Ketika melintasi jalan Lintas Pantai
Barat, Padang-Bengkulu, yang menghubungkan dua provinsi di Pulau Sumatera, aku
yang sudah terlanjur melintasi sebuah bangunan saat berkendaraan segera
mendadak berhenti. Kemudian berbalik arah.
Peristiwa itu terjadi tahun 2013 silam, berkunjung ke
Bengkulu.
Aku mendatangi bangunan yang semula terlihat sekilas.
Bangunannya bagiku klasik dan unik. Telah menarik hatiku untuk
mendokumentasikan ke dalam sebentuk foto digital.
Aku selalu memanfaatkan dalam setiap kesempatan perjalanan,
untuk mendokumentasikan objek yang kuanggap menarik dan ada nilai-nilai
budayanya. Baik bangunan ataupun landscape, manusia, hewan dan tanaman.
Pada saat memotret, di lokasi tak ada orang yang dapat aku
mintakan informasi mengenai bangunan. Tapi aku meyakini, bangunan yang kulihat
adalah kalau bukan masjid, tentulah berupa surau tempat mengaji.
Sekilas melihat bentuknya, bangunan tentu sudah termasuk
berusia tua. Bangunan kayu. Karena dalam keadaan tertutup, aku tak memiliki
kesempatan untuk menjenguk ke dalam. Jadi tak mendapat gambaran bagaimana
struktur dalam dan berapa tiang yang menyangga bangunan.
Bentuk atap penutup memiliki khas tersendiri. Mengingatkan
khas atap Masjid Jamik Kota Bengkulu yang dirancang oleh Bung Karno, Presiden
RI Pertama sebelum kemerdekaan, saat merenovasi masjid yang kini sudah
ditetapkan sebagai bangunan sejarah yang dilindungi pemerintah.
Pada kesempatan tahun 2017 mengunjungi Bengkulu, barulah aku
mengetahui bahwa ternyata bangunan yang dulu pernah kupotret fotonya, merupakan
bangunan masjid yang termasuk sebagai cagar budaya.
Masjid ini mulanya bernama Masjid Muhammadyah al-Ikhlas. Didirikan oleh
tokoh-tokoh agama yang ada di Desa Padang Betuah, dimana bangunan masjid ini
berada. Tokoh tersebut antara lain menurut informasi adalah H.Mansyur,
sekaligus imam pertama, H.Hanafiah, H.Hakim, H.Kamarudin, H.Yusuf dan H.Ishak.
Pendirian dilakukan secara bersama-sama dengan masyarakat.
Masjid Cagar Budaya ini berdiri di atas tanah wakaf H.Hanafiah
dan H.Hakim di Desa Padang Betuah termasuk dalam kecamatan Pondok Kelapa,
Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu. Dilintasi jalan Lintas Pantai Barat dimana
bangunan masjid berada di salah satu sisinya. Bangunan yang terlihat saat ini,
dulunya hanyalah beratapkan daun rumbia (daun tanaman sagu), berdinding pelupuh
(Bambu)
Semoga bangunan masjid ini dapat dipelihara. Selain bentuk
yang artistic juga merupakan symbol identitas masyarakat, agama dan budayanya
sebagai kekayaan bangsa (*) copyright: abrar khairul ikhirma -
bengkulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar