Datang untuk kedua kalinya ke Negeri
Melaka. Negeri bahagian selatan Malaysia. Berangkat dari Kota Kuala Lumpur dari
terminal TBS, sebuah terminal besar terpadu, dengan bus umum. Kecepatan bus
rata-rata nyaman. Tak obahnya seperti bus-bus pariwisata di Indonesia yang
membawa para wisatawan. Sampai di Melaka, bus menurunkan penumpang di terminal
Melaka Sentral yang tak kalah luas arealnya.
Melaka Sentral terletak di Peringgit, Melaka. Di Jalan Tun
Razak, berdekatan dengan pasaraya Tesco Melaka. Merupakan stesen (terminal) bus negeri Melaka. Diapit dua jalan besar Lebuh
AMJ (Jalan Tun Abdul Razak) dan Jalan Panglima Awang.
Menjejak Melaka Sentral, hari belum sore masih waktu siang.
Suasana terminal ini senyap-senyap saja. Sementara di bahagian jalan depan
terminal, sungguh banyak terparkir kendaraan pribadi dan taxi. Tersusun rapi.
Tidak membuat jalan terganggu dan juga tidak menghalangi pintu keluar masuk
terminal.
Kedatanganku ke Melaka kali ini, hendak menghadiri “Malam
Puisi Sungai Melaka 2016” yang diselenggarakan Persatuan Penulis Negeri Melaka
(Penama) yang merupakan salah satu kegiatan dari Festival International Sungai
Melaka 2016, sebuah event tetap setiap tahun diselenggarakan Negeri Melaka.
Turun dari bus, bersama bu Lily Siti Multatuliana, kami memasuki bahagian dalam Melaka
Sentral. Tentu saja menunggu jemputan. Bu Lily yang sudah lama menetap di
Melaka, mengajakku untuk menikmati bakso di kedai kuliner. Kata Bu Lily bila
berada di Melaka Sentral, beliau sering mampir ke kedai ini. Karena seringnya,
beliau mengenal pemiliknya. Kebetulan memang benar. Sang pemilik kedai itu
sedang berada di tempat.
Bu Lily warga Indonesia, selama menetap di Malaysia selain
mengajar di shelter Kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur, aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan kesastraan. Di Melaka beliau “bersekutu” dengan teman-teman
penulis negeri Melaka di Penama. Dia rajin mempromosikan dan menginformasikan
kegiatan sastra di Malaysia maupun Indonesia.
Selama bersantai di Melaka Sentral, 14 September 2016, aku
perhatikan suasana terminal ini jauh beda dengan di Kuala Lumpur. Suasananya
lebih tenang. Tidak ramai manusia. Diresmikan pemakaiannya oleh Perdana
Menteri, Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi pada 1 Mei 2004. Di tempat ini
terdapat fasilitas berbagai kedai, kuliner, bank, surau, toilet, bahagian
informasi. Bahkan juga pelayanan public
kerajaan, untuk memudahkan urusan masyarakat dengan pihak kerajaan.
Selain di Melaka Sentral terdapat Pasar Besar Melaka dan
Bazar Melaka Sentral, di sini tidak kurang ada 24 counter penjualan tiket bus
ekspres ke seluruh kota-kota utama di Semenanjung Malaysia.
Kedatanganku dijemput Pak Haji Sutan Chairulsyah bin Abdul Wasli, suami Bu Lily. Begitu juga saat
hendak menuju airport KLIA2, kembali ke Indonesia, suami-isteri ini berelahati
mengantarkanku pagi-pagi ke Melaka Sentral. Terimakasih. Di sini aku datang dan
di sini aku pergi meninggalkan Melaka (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar