OLEH: ABRAR
KHAIRUL IKHIRMA - INDONESIA
Nama Melaka dalam sejarah nusantara sudah lama kuketahui semenjak bersekolah dasar. Karena memiliki keterkaitan sejarah dengan Indonesia. Berkait dengan Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Mengalami fase jatuhnya Melaka ke tangan Portugis yang menaklukan Melaka tahun 1511. Lalu jatuh lagi ke tangan penaklukan Belanda 14 Januari 1641. Sejak itu Melakapun dibawah kendali Syarikat Hindia Timur Belanda.
Keberadaan sungai, tidak hanya
sekadar aliran air dari hulu ke muara. Di kiri kanannya hidup manusia dan
berdiri pemukiman. Pintu keluar masuk menuju pedalaman. Salahsatunya Sungai
Melaka di nusantara ini. Memiliki perjalanan sejarah yang panjang dari zaman ke
zaman. Melahirkan sejarah kehidupan kekuasaan dan konflik kepentingan. Sesuai
dengan posisinya yang strategis di Selat Melaka.
Bermula dengan postingan Lily
Siti Multatuliana ---teman di fb-ku, ketika aku barusaja kembali dari
mengikuti Anugerah Puisi Dunia Numera 2014 di Kuala Lumpur. Postingan itu
sekitar keikutsertaannya pada kegiatan Festival Sungai Melaka akhir tahun
tersebut. Lebih jauh, aku pun mengetahui bahwa Persatuan Penulis Negeri Melaka, PENAMA, berperanserta pada
festival itu dengan mengadakan kegiatan Malam Puisi Sungai Melaka.
Lily warga Indonesia yang menetap di Melaka itu, "menawarkan"
padaku kembali datang ke Malaysia. Beliau mengabarkan di Melaka akan ada Malam Puisi Sungai Melaka 2014. Aku memang tertarik menjejak Melaka, apalagi dapat hadir
pada kegiatan kesastraan. Sayang aku baru mengetahui adanya event itu, aku
tidak memiliki persiapan apa-apa. Sehingga tidak semudah itu aku dapat
bepergian dalam waktu mendadak, apalagi kegiatannya berada diluar Negara
sendiri.
Nama Melaka dalam sejarah nusantara sudah lama kuketahui semenjak bersekolah dasar. Karena memiliki keterkaitan sejarah dengan Indonesia. Berkait dengan Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Mengalami fase jatuhnya Melaka ke tangan Portugis yang menaklukan Melaka tahun 1511. Lalu jatuh lagi ke tangan penaklukan Belanda 14 Januari 1641. Sejak itu Melakapun dibawah kendali Syarikat Hindia Timur Belanda.
DATUK OTHMAN MOHAMAD |
Sekaitan Napoleon menyerang Belanda, semua kekuasaan Belanda
akhirnya diserahkan kepada Inggris daripada jatuh ke tangan Perancis, termasuk
Melaka pada tahun 1795. Inggris menguasai Melaka sampai tahun 1818. Ketika
berakhir perang Napoleon di Eropa, Melaka dikembalikan Inggris kepada Belanda.
Tujuh tahun berikutnya Belanda dan Inggris membuat perjanjian London 1824,
dimana Melaka diserahkan kepada Inggris dan Inggris menyerahkan Bengkulu
–Bencoolen (Sumatera, Indonesia) kepada Belanda.
Sungai Melaka tak bisa dipisahkan dengan Negeri Melaka.
Sungai itu selain sebagai bahagian kehidupan, juga merupakan jalur setiap
perubahan-perubahan bagi Melaka. Dengan perkembangan Melaka menjadi salah satu
negeri dalam persekutuan Malaysia, peranan Sungai Melaka adalah penting sebagai
daya tarik terhadap kota ini dalam konteks kepariwisataan. Sepanjang kiri kanan
Sungai Melaka terdapat tapak-tapak sejarah bagi Melaka. Terutama di Bandar
Hilir, pada masa silam semasa di tangan Portugis didirikan benteng tangguh “A
Famosa,” pertahanan menghadapi serangan masyarakat Melayu dan serangan dari
luar yang ingin merebut Kota Melaka.
Nasib Sungai Melaka pada masa lalu, juga memiliki nasib yang
sama terjadi di berbagai tempat. Ketika sarana transportasi melalui sungai,
secara drastis berpindah ke darat. Sesuai dengan kebutuhan perkembangan pembangunan,
sarana jalan-jalan penghubung dibangun untuk memudahkan lalulintas manusia dan
barang. Dengan sendirinya, peranan sungai tidak lagi andalan utama bagi
masyarakat. Konon Sungai Melaka pernah mengalami dilema demikian, apalagi jalur
sungai melalui kawasan perkotaan dengan pertambahan manusia dan pertumbuhan
bangunan. Memberi pengaruh besar pada keterjagaan sungai.
SUNGAI MELAKA |
Dua kali kesempatan berkunjung ke Melaka dengan tahun yang
berbeda, Sungai Melaka kini sudah dianggap penting sebagai bahagian keindahan
kota. Pentingnya kehadiran Sungai Melaka, terlihat dikelola menjadi salah satu
daya tarik pelancongan. Sehingga baik dari hulu sampai ke hilir kiri kanan
sungai, ditata agar terlihat bersih dan indah. Tak dapat dipungkiri banyak
kota-kota di dunia terinspirasi Kota
Venesia, mengelola kotanya yang berada di kawasan air seperti di Melaka
ini.
Kehadiranku di Melaka berkaitan untuk menghadiri “Malam Puisi Sungai Melaka 2016.”
Sebuah acara kesastraan yang aku sendiri memang ingin menghadirinya. Tentu saja
untuk melihat perbandingan dan silaturahmi. Mengingat, dalam masa beberapa
tahun terakhir ini, pergerakan aktifitas kesastraan antara Malaysia dan
Indonesia mengalami “titik puncak” perkembangan. Tanpa menghitung dan mengukur
kualitas dan keberhasilan. Hampir setiap waktu terselenggara antar kedua Negara,
kegiatan-kegiatan kesastraan, dengan memanfaatkan berbagai momentum yang
relevan.
Itu artinya, pertumbuhan semangat aktifitas kesastraan tak
dapat terlepas dari semangat kepariwisataan. Keduanya memiliki keterkaitan.
Apalagi didasari sebagai satu “keserumpunan” Melayu di alam nusantara. Satu
sama lain saling mengunjungi. Saling berbagi informasi dan saling berupaya
untuk berpacu dalam bergiat dan berkreativitas.
NOORHAFIZAH BADALESHAH |
Menyadari pergerakan kepariwisataan dunia dalam menggerakkan
ekonomi setiap Negara, Malaysia khususnya Negeri Melaka sadar, posisi strategis
dan jejak sejarah serta nama Melaka sudah merupakan kekayaan berharga. Merawat
dan mengembangkan dalam kaedah pariwisata, akan mengalirkan pelancong dari
berbagai bangsa untuk datang ke Melaka. Bangunan-bangunan, lokasi tapak sejarah,
ketersediaan akomodasi dan konsumsi, pelayanan dan kemudahan, kenyamanan pun
keamanan, diperhatikan secara sinergi. Termasuk mengelola kawasan Sungai Melaka
menjadi perhatian sangat penting.
Sebagaimana berlaku di berbagai belahan dunia, setiap Negara
berupaya berpacu merebut perhatian masyarakat dunia. Merebut minat mereka untuk
datang melancong ke Negara masing-masing. Kini Melaka hampir tiap hari terus
datang silih berganti pelancong antar bangsa dan Negara. Perpacuan merebut daya
tarik itu, di berbagai Negara tak cukup hanya mengandalkan potensi alam,
tapak-tapak sejarah peradaban, kemudahan-kemudahan tapi perlu “dihidupi” dengan
event-event memanfaatkan berbagai momen. Event yang tidak hanya lagi terbatas
nasional tapi bertaraf internasional.
Aku kira, seperti hal itulah yang hendak dituju
diselenggarakannya seperti “Sungai Melaka International Festival 2016,”
pada 1 – 18 September 2016, bertempat di Dataran Restoran Melayu, Kg. Morten,
Melaka. Menghidupkan kekayaan warisan sejarah sebagai salah satu Kota Tua di
nusantara. Acara Malam Puisi Sungai Melaka 2016 merupakan salah satu rangkaian kegiatan
dari festival besar tersebut. Sudah tepat PENAMA yang merupakan Persatuan
Penulis Negeri Melaka, memanfaatkan peluang untuk ambil bagian dari momentum
festival ini, yang diselenggarakan dari tahun ke tahun. Demi memajukan
kesastraan dan potensi kesenian.
Tercatat pada 27 Juni 2010, bertempat di belakang Museum Samudera Sungai Melaka di Bandar
Hilir, Penama tampil memeriahkan festival. Menampilkan kesenian dendangan,
syair, nazam, gurindam dan puisi modern. Tahun 2011 di Taman Rempah, Melaka.
Merujuk berita portal www.utusan.com.my, pada penyelenggaraan 2012 Penama berhasil
meraih kegemilangan, “Malam Puisi Sungai
Melaka anjuran Persatuan Penulis Negeri Melaka (Penama) yang mengumpulkan lebih
10 pemuisi terkenal negeri ini Berjaya mencuri tumpuan lebih 2.000 pengunjung.”
MOHAMAD MUSIP |
Menghadiri Malam Puisi Sungai Melaka 2016, pada 18 September
2016 di Dataran Restoran Melayu, Kg Morten, Melaka, tepatnya di salah satu
tepian Sungai Melaka bahagian hulu, bagiku merupakan suatu peristiwa sastra
yang perlu dikelola dengan baik. Kegiatan kesastraan memang dalam hal tertentu
memerlukan perkawinan dengan seni pertunjukan. Dimana seni pertunjukan
dihadirkan ke tengah-tengah masyarakat ramai. Masyarakat yang terdiri dari
berbagai latarbelakang, pendidikan, pengetahuan, minat dan kepentingan, bertemu
pada satu tempat yang sama.
Walau pun pembacaan puisiku tidaklah baik, aku mendapat
kesempatan menjadi salah seorang pembaca puisi dalam momen ini. Menjadi
satu-satunya pembaca yang datang dari luar Melaka dan Malaysia. Akan lebih
baik, ke depannya, Penama sebagai penaja acara ini, secara alamiah juga
mengundang para pembaca-pembaca puisi dari berbagai Negara serumpun. Sehingga
kegiatan tahunan ini benar-benar Berjaya sebagai salah satu kegiatan
representative kesastraan di tanah air.
NAZAM |
Selain menampilkan sketsa teaterikal, nyanyian, nazam dan
baca puisi, juga ditampilkan para pemenang lomba baca puisi di Malam Puisi
Sungai Melaka 2016 ini. Turut membaca puisi Datin
Wira Halimah binti Baba, isteri Ketua Penama yang merupakan juga Speaker
Dewan Undangan Negeri, Datuk Othman
Muhamad. Termasuk Mohamad Musip
dan Lily Siti Multatuliana SutanIskandar.
Hadir juga Ketua Pegawai Eksekutif Perbadanan Pembangunan Sungai dan Pantai
Melaka (PPSPM) dan Pengarah Dewan Bahasa Pustaka (DBP) Wilayah Selatan. Para
seniman-seniman Melaka.
Dalam kesempatan ini, aku membacakan sepenggal dari puisi panjangku, “7 Potret Pelancong Melaka dalam Secangkir Kopi.” Puisi yang kutulis sebelum kedatanganku ke Melaka ini. Rupanya malam itu para pembaca puisi yang lain juga membacakan puisi yang bertemakan sama. Cik Awi, salah seorang pengerusi Penama dalam kesempatan sebelumnya, dalam pembicaraan lepas, pernah melontarkan gagasan di tahun 2017 puisi-puisi yang dibacakan akan diterbitkan ke dalam sebentuk buku.
Dalam kesempatan ini, aku membacakan sepenggal dari puisi panjangku, “7 Potret Pelancong Melaka dalam Secangkir Kopi.” Puisi yang kutulis sebelum kedatanganku ke Melaka ini. Rupanya malam itu para pembaca puisi yang lain juga membacakan puisi yang bertemakan sama. Cik Awi, salah seorang pengerusi Penama dalam kesempatan sebelumnya, dalam pembicaraan lepas, pernah melontarkan gagasan di tahun 2017 puisi-puisi yang dibacakan akan diterbitkan ke dalam sebentuk buku.
Yang menarik dan patut dicatat dari peristiwa Malam Puisi Melaka
2016 ini ialah dengan momen ini dapat dijadikan tantangan bagi para penyair
dalam berkarya puisi. Tantangan itu yakni tema puisi adalah perihal Sungai
Melaka dan Melaka. Sehingga lewat peristiwa ini dari tahun ke tahun, kita akan
mendapati karya puisi Sungai Melaka dan Melaka dalam pandangan seorang penyair.
Sungai Melaka menjadi inspiratif bagi kelahiran karya-karya sastra. Menjadi
sumbangan bagi kepariwisataan dunia yang tak hanya fisikal tetapi pandangan,
pikiran, seni dan penghayatan.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar