Dalam sejumlah kesempatan, aku sudah
pernah melewati Ketahun, daerah yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera
ini. Ketahun daerah Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Daerah yang terhubung
oleh jalan negara lintas provinsi Kota Padang ---Sumatera Barat--- dengan Kota
Bengkulu. Nama Ketahun melekat dalam ingatan sejak usia masih sangat muda.
Sejak zaman transportasi kapal laut masih utama dalam menghubungkan dari
pelabuhan Teluk Bayur (Sumatera) menuju
Tanjung Priok di Pulau Jawa.
Kapal penumpang masa tahun 70-an adalah kapal laut yang
masih terbilang kecil untuk masa kini. Aku pernah dimasa anak-anak ke Pulau
Jawa dengan menumpang kapal laut itu. Dalam perjalanan atau pun dari percakapan
banyak orang yang kudengar, perjalanan dengan kapal laut, kita harus tahan
“mabok laut,” karena kapal melewati “ombak
Ketahun” dan “ombak Selat Sunda.”
Kedua lokasi ombak tersebut, selalu menggoncang kapal,
sehingga mayoritas penumpang kapal banyak yang pusing kepala dan mabuk. Masih
untung melewati Selat Sunda waktu malam hari, disaat penumpang banyak sudah
tertidur. Sedang Ketahun saat siang hari. Sebab di Bengkulu, kapal akan
berhenti untuk menaikkan penumpang. Penumpang yang naik di Bengkulu harus naik
boat. Kapal tidak bisa merapat ke pantai. Hanya jangkar di tengah laut,
setentang Kota Bengkulu.
Beberapakali momen naik kapal laut pulang pergi ke Jakarta semasa anak-anak itu,
sampai sekarang masih lekat dalam ingatan.
Pada sejumlah kesempatan menuju Kota Bengkulu, momen untuk
dapat singgah di Ketahun hampir tak ada. Sampai akhirnya momen terbaik itu
didapatkan. Momen saat beberapakali menelusuri jalur perhubungan pantai barat.
Jalan yang menghubungkan Kota Padang dengan Kota Bengkulu yang mayoritas
menyisir kawasan pantai.
Setelah waktu subuh, berangkat dari Dusun Air Hitam, dimana
bermalam dalam perjalanan di sebuah kedai kecil yang dikepung kebun sawit.
Sampai di Ketahun, waktu masih terbilang belum tengah hari. Kesannya masih
dalam suasana pagi. Karena cuaca langit bermendung. Udara pun terasa dingin.
Apalagi berada di kawasan terbuka di pinggir pantai. Tepatnya di Dusun Urai,
Ketahun.
Ombak Ketahun saat berada di Dusun Urai tidak dalam situasi
besar gelombangnya. Hanya saja gulungannya berlapis-lapis. Suara derunya
sungguh mencekam. Lokasi titik tujuan pun sama sekali tidak ada penduduk. Jalan
pun hampir tak ada kendaraan yang lewat.
Tempat yang kukunjungi ini, merupakan lokasi yang sering
menjadi trending-topik pemberitaan media. Karena sering menjadi sasaran keganasan
Ombak Ketahun, Samudera Hindia, merusak jalan lintas yang menjadi urat nadi
penghubung antar provinsi.
Saat kedatangan, masih dapat ditemukan jejak bekas jalan
lama, yang kemudian dipindah ke daratan dengan jalur yang baru. Untuk berwisata
lokasi ini sungguh menarik jika cuaca terang. Kita dapat memandang laut yang
terbentang luas di hadapan. Menikmati tikungan jalan tepat di bibir tepi ombak
saat pasang naik terjadi.
Di sepanjang Bengkulu Utara, kita mudah menjumpai
pemandangan abrasi laut, membentuk daratan menjadi dinding batu dengan warna
yang memerah. Pemandangan yang sangat artistic. Sebagaimana lokasi yang aku
kunjungi ini, abrasi yang menggerus perbukitan kecil ini, seringkali menjadi
objek mereka yang berhenti di sini untuk diabadikan.
Ketahun adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkulu
Utara, Bengkulu, Indonesia. Ketahun terdiri dari 21 Desa Definitif dan 6 Desa
Persiapan, berdasarkan data yang ada Kecamatan Ketahun berpenduduk 50.044 jiwa
pada januari 2011 yang terpencar pada sekitar 534 Km2 dengan bermacam-macam
suku dan bahasa seperti suku Pekal, Suku Rejang, Suku batak, Suku Minang, Suku
Jawa, Suku Serawai, Suku Sunda.
Dari 27 desa yang ada terbagi dengan penduduk asli seperti
Dusun Raja, Talang Baru, Lubuk Mindai, Urai, Gunung Payung, Bukit Indah, Kuala
langi sebagian, yang selebihnya desa ekstransmigrasi seperti Giri Kencana,
Bukit Makmur, Marga Bakti,Bumi Harjo, Air Sekamanak, Air sebayur, Air Simpang,
Sumber Mulya, Bukit harapan,Fajar Baru, Melati Harjo, Tanjung Muara, Bukit Tinggi
dan selebihnya desa perambah yang mayoritas dari daerah Bengkulu Selatan
seperti Limas Jaya, sebayur Jaya, Alas bangun, Lembah duri, Simpang Batu, Baru
Manunggal.
Ketahun termasuk daerah yang subur dan cocok untuk
perkebunan, hal ini dibuktikan ada beberapa perusahaan perkebunan berada dalam
wilayah Bengkulu Utara ini.
Ada hal menarik ditemui dalam beberapakali perjalanan,
berpapasan di jalan dengan turis-turis asing yang bersepeda dua atau tiga
orang. Konon kabarnya ada banyak turis asing menyukai jalur Bengkulu dan Padang
dengan menggunakan sepeda.
Rasanya, meskipun sudah beberapakali singgah di Urai,
Ketahun, sampai kini aku tetap ingin berhenti sejenak di lokasi ini, bila
melewati kawasan ini. Bagiku tempat ini suatu daerah yang menyenangkan dan
kawasan yang artistic (*)
abrar khairul ikhirma
abrarkhairul2014@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar