Orang Pariaman yang bepergian keluar
daerahnya, pada umumnya bagi laki-laki yang biasa minum di kedai kopi (minum),
selalu akan mencari tahu adakah kedai orang Piaman
terdekat dari tempat mereka menginap.
SUASANA MALAM JALAN PENDAKIAN KOTA BENGKULU |
Tidak jauh dari rumah tempatku menginap. Dapat dicapai
dengan berjalan kaki. Malam selepas sholat Isya, berdua kami menuju Jalan
Pendakian. Jalan kecil yang terletak bersisian dengan Pasar Kampung, tepatnya
bertumbuk nantinya ke Monumen Thomass Parr, pusat Kota Lama Kota Bengkulu.
Baik siang atau pun malam, Jalan Pendakian tidaklah
merupakan jalan yang ramai dilalui kendaraan, meskipun merupakan jalan lintasan
dari kawasan pasar dan benteng Fort Marlborough ke arah pantai di Malabro.
Panjang ruas jalan pun tidaklah terlalu panjang. Karena jarak pusat keramaian
dengan pantai sangatlah dekat.
Waktu siang saja tidak ramai. Apalagi pada malam hari nyaris
Jalan Pendakian tak ada kehidupan. Andaikan tak ada sebuah kedai minum yang
buka hingga larut malam, sudah dipastikan benar-benar jalan ini menjadi satu
lorong kota yang menakutkan.
TEH TALUA |
Untunglah ada sebuah kedai minum. Kedai minum seperti ini,
kedai-kedai yang serupa terdapat di daerah Pariaman jika malam hari. Dimana
para lelaki minum dan menghota sampai larut. Sebuah ruang public untuk saling
berkomunikasi dan bersantai. Yang datang silih berganti umumnya adalah mereka
yang sudah saling mengenal. Padahal tidak tertutup untuk menerima pengunjung
baru.
Tahun 2013 silam, aku sudah pernah dibawa saudaraku untuk
minum di kedai ini. Waktunya tetap sama, selepas sholat Isya, karena masih
belum ingin untuk tidur. Bagi saudaraku tempat dan pemilik kedai tidaklah asing
baginya. Sudah saling mengenal. Karena dia pernah menetap di kota ini. Kedai
ini merupakan salah satu tempatnya berhabis waktu sebelum tidur.
Beberapakali menikmati minum di sini, aku selalu duduk di
bahagian luar kedai. Maksudnya di meja-meja yang diletakkan di bahagian teras
depan. Teras depan ini merupakan rangkaian jalan pejalan kaki di depan kedai
dulunya. Tak lebih hanya seluas 2 meter. Konsep bangunan lama pada umumnya di
kawasan pecinan lama. Bangunan kedai terdiri, tempat berjualan di bahagian
bawah dan di tingkat atas tempat tinggal (rumah) pemilik. Sekarang dikenal
dengan istilah Ruko (Rumah Toko).
Tidak ada penerangan kala malam di Jalan Pendakian. Jalan
tidak gelap. Hanya mengandalkan biasan cahaya lampu dari bangunan kiri kanan
jalan. Hanya satu ini saja kedai yang buka di malam hari. Suasananya sangat
tenang. Untuk penyuka duduk bersantai tanpa hiruk pikuk kendaraan memang inilah
tempatnya, salah satu alternative bila berada di Kota Bengkulu.
Aku memang tidaklah seorang yang gemar minum teh talua,
minuman khas laki-laki Piaman. Tetapi aku bukan berarti tidak menyukainya.
Mendapatkan rasa teh talua yang “lamak” atau maksudnya enak tidaklah mudah.
Apalagi berada di rantau orang. Setiap datang ke sini, ke kedai minuman ini, aku
tidak memilih minumanku biasanya, kopi yang hangat tapi memesan teh talua.
Karena di kedai ini memang menyediakan minuman itu.
Kedatangan kali ini ke kedai minum di Pendakian ini, walau
pun meja-meja di emperan tak sepenuhnya terisi pengunjung, aku memilih untuk
duduk di dalam kedai. Pada kedatangan sebelumnya kami hanya duduk di bahagian
meja emperan. Belum pernah duduk di bahagian dalam.
GAMBAR OBJEK TEMPOE DOELOE BENGKULU TERGANTUNG DI DINDING KEDAI |
Tahulah aku bahwa kedai ini patut diapresiasi. Di dinding dalam
kedai tergantung reproduksi foto-foto Bengkulu zaman dulu. Jumlahnya tidak
banyak. Hanya beberapa buah saja. Kesediaan pemilik kedai untuk memasang
demikian itu saja, sudah luarbiasa. Tidak banyak tempat bersantai di Kota
Bengkulu yang melihat “pemajangan” gambar lama adalah suatu daya tarik.
Reproduksi gambar lama itu, tampaknya sudah lama. Bingkainya
pun seadanya dan lapisan pengamannya tidaklah kaca. Sehingga tertimpa cahaya
lampu, terlihat ada pantulan.
Objek gambar yang dipasang di dinding sebagai penghias itu,
kawasan pelabuhan boom. Dulunya berada di laut depan Benteng Fort Marlborough.
Kini sudah tak ditemukan lagi. Karena kawasan ini sudah mendangkal dan
ditimbun, lalu dibangun pemerintah sebagai fasilitas ruang terbuka.
Objek Monumen Thomass Parr, entah tahun berapa direkam foto.
Sudut-sudut benteng Fort Marlborough. Yang uniknya dan dapat masih dikenali ada
satu foto terpajang ialah foto lama Jalan Pendakian. Tampaknya diambil dari
ketinggian Jalan Pendakian di bahagian seberang Pasar Kampung, tepatnya dari
sudut Masjid Al-Muttaqien saat ini (*) copyright: abrar khairul ikhirma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar