SURAU Tuo dan Makam Keramat Taram di
Kenagarian Taram, Kecamatan Harau ± 5 km dari kota Payakumbuh, sampai saat ini
masih kerap untuk dikunjungi masyarakat. Pengunjung yang datang tersebut ada
yang memang sengaja untuk ziarah ke makam keramat, kalangan mahasiswa yang
melakukan penelitian tapi kebanyakan sering terlihat oleh penduduk, mereka
melihat-lihat bangunan surau dan makam, lalu memotret sebagai dokumentasi
mereka tanda pernah berkunjung ke Taram.
Surau Tuo dan Makam Keramat ini dengan sendirinya telah
menjadi objek wisata budaya popular di Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat,
selain mereka datang ke Taram untuk berwisata ke Bukik Bulek Taram yang unik,
terletak hanya beberapa ratus meter dari lokasi surau dan makam. Hampir senada
masyarakat sekitar lokasi mengungkapkan, senang melihat mereka yang datang
memotret surau dan makam, berarti semakin banyak orang tahu akan Taram dan
Taram tak akan pudar namanya untuk dikenal masyarakat luas.
Pada umumnya masyarakat lokasi surau dan makam tidak
keberatan untuk menceritakan tentang keberadaan dua objek tersebut. Nyaris
mereka sangat menguasai cerita adanya surau dan makam. Bahkan jika ada
pengunjung mampir di Taram, mereka kerap menanyakan apakah tak berminat melihat
surau dan makam keramat.
Makam Keramat Taram
ini adalah makam Syech Ibrahim Mufti yang merupakan salah satu penyebar agama Islam di daerah ini. Beliau bukanlah penduduk asli, melainkan seorang
pendatang yang berasal dari negeri Irak di Timur Tengah dan merupakan murid
dari Syech Abdul Rauf dari Aceh,
semasa Kerajaan Samudera Pasai.
Sebagai seorang penyebar agama Islam, beliau mempunyai
banyak kesaktian, salah satunya perihal wafat dan kuburannya. Seorang muridnya
kedatangan mimpi. Dalam mimpi itu diberitahukan, Syeikh sudah meninggal. Jika
ingin melihat kuburannya, lihatlah pada malam tanggal 27 Rajab dengan petunjuk
cahaya dari tanah. Dari tempat cahaya muncul itulah, Syeikh dimakamkan. Ternyata
lokasinya berada persis di dekat Surau Tuo sendiri.
Selain cerita itu di kalangan orang pengajian sendiri,
Syeikh Ibrahim Mufti dikabarkan bisa pergi dari daerah ini untuk memadamkan api
di Mekah, dimana saat itu di Mekah terjadi kebakaran hebat, padahal rambutnya
baru terpotong sebelah oleh tukang cukur. Setelah api padam, ia kembali muncul ke
tukang cukur yang sama, hari itu juga, melanjutkan memotong rambutnya.
Surau dan makam, kini masih terawat dengan baik. Tidak ada
dilakukan perubahan dari bentuk terakhirnya. Pastinya Surau Tuo Taram memang
nikmat untuk dikunjungi, selain untuk tempat sholat dan mengabadikan kesederhanaan
bangunan masa silamnya. Selain itu juga udara di Taram berhawa sejuk.
Menurut salah seorang warga yang ditemui disekitar lokasi, pemeliharaan
Surau Tuo dan Makam Keramat Taram ini menjadi tanggung jawab 7 Pasukuan
didaerah ini, yaitu Sumpadang, Simabur, Pitopang, Melayu, Piliang Laweh,
Piliang Gadang dan Bodi, yang bergiliran setiap 3 tahun untuk menjadi Imam,
Kotik dan Bilal. (*)
abrar khairul ikhirma
abrarkhairul2014@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar