21 September 2017 ini tepat 1
Muharam, diawali prosesi kegiatan budaya Urang Piaman, Hoyak Tabuik. Tradisi
pesisiran sekali setahun di daerah rantau wilayah adat Minangkabau. Tradisi
yang sudah berlangsung turun temurun sebagai “Alek Nagari” bagi daerah budaya Piaman, meliputi Kabupaten
Padang Pariaman, Kota Pariaman, Tiku (Kabupaten Agam) dan sebahagian besar Kota
Padang, yang kini dijadikan sebagai pesta budaya.
YUSRIZAL SE - FIRMAN ZUKHRI DARAB |
Hari puncak dari prosesi Tabuik dinamakan sebagai hari
“Bahoyak Tabuik.” Dimana sampai akhir kejayaan Tabuik menyisakan 2 buah Tabuik
yakni Tabuik Pasa dan Subarang sampai hari ini. Tabuik yang dibuat oleh anak
Nagari Pasa dan anak Nagari V Koto Aia Pampan. Dua wilayah yang berdampingan di
dalam Kota Pariaman.
Masyarakat dari berbagai tempat beramai-ramai berdatangan ke
pusat Kota Pariaman pada hari puncak. Sehinggalah menjadi suatu pameo bahwa
Pariaman akan ramai jika adanya Tabuik.
Dua hari berturut-turut secara kebetulan aku bertemu dengan
tokoh Pariaman yang dikenal sebagai “Ketua Tabuik.” Ketua yang “mengurus”
terselenggaranya acara budaya tahunan tersebut.
Rupanya 2 hari itu, hari yang baik juga untuk awak. Jum'at
dan Sabtu. Baik, karena berjumpa dua orang yang kerap sehari-hari dipanggil
dengan “Ketua.”
Pada 2 hari itu, sama-sama terjadi kebetulan bertemu,
sama-sama bertemu dengan 2 orang berbeda usia tetapi sama-sama Ketua, sama-sama
berdiskusi dengan topik pembicaraan yang sama mengenai Tabuik, berbeda tempat
bertemu tapi kedua-duanya orang yang sama-sama wak kenal secara dekat,
pemikiran dan aktifitasnya selama ini di Kota
Pariaman.
Hari Jum'at 5 Mei 2017
Awak bertemu secara kebetulan dengan Da Man, begitu awak
memanggilnya Firman Zuhri Darab,
selepas sholat Jum'at, saat makan siang di Kedai
Nasi Fandos masakan Cik Ani di Jalan Tabut (Tabuik) Kelurahan Pasia
Pariaman.
Pada kesempatan ini, kami bercerita lepas perihal Tabuik dan
acara Tabuik. Da Man salah seorang Tokoh Masyarakat Kota Pariaman, yang awak
nilai kritis, tegas dan suka bergarah ala khas Urang Piaman marabo (marah) dimana
saja. Bagi banyak orang mungkin dia dianggap suka marah, padahal tak banyak
memahami sikap intelektualnya. Itu hanya satu caranya dalam membahas suatu
topic pembicaraan yang sedang actual saat itu.
Da Man dikenal sebagai Man
Wali, hampir selalu hadir di kegiatan sosial masyarakat, terutama di 2
nagari yg berdampingan, Kenagarian Pasa dan Kenagarian V Koto Aia Pampan.
Beliau pernah diangkat menjadi Ketua Tabuik untuk
penyelenggaraan tradisi Urang Piaman sekali setahun. Di tahun 2017 ini, dia
kembali diminta menjadi Ketua. Dia diangkat bukan ditunjuk oleh pemerintah
daerah tapi dipilih "urang dua nagari" karena dianggap dapat
berkomunikasi dan menyatukan "tujuan" diselenggarakannya Pesta Budaya
Tabuik, antara 2 Nagari dan pemerintah.
Selama menjadi Ketua Tabuik, nyaris acara dapat
terselenggara dengan baik. Jika ada insiden, masih terbilang dalam koridor
"adaik batabuik." Katanya, hal itu biasa sebagaimana juga sudah jadi
pameo Urang Piaman, kalau tak ada “bacakak” acara menjadi dingin. “Bukan
batabuik namanya,” katanya.
Da Man dalam kesempatan pembicaraan kami saat itu,
menyebutkan bahwa beberapa hari sebelumnya para ninik mamak dan sejumlah tokoh
Nagari Pasa dan Nagari V Koto Aia Pampan, sudah melakukan pertemuan dengan
pihak Pemko, karena Pemko menanyakan kesiapan dan kesepakatan untuk
menyelenggarakan Pesta Budaya Tabuik Piaman 2017, yang jatuhnya dimulai 1
Muharam.
Da Man mengatakan, tak mudah menjadi Ketua. Sudah elok pun
mengurus tetap saja kanai upek.
Karena diminta untuk menjadi Ketua, perlu menghormati kepercayaan orang. "Baa lai dek cinto ka Nagari"
katanya.
Hari Sabtu 6 Mei 2017
Ketika minum siang di Kadai
Kopi Af Brimob Pasia, kebetulan bertemu dengan Yusrizal, SE. Saat wak sedang menikmati minum pagi di kedai itu, Yusrizal
Rizal datang juga untuk minum. Sudah lama kami tak bertemu. Karena aktifitas
masing-masing yang berbeda.
Yusrizal adalah aktifis kesenian dan social sejak masa
remajanya. Dia pernah dua kali menjadi wakil rakyat di DPRD. Beliau merupakan
regenerasi dari Sanggar Paris Pariaman.
Kami duduk semeja. Sudah lama kami tak bertemu dan juga tak
pernah berkontak. Seperti biasa setiap bertemu, kami selalu berdiskusi santai
sekitar Pariaman, masalah sosial dan kesenian maupun kebudayaan. Berdiskusi
dengan tokoh muda Pariaman ini terasa lancar, karena memang beliau memiliki
sisi pandang yang memberikan alternatif, baik gagasan maupun pemahaman.
Wak sangat mengenalnya sejak wak masih remaja. Ia seorang
yang tegas dalam menentukan sikapnya. Kelak kemudian hari karena kegigihannya,
ia belajar pada perkembangan dan karakter manusia, sehingga ia memiliki wawasan
yang baik. Termasuk dia pun mempelajari dunia keagamaan secara mendalam.
Sehingga berlandaskan itu dia dapat memahami persoalan dan mengambil keputusan
pada setiap masalah dengan cepat.
Yusrizal, SE, pernah menjadi Ketua Dewan Kesenian Kota
Pariaman, pernah menjadi Anggota DPRD Kota Pariaman, menjadi Ketua Himpunan
Nelayan Seluruh Indonesia Kota Pariaman, salah seorang penggerak Sanggar
Paris Pariaman, sampai saat ini dia
sangat banyak mendorong potensi kreatif orang perseorang atau pun kelompok.
"Kalau tak dengan sedikit uang ya dibantu dengan ide-ide
pengembangan," kata beliau, yang pernah maju menjadi Wakil Walikota
Pariaman, pada Pilkada Pariaman sepuluh tahun silam.
Yusrizal yang mudah akrab dengan orang inj, secara
kepribadian wak anggap baik, karena mengenalnya sejak masih di zaman Bupati
Anas Malik. Beliau suka bergaul dengan orang yang jauh lebih tua dengannya, ia
sangat menghormati orang-orang yang memang memiliki pemikiran matang dan
beralam luas, demi belajar. Tak keberatan untuk memahami kalangan muda, karena
dia tahu semangat orang muda segar dan butuh pendampingan.
Yusrizal oleh banyak orang menyebutnya dengan Zal Kumiah, pernah menjadi salah seorang
motor, saat Pemko Pariaman menyatakan tidak mengadakan acara ba-Tabuik,
bersama-sama atas nama Anak Nagari menyelenggarakan acara Tabuik tanpa Pemko
dan ternyata terselenggara sukses.
Yusrizal juga pernah mendapat kepercayaan menjadi Ketua
Tabuik. Saat beliau menjadi ketua inilah kami cetuskan dalam suatu pembicaraan
untuk menggagas mendirikan Rumah Tabuik. Saat bertemu Dirjen dari Kementerian
Pariwisata yang hadir pada acara Tabuik hal itu disambut baik. Yang kelak Rumah
Tabuik itu dibangun di Karan Aua untuk Tabuik Pasa dan disamping Kantor
Balaikota untuk Tabuik Subarang.
Penyelenggaraan Pesta
Budaya Tabuik 2008, dianggap berlangsung sukses. Dihadiri Dirjen Pariwisata,
Duta Besar Iran, Kepala Daerah dan kalangan penjabat, tokoh-tokoh perantau
Minang dan mendapat liputan berbagai media nasional dan internasional.
Dalam diskusi santai kami di pertemuan yang kebetulan itu,
banyak hal kami bahas mengenai dilema penyelenggaraan Tabuik, gagasan-gagasan yang
bermunculan dan kami perdebatkan. Semangatnya masih berkobar untuk dapat
mewujudkan di tahun-tahun mendatang.
Selain soal Tabuik kami juga memfokus pembicaraan persoalan
seputar dunia kesenian dan tentu saja menyangkut pandangan Kota Pariaman masa
mendatang. Perihal bagaimana memback-up potensi kalangan muda dengan kegiatan
lebih edukatif, sportif dan berwawasan (*) copyright: abrar khairul ikhirma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar