Selasa, 14 Maret 2017

SENTOT ALIBASYAH BERSEMAYAM DI BENGKULU



Nama Sentot Alibasyah tak dapat dilepaskan dari nama tokoh besar Pangeran Diponegoro dan Tuanku Imam Bonjol. Dua nama yang mengukir sejarah perjalanan perjuangan Republik Indonesia.



Dalam kesempatan berkunjung ke Kota Bengkulu, aku menyempatkan diri berkunjung ke lokasi makam Sentot Alibasyah. Dibandingkan dengan kunjunganku waktu beberapa tahun silam, dengan kunjunganku untuk kedua kalinya, ternyata kawasan pemakaman ini sudah jauh dirawat dengan baik.

Di depan makam, yang dipisahkan sebuah jalan pemukiman, terdapat bangunan sekolah. Antara makam dan sekolah saling berhadapan. Setidaknya regenerasi yang pernah bersekolah di sekolah itu, dari tahun ke tahun akan terpatri nama Sentot Alibasyah. Satu nama dari nama-nama pejuang pengusir penjajah di tanah air.




Sentot Alibasyah adalah seorang panglima perang pendukung Pangeran Diponegoro, pada perang Diponegoro (1825-1830). Setelah kekalahan Pangeran Diponegoro, Sentot dan para pengikutnya dimanfaatkan oleh Belanda untuk memerangi kaum Paderi yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat (Minangkabau). 

Karena dianggap bersimpati terhadap perjuangan kaum Paderi, akhirnya Sentot Alibasyah dibuang hingga akhir hayatnya di Bengkulu.



Makam Sentot Alibasyah berlokasi di Desa Bajak, Kecamatan Teluk Segara. Pada masa kolonial Belanda letak makam ini berada agak di luar kota. Saat ini karena adanya perluasan kota, makam ini berada di dalam kota Bengkulu.

Pada makam Sentot tertulis tanggal pemakaman 17 April 1885. Berjarak sekitar 1,2 km dari Benteng Marlborough. Bangunan cungkup makam Sentot Alibasyah bergaya bangunan “tabot” dan memiliki keistimewaan, yaitu di dalam cungkup tidak memperlihatkan adanya nisan kubur, sebagaimana biasanya kubur muslim di Indonesia (*)

2 komentar:

  1. catatan perjalanan nan ringan dan berisi. cerita sejarah negeri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ganti parintang hari. Mokasi sudah membacanya. Salam da Yanuar Abdullah

      Hapus