Rabu, 26 April 2017

MUHAMMAD IBRAHIM ILYAS



Muhammad Ibrahim Ilyas, lahir di Padang, 28 Januari 1963, dan pendidikan akhirnya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Fakultas Seni Pertunjukan, Jurusan Teater.



Pernah bekerja menjadi redaktur di beberapa penerbitan di Padang, Yogyakarta dan Jakarta, antara tahun 1985-2012.

Pernah mengikuti pertukaran seniman muda Asia ke Saitama Arts Theatre, Jepang, disponsori The Japan Foundations, mengikuti Temu Teater Indonesia (1982, 1986, 1996).

Bergabung dengan Bumi Teater pimpinan Wisran Hadi, sejak 1977, dengan Sanggar Dayung-dayung pimpinan A Alin De, sejak 1979. Salah seorang pendiri Sanggar Semut (1981) dan Sanggar Pasamaian (1981). Kemudian 1993 mendirikan , Teater Imaji.

Memenangi beberapa sayembara penulisan naskah drama dan puisi di Padang, Yogyakarta dan Bandung, antara tahun 1986-1996.

Naskah drama karyanya antara lain: Menggantung di Angin, Cabik, Pekik Sunyi, Dalam Karung, Titik Nol, Dendang Waktu dan Dendang Lain Waktu.

Naskah drama dan puisi karyanya dimuat di dalam sejumlah antologi. 

Puisinya dimuat dalam antologi, Lirik Kemenangan (Taman Budaya Yogyakarta, 1994), Amsal Sebuah Patung (Borobudur Award, 1995), Dampak 70 Kemala (2011), Tuah Tara No Ate (Temu Sastrawan Indonesia, 2011), Ibu Nusantara Ayah Semesta (Gramedia, 2012), Menyirat Cinta Hakiki (Numera, 2012). 

Kumpulan puisi tunggalnya, Ziarah Kemerdekaan (2015) dan Syair dalam Sekam (Arifha, 2016).
Dramanya Cabik dimuat dalam Antologi Napi (Taman Budaya Yogyakarta,1994),Dalam Tubuh Waktu, Tiga Lakon Muhammad Ibrahim Ilyas (Teater Imaji, 2013).

Buku karyanya Hoerijah Adam; Barabah yang Terbang tak Kembali, diterbitkan 1991 dan Poetical Form of Syahrizal (ed) Yogyakarta, 1995.

Tahun 2016, Bram kembali ke Padang setelah 14 tahun di Yogyakarta. Menjabat Sekretariat Dewan Kesenian Sumatera Barat (2007-2010) dan mendirikan Komunitas Pucuk Rebung dan Padang Institut. Teater Imaji tetap berproses sampai sekarang, kegiatannya berkembang dan berubah nama IMAJI, Rumah Drama  dan Penulisan Kreatif (2014).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar