nabi Muhammad SAW, yang diperingati bertahun-tahun di Pariaman, hingga menjadi alek tradisi kebanggaan Orang Piaman sampai kini.

Dilaporkan : @rkhi [abrar khairul ikhirma] http://sumbaronline.com/berita-12851-prosesi-tabuik-maambik-tanah-terhipnotis-1-km-jalan-kaki.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar