Dua tongkol
jagung panggang
Sudah lama
terpisah dari perapian
Sebutir
kelapa muda telah terkupas
Layu
berangsur mengering di meja
Hadapan
bangku seribu satu kata
Tepian Danau
Dendam tak Sudah
Dari ujung
ke ujung tiada seorang pun
Aku menjadi
saksi kepergian waktu pagi
Tak hendak
kulihat jarum jam di tangan
Kedai
bertenda bangku meja terbuka
Tiada datang
berkunjung pagi ke siang
Angin lalu
bersiul dendang gersang
Di seberang
jalan kedai-kedai bertutup
Pintunya berkunci
penanda tiada orang
Tak seorang
pun kulihat di sana berjaga
Hanya
depannya tandan kelapa muda
Selebihnya debu
jalan terkupas aspal
Pada siapa
kan bertanya perihal cinta
Apalagi berharap
ada menyapa mesra
Wahai
pengembara dari utara
Jangan kau beramsal
perihal
Dua tongkol
jagung panggang
Sebutir
kelapa muda
Di atas meja
di hadapan bangku kosong
Entah untuk
siapa
Hanya
penanda bagi yang tiba
Penanti
rindu datang berjumpa
Kemanakah
pasangan kekasih itu
Apakah cinta
menemu dendam
Legenda yang
turun temurun
Diceritakan
bersulam
Danau di
kasih yang tak sudah
Kemanakah kata
cubit jiwa
Hilang
lenyap bersama pagi ke siang
Riak airmu
kian merendah hilang
Dimanakah
gejolak birahi asmara itu kini
Pasangan
kekasih silih berganti tinggalkan duri
Menghadap
danau legenda pernah berdua
Membelakang
jalan yang rusak tak beranjak
Sepetang
hari menyambut malam di sini
Tiada
kehangatan itu lagi kiranya
Remuk
redamkah seketika derita
Hingga
sebutir kelapa muda tersia
Dua tongkol
jagung bakar merana
Di atas meja
depan bangku kayu
Terpandang
aku menatapmu
Bersama debu
waktu itu.
Danau Dendam tak Sudah
Kota Bengkulu
03 Agustus 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar