Suatu keberuntungan, aku dapat diberi
kesempatan hadir saat para penulis Melaka yang tergabung dalam Penama
(Persatuan Penulis Negeri Melaka), melaksanakan Mensyuarat Khas, di daerah
kawasan Bukit Katil.
Kedatanganku ke
Melaka, turutserta berpartisipasi memeriahkan Malam Puisi Sungai Melaka bersempena Festival Antar Bangsa Sungai Melaka 2016. Suatu kegiatan yang telah
diselenggarakan dari tahun ke tahun.
Sebelum
kedatangan ke Melaka, aku telah mengetahui kegiatan Penama dengan Festival
Sungai Melaka, melalui sejumlah postingan fb Lily Siti Multatuliana. Mungkin
karena berkait dengan Sungai Melaka, aku merasa tertarik. Sungai Melaka
merupakan sebuah alur sungai yang memiliki sejarahnya. Sungai tersebut menjadi
daya tarik para wisatawan. Lalu kegiatan kesastraan dikaitkan dengan dunia
pelancongan patut diapresiasi.
Sebab, pabila
dunia pariwisata benar-benar dilaksanakan di suatu tempat dengan konsep yang
baik, pastilah ada kesinergian antara objek, peristiwa, social dan budaya,
dengan pertumbuhan perekonomian. Dalam dunia budaya dan seni, berkait ekonomi
selalu saja mendatangkan soal. Karena dipahami kehadiran bentuk-bentuk seni
hanyalah sebagai kegiatan hiburan. Tidak untuk pencapaian kreatifitas di dalam
sudut pandang seni kreatif dan penciptaan seniman.
TANDA TANGAN PADA BUKU PUISI ITU KIRANYA PENTING |
Aku diberitahu
bu Lily
Siti Multatuliana bahwa akan ada kegiatan acara Penama berkaitan
Festival Antar Bangsa Sungai Melaka 2016. Aku tertarik untuk dapat
menghadirinya, karena ingin pula mengetahui bagaimana kegiatan kesastraan yang
berlangsung di Melaka.
Karena bu Lily
yang menetap selama 11 tahun di Melaka itu, sudah lama “bersekutu” dengan
Penama, menyampaikan bahwa aku ingin hadir dalam acara mereka. Maka selepas
mengikuti acara Temu Penyair Asean 2016 di Kuala Lumpur, aku pun datang ke
Melaka.
Sebelum acara Malam
Puisi Sungai Melaka 2016, yang diadakan di Dataran Restoran Melayu, tepian
Sungai Melaka. Teman-teman Penama terlebih dahulu mengadakan rapat khusus atau
mensyuarat khas pada malam tanggal 17 September 2016, bertempat di Dewan Datuk Demang Husin, Bukit Katil,
dalam Kompleks Japerun Bukit Baru.
"HANG TIKAM TUAH KENANG" DI TANGAN PENAMA |
Aku diajak bu
Lily menemaninya, dimana teman-teman Penama akan menyiapkan acara, yang akan
dilaksanakan pada malam tanggal 18 September 2016 esoknya. Sekalian untuk
silaturahmi dengan teman-teman Penama, katanya.
Ramai juga yang
hadir malam itu. Aku kesulitan untuk dengan cepat menghafal nama orang yang
baru kutemui satu persatu. Karenanya aku lebih banyak hanya mengikuti suasana
saja. Senang juga mendengar langgam bicara Melayu masing-masingnya. Aku tidak
memperhatikan isi dari suatu topic yang dibicarakan, aku lebih senang mendengar
langgamnya bicara.
Malam mensyuarat
lebih awal sudah hadir Datin Wira Halimah binti Baba,
isteri Datuk Othman Mohamad. Selain menjadi Ketua I Penama, Datuk
Othman Mohamad jugalah seorang Adun (Ketua DPRD kalau di Indonesia)
Melaka. Datuk Othman Mohamad sendiri datang belakangan, setelah acara rapat
berlangsung. Beliau menanyakan kesiapan acara untuk esoknya.
BUKU KUMPULAN PUISI "HANG TIKAM TUANG KENANG" DI TANGAN DATIN WIRA HALIMAH BINTI BABA LILY SITI MULTATULIANA DAN AKU |
Malam itu bu
Lily sambil mengenalkanku pada teman-temannya, juga membawa beberapa eksemplar
dari buku puisiku, “Hang Tikam Tuah Kenang.” Ternyata ramai juga yang
meminatinya.
Seorang penulis
wanita mengenalkan namanya Latty Latisa.
Namaku ia kenal melalui dunia media social. Ia menghadiahkanku sebuah buku
tebal. Buku antologi bersama yang semula aku mengira buku yang menghimpun
karya-karyanya sendiri. Ternyata esoknya saat aku mencoba membalik-baliknya,
tahulah merupakan buku Antologi Puisi & Cerpen dari sejumlah penulis.
Judulnya, Untukmu Ibu, terbitan Pena Padu Press, Kuala Sungai Baru,
Melaka, 2016.
Selain termuat
puisi Latty Latisa, diantara nama-nama yang belum kukenali, aku terbaca nama Shirley
Idris. Dalam buku ini termuat puisinya sebanyak 5 judul puisi. Shirley
kabarnya adalah orang Melaka tapi hidup di Pulau Penang di Utara Malaysia. Aku
sudah pernah berjumpa dengannya sewaktu tahun 2014 menghadiri Anugerah Puisi Dunia Numera 2014 di
Kuala Lumpur. Shirley bersama Teratai Abadi menanti kedatangan
peserta di LCCT (KliA2).
Dalam buku yang
sama, aku juga menemukan nama Norhashimah
Ahmad CMA sebagai penulis puisi. Hanya kenal nama. Salah seorang penulis
Malaysia yang minta berteman dengan akun fesbookku.
Seusai acara
mensyuarat, ternyata sama juga seperti yang selalu kami lakukan semasa
berkesenian di Padang dulunya. Yaitu pergi ke suatu kedai untuk makan minum
bersama. Di Penama, rupanya suasana kekeluargaan ini terbangun dengan baik.
Malam itu dari dalam gedung tempat rapat dilaksanakan, semua berjalan keluar
menuju kedai yang berada di halaman depan gedung .
Setelah kembali
ke tanah air, setelah waktu berlalu, barulah aku mengenali nama beberapa
diantara yang berhimpun dalam Penama. Dimana kami pernah berjumpa sewaktu
Mensyuarat Khas Penama dan di acara Malam Puisi Sungai Melaka 2016. Kami
menjalin hubungan melalui pertemanan fesbook.
Aku baru tahu
momen foto pembaca puisi yang kupotret di pentas Malam Puisi Sungai Melaka 2016
adalah orang yang sama memimpin awal Mensyuarat Khas di Dewan Datuk Demang
Husin, Bukit Katil malam sebelumnya. Nama akunnya Muhammad Musip.
PENAMA MENSYUARAT KHAS, 17 SEPTEMBER 2016 |
Lalu yang
bersuara bagus dan merdu kudengar bernyanyi di pentas, ternyata orang yang sama
mengantarkan kami pulang dengan keretanya seusai mensyuarat. Namanya cukup
indah bagiku, Noorhafizah Badalehshah.
Yang bertindak
sebagai stage-manager pertunjukan, yang sibuk mengatur keberlangsungan acara,
kiranya namanya Mohamad Isa Makroof. Rupanya mengikuti postingan-postingan akun
fesbooknya, ia bergiat di dalam dunia seni pertunjukan drama. Satu dunia yang
menarik juga untuk ditelusuri, selain dunia kepenulisan. Tampaknya kegiatan
seni pertunjukan drama di Melaka, memiliki kehidupannya pula.
Begitu juga Amir
Ise tampaknya dia orang yang suka beraktifitas. Pada saat seusai
mesyuarat khas, ia dapat mencairkan suasana. Mudah mengakrabkan diri. Termasuk
pada esoknya, di acara Malam Puisi Sungai Melaka, Amir Ise kebagian acting
dalam rangkaian sketsa. Semacam pertunjukan penyegar diantara mata acara yang
serius.
BERCAKAP-CAKAP SELEPAS MENSYUARAT KHAS PENAMA BERSAMA KETUA I PENAMA, DATUK OTHMAN MOHAMAD ADUN MELAKA |
Karena waktu
yang singkat dan sekejap itu, tentu aku tidak memiliki catatan-catatan lebih
banyak terhadap kehidupan berkesenian, terutama dalam hal sastra di Melaka.
Termasuk karya-karya yang dianggap puncak sastranya maupun para penulis-penulis
terkemukanya.
Tetapi selintas
aku dapat mengatakan, Penama ingin tetap menjaga keberlangsungan Malam Puisi
bersempena Festival Antar Bangsa Sungai Melaka dari tahun ke tahun. Walau pun
masih dalam batasan memunculkan pembaca puisi local, ke depannya sepertinya
Penama tentu akan memberi peluang bagi pembaca-pembaca puisi dari luar Negara.
Secara momentum
dan keterkaitan lokasi acara, sudah tidak diragukan lagi. Sudah memiliki titik
yang akan menjadi perhatian banyak orang dan dari kalangan dunia sastra. Nama
Melaka pun tidak dapat dilepaskan dari jalan sejarah masa lalu di nusantara.
Suatu hal tidak mungkin tidak popular. Melaka sendiri namanya sudah
keberuntungan. Apalagi di atas keberuntungan itu, kesastraan dapat diwarnai dengan
peristiwa sastra. Tergantung kepada Penama (*) copyright: abrar khairul
ikhirma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar