Rumah tua yang tak terlalu besar.
Tapi menyimpan jalan sejarah bagi Bung Karno dan bangsa Indonesia menjelang
Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, 1938-1942. Tokoh Sang Proklamator
mendiami rumah ini, selama masa “pengasingan” oleh penjajah yang berkuasa.
Tahun 2013 lalu aku sudah pernah
mengunjungi Rumah Bung Karno, yang terletak di Anggut, Kota Bengkulu. Pada
kedatanganku di Bengkulu tahun 2017 ini, aku kembali menyempatkan diri untuk
singgah. Setelah seperti biasanya aku setiap hari selama berada di Kota
Bengkulu berkeliling menikmati suasana kota dari kota daerah perkebunan sejak
masa lalu.
Aku tidaklah sebagaimana banyak
orang mengagumi Bung Karno. Aku hanya satu diantara bangsa Indonesia yang
selama ini menikmati kemerdekaan negaraku, menghormati Sang Proklamator yang
telah berjasa banyak untuk banyak orang dikemudian harinya.
Tidak pun Bung Karno menyerukan
untuk jangan melupakan sejarah, menghormati jasa para pahlawan, menurutku,
mengingat dan menghormati jasa orang adalah penting dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Tanpa hal semacam itu, kita tak pernah akan peduli
kepada hal-hal diluar diri kita. Sebab kita sendiri tak pernah sadar, tanpa
pengorbanan dan jasa para pendahulu, kita belum tentu menghirup udara kemerdekaan.
Menjelang waktu siang, dari Simpang
Lima, aku memasuki Jalan Soekarno-Hatta di kawasan Anggut, dalam Kota Bengkulu.
Kawasan Anggut dikenali juga sebagai kawasan dari Persada Bung Karno. Di Anggut
selain Rumah Bung Karno juga terdapat beberapa jejak sejarah. Salahsatunya
Makam Inggris. Makam tua orang-orang Inggris semasa Bengkulu diduduki colonial
Inggris.
Kini terlihat di sepanjang sisi
jalan yang terletak di depan Rumah Bung Karno, sudah ramai kedai berjualan
cenderamata. Tampaknya dimasa mendatang kawasan ini jika berkembang, akan
menjadi kawasan yang bersinergi. Antara bangunan rumah bersejarah dengan
kawasan cenderamata bagi setiap mereka yang berkunjung ke Kota Bengkulu.
Rumah Bung Karno memiliki halaman
depan yang luas. Begitu juga halaman belakang yang lapang. Seperti rumah-rumah
di masa dahulu dibangun untuk kenyamanan dan ketentraman. Di rumah ini sejumlah
barang-barang peninggalan Bung Karno disimpan. Termasuk juga sejumlah kostum
atau pakaian untuk bermain drama. Dimana Bung Karno selama di Bengkulu
mendirikan kelompok drama.
Sebelum rumah ini akhirnya
dijadikan sebagai cagar budaya oleh pemerintah, banyak masyarakat mengenal
sumurnya di Rumah Bung Karno, sebagai sumur yang angker. Ada juga disebut air
sumurnya dapat menyembuhkan penyakit. Yang jelas banyak orang tak berani untuk
datang atau pun mengambil air dari sumur tua di belakang Rumah Bung Karno.
Sayang sumur ini direnovasi, sehingga “kesan lama” menjadi hilang (*) copyright: abrar khairul ikhirma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar