R. Hamkama, dikenal sebagai golongan penyair “Puisi Baharu Melayu” pada kesasteraan
Malaysia dan seorang terkemuka dalam dunia keuangan perekonomian Malaysia,
meluncurkan buku puisi terbarunya berjudul, “Sajak
lxv,” di akhir bulan September 2017.
Suatu kehormatan dapat hadir dalam
acara peluncuran buku ini meskipun tidak berkesempatan untuk dapat “berbual”
dengan penulisnya. Hanya sekadar bersalaman belaka. Tersebab konteksnya sebuah
acara resmi. Aku merasa tidaklah waktu yang sesuai untuk melakukan perbincangan
dengan R. Hamkama.
Bagi R. Hamkama sendiri,
pelancaran buku puisinya inipun adalah suatu kehormatan pula. Karena acara
peluncuran bukunya, diselenggarakan bersempena dengan rangkaian acara “Seminar
Internasional Sastera Melayu Islam,” oleh Persatuan Sasterawan Numera Malaysia
dan Masjid Abdul Rahman bin Auf, Kuala Lumpur.
Acara dihadiri para sastrawan dan
akademisi dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam dan
Bangladesh. Juga undangan berhormat Ketua Pengarah DBP Kuala Lumpur.
TAN SRI DATO' SERI HAMAD KAMA PIAH BIN CHE OTHMAN BERSAMA SN DATO' DR AHMAD KHAMAL ABDULLAH PADA PELUNCURAN BUKU PUISI "LXV" 29 SEPTEMBER 2017 |
Buku “Sajak lxv” setebal 200
halaman ini, tampil dengan ukuran dan kualitas cetak yang baik. Berisikan 65
buah puisi R. Hamkama, rata-rata puisi yang ditulisnya dalam bahasa lugas,
pendek-pendek, terkesan memiliki keterkaitan erat dengan profesi kesehariannya
dalam mengurus “keuangan” bahwa “waktu adalah uang.” Karenanya dibutuhkan
“kecermatan” dalam mengelola dan menggunakannya. Tercermin pada penggunaan kata
dan pemanfaatan baris maupun bait demi bait yang ditulisnya.
“Sajak lxv” diluncurkan pada malam
29 September 2017, setelah acara Penobatan 4 Tokoh Numera 2017. Buku ini diberi
pengantar oleh Sasterawan Negara Malaysia, Dato’ Dr Ahmad Khamal Abdullah, berjudul, “R. Hamkama: Puisinya Punya
Sinergi Yang Kuat Dan Abadi,” (hal.ix-xxvii).
“R. Hamkama adalah nama pena
kepenyairan bagi Hamad Kama Piah bin Che
Othman. Dia mula aktif menulis sajak akhir tahun enam puluhan. Sajak-sajak
awalnya itu cepat membuka mata para peminat sajak dan juga para pengkritik.
Semua sekata dalam memberikan kesimpulan bahwa anak muda ini berbakat. Mood sajaknya lain dari pada pengikut
Asas 50 yang tak dapat melepaskan diri mereka dari pengaruh pantun dan syair.
Puisi pertamanya, Hari Masih Muda.”
(Hal.ix)
Untuk memudahkan bagi pembaca buku
“Sajak lxv” dari berbagai bangsa, dalam buku ini semua teks dituliskan dalam
dua bahasa. Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris. Puisi R. Hamkama dalam buku ini
diawali dengan puisi berjudul, “Mencari Makna” dan diakhiri dengan puisi,
“Mendaki Puncak.”
Selain tulisan pengantar berupa
sejumlah pembicaraan atas puisi-puisi dalam buku ini, halaman di akhir buku
juga dilengkapi sejumlah foto-foto fullcolor, sekitar memberikan gambaran
perjalanan kehidupan penyairnya dalam mengunjungi berbagai tempat dan momen
peristiwa.
Tan Sri Hamad Kama Piah atau R.
Hamkama, adalah Pengerusi Kumpulan UMW Holdings Berhard, Pengerusi PNB
Development Sdn. Berhard, E-Lock Corporation Sdn. Berhard dan beberapa syarikat
lagi. Beliau juga pernah menjadi Pengerusi Sime Darby Properties, Pengerusi
I-Berhard, Pengerusi Singapore Unit Trust Limited, Pengerusi PNB Asset
Management (Japan) Ltd, Pengerusi PNB Equity Resources Sdn. Berhard, PNB
Management Services Sdn. Berhard, Pengerusi PNB Research Institute Sdn.
Berhard, Pengerusi PNB Investment Institute Sdn. Berhard, Timbalan Pengerusi
Sime Darby Berhard dan pernah menganggotai Ahli Lembaga Pengarah PNB, ASNB,
PHNB, PNB-SBI Asean Gateway Investment Management Company Ltd, PNB Wassertein
Holdings LCC, Dialog, Titan, MNRB, MNI, 1&P Berhard, Pernec, Carrir, PNB (UK)
dan banyak lagi.
Suatu kebahagiaan, selesai
peluncuran buku “Sajak lxv” R.Hamkama, semua hadirin yang hadir di Dewan
Al-Ghazali, Masjid Abdul Rahman bin Auf, mendapatkan hadiah buku ini sebagai
suatu kehormatan,
Saat buku berada di tanganku, saat
aku mencoba membalik-balik halaman dan membaca sepintas beberapa puisi-puisi
yang ditulis R. Hamkama, ada memang terlintas ingin membaca lebih serius suatu
saat nanti dan kemudian membuat tulisan apresiasi sastra terhadap buku ini di
lain masa. Insyaallah (*) copyright: abrar khairul ikhirma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar