Hari ini kami berkunjung ke Lembah
Bujang. Memasuki kawasan muzium arkeologi. Sisa-sisa jejak sejarah peradaban
tua, terutama yang berkait dengan Kedah di masa lalu.
Untuk mencapai Lembah Bujang dari Alor Setar, ibu Negeri
Kedah Darul Aman, lumayan jauh. Tapi karena jalan yang mulus dan tidak ramai
kendaraan, terasa menyenangkan. Terlebih-lebih sepanjang jalan, kiri dan kanan
mudah dijumpai kehijauan pohon, pemukiman penduduk, termasuk areal persawahan
yang menyejukkan mata.
Dalam perjalanan, kami menyempatkan diri singgah makan di
kedai makan siang yang sederhana. Lalu melanjutkan lagi perjalanan. Mengingat
waktu sholat zhuhur, kami berhenti sholat sejenak di Masjid As-Syakirin,
Kampung Singkir Laut, Bedong, Kedah Darul Aman. Bersholat di bahagian teras
masjid saja. Untuk masuk ke bahagian dalam masjid, pintu dalam keadaan
berkunci. Walau pun hanya di teras, tersedia karpet untuk bersholat.
Mendekati Lembah Bujang, pepohonan dan perkebunan tumbuh
subur di kiri dan kanan jalan. Cahaya matahari siang malu-malu. Hingga akhirnya
sampai di titik tujuan, gerimis turun. Di Lembah Bujang ini merupakan lokasi
Museum Arkeologi yang dimiliki Negeri Kedah, Malaysia.
Museum Arkeologi Lembah Bujang terletak berhampiran dengan
Sungai Batu, Bukit Batu Pahat, Merbok, Kedah. Museum ini dikelola oleh
Kementerian Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia. Kompleks arkeologi
ini seluas tiga kilometer persegi. Ia terletak dalam kawasan ladang kelapa
sawit. Terdapat 97 tapak kajian yang menjadi kunci untuk membuka sejarah
tamadun awal negara.
Aku memasuki bangunan utama museum. Dalam bangunan utama
ini, tersimpan artefak-artefak zaman batu, penemuan-penemuan berkat upaya para
ahli peneliti sejarah. Terdapat juga keterangan-keterangan mengenai penemuan.
Kedatanganku tidak hanya aku sendiri. Ada ramai pengunjung lain. Terutama
rombongan Negara jiran dari Malaysia, yakni pelancong dari Thailand. Tampaknya
mereka sangat serius memperhatikan koleksi museum dan mendiskusikannya.
Melihat isi koleksi museum, serasa museum ini tak cukup luas
menampungnya. Namun luas bangunan yang tak terlalu besar ini, sama sekali tak
terasa sempit. Bahkan aku serasa memasuki masa silam berada di dalam museum.
Setelah puas melihat koleksi museum dalam bangunan itu, kami
pun keluar. Lalu berjalan di udara terbuka kawasan museum. Deru air di sungai
nun di bahagian bawah lereng bukit, terdengar jelas. Airnya jernih, mengalir
disela-sela batu. Pepohonan tumbuh dengan rimbun. Namun lingkungan museum tampak
terawat dengan baik. Bersih dan tak menakutkan. Malahan suatu tempat yang
nyaman untuk bersantai kala waktu senggang.
Dalam kawasan Lembah Bujang terdapat 4 buah candi, yang kini
diselamatkan sebagai tapak sejarah. Posisi candi Batu Pahat letaknya di ketinggian
lereng. Ada jalan setapak bagi pengunjung untuk mencapainya. Jaraknya tidak
jauh dari bangunan utama. Suatu hal yang menyenangkan aku dapat melihat
langsung kondisi candi ini. Namun tidak bisa berlama-lama. Tiba-tiba hujan
turun menderas. Sehingga terpaksa kembali menuruni lereng dan berlari ke salah
satu gazebo terdekat.
CANDI BATU PAHAT: AKU - AMELIA HASHIM - ANDHYKA |
Museum ini memaparkan perspektif sejarah arkeologi,
antropologi dan sosiologi masyarakat Melayu yang tinggi dan lama di Asia
Tenggara. Museum ini pada zaman dahulu terletak di tengah-tengah pusat
perdagangan dan pembangunan tamadun yang terawal di Semenanjung Tanah Melayu
dengan monument dan batu bersurat, berusia lebih 1.900 tahun. Penemuan ini
ditemukan oleh sejumlah ahli arkeologi Universiti Sains Malaysia (USM). Konon
dari masa jejak sejarah ini, terhubung lebih lanjut kepada “Empayar Sri
Vijaya.”
Museum Arkeologi Lembah Bujang ini, merupakan jejak bukti
sejarah terbentuknya Negeri Kedah, diperkirakan sudah sejak tahun 110 Masehi. Merupakan salah satu negeri
tertua. Museum ini mulai didirikan sejak tahun 1978.
Sayang sekali, cuaca tidak berpihak kepada kami. 07
September 2016.
Sejak mula datang, sudah dalam situasi mendung. Hujan
seketika turun, kemudian menyisakan rinai…, Haripun segera perlahan menjadi
petang.
Walau pun tak semua dapat dikunjungi dalam kesempatan ini dalam
waktu yang singkat tapi aku berterimakasih kepada Amelia Hashim ---penulis wanita Malaysia, yang telah membantu
perjalanan budaya ini. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar