Selasa, 03 Juni 2014

Masjid Baitus-Syakur



BULAN Desember 2013 hampir sebulan berada di Pulau Batam. Saat itu aku hanya memiliki kesempatan sekadar melintas-lintas saja di kawasan Jodoh, salah satu kawasan ramai, baik siang maupun malam hari. Tidak memiliki kesempatan mencicipi suasana maupun memotret Jodoh. Salah satunya… tidak jodoh memotret Masjid Baitus-Syakur di Jodoh, sampai harus meninggalkan Batam tahun lalu itu. Aku terpesona dengan menaranya yang tinggi menjulang.




Pernah memang, adikku Rafie Chaniago, yang sudah menetap di Batam 4 tahun, saat memiliki hari libur membawaku keliling. Aku sempat sampaikan ingin mengunjungi situs-situs yang ada di Pulau Batam. Salah satunya bila ada masjid tua atau rumah-rumah tua bercirikan masa silam. Malah sampai kami ke daerah Nong Isa waktu itu. Jauh rasanya jaraknya dari jantung Kota Batam. Terpasah ke kawasan pantainya. Tidak ditemukan yang aku cari. Akhirnya pulang dengan hasil potret yang kosong melompong.

Saat kembali lagi berada di Pulau Batam sejak pekan akhir Maret 2014, keinginan untuk mendatangi Masjid Baitus-Syakur begitu menggoda. Beberapa kali rencana untuk ke Jodoh selalu tertunda. Di waktu siang terhalang, di waktu malam tak jadi. Alhasil…, disimpan saja keinginan itu.

Sampai adikku Setiawati Bachtiar dan suaminya menjemputku, setelah lama berada di Batam, dari kawasan Batu Ampar, untuk dibawa menginap ke rumahnya di Batu Aji. Sebelum pulang, mereka keliling dulu di pusat Kota Batam mencari sejumlah keperluannya. Berhubung waktu sholat Ashar sudah masuk, mereka mencari masjid. Tahu-tahu masjid tempat kami tuju untuk sholat adalah  Baitus-Syakur !!! Wow !!! Jodoh !!! Padahal… sama sekali tak ada agenda masjid ini salah satu tujuan keliling pusat kota hari itu.

Selesai sholat, aku sempatkan waktu yang sekejap untuk memotret. Tidak banyak posisi yang dapat kuabadikan. Kemudian sedikit bercakap-cakap dengan orang yang kutemui. Dari percakapan itu, aku mengetahui bahwa di kawasan masjid terdapat kuburan, yang dikenali sebagai “makam keramat.” Karena buru-buru pergi, aku tak sempat memotret mana makam yang keramat itu.




Setelah aku telusuri cerita tentang makam itu, ternyata makam yang dimaksudkan konon diyakini sebagai makam Datuk Laksamana Hitam, salah satu petinggi semasa Kerajaan Riau Lingga. Pendekar keturunan Melayu-Bugis. Cerita bahwa sang petinggi itu dimakamkan di sebelah masjid Jodoh itu, cerita turun temurun orangtua di Riau Kepulauan, khususnya di masyarakat Lingga.


Yang pasti, periode kematiannya berbarengan dengan gugurnya Raja Ali Fisabilillah Yam Tuan Muda Riau ke IV. Disebut-sebut Datuk Laksamana Hitam melarikan diri dengan sejumlah Askar Diraja, setelah kalah perang melawan tentara Belanda di Teluk Ketapang, Malaka.   

Tampaknya sampai kini masih belum ada penelusuran lebih lanjut dari cerita makam ini. Walau belum sahih, namun menurut cerita sepintas, dalam waktu tertentu, banyak juga orang datang untuk berziarah, juga satu dua pelancong dari Malaysia dan Singapura.  ***

abrar khairul ikhirma
batu aji – pulau batam
april 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar