Jembatan
yang dibangun semasa Habibie “memancang kawasan bebas” Otorita Batam, kini
telah menjadi icon. Tak berbilang lagi, setiap hari terus saja mengalir
orang-orang mendatangi Jembatan Barelang. Ada banyak ragam cerita terukir
perihalnya.
“Di Batam kita ke
Barelang,” mungkin hampir senada begitu yang akan diucapkan orang-orang yang
berkesempatan pertamakali mendatangi Pulau Batam.
Pulau Batam dirintis
BJ Habibie di era Orde Baru dengan konsep sebagai kawasan perdagangan bebas. Kawasan
internasional yang dimiliki Indonesia. Karenanya saat itu kawasan ini dikenali
sebagai Otorita Batam yang dibawah kendali suatu badan khusus. Dalam wilayah
Provinsi Riau.
Kini Pulau Batam
termasuk di dalam wilayah Provinsi Riau Kepulauan. Kawasan yang mencakup
pulau-pulau di Selat Melaka dan Samudera Cina Selatan. Namun nasibnya, sejak
Habibie menjadi menteri dan kemudian terpilih sebagai Presiden Republik
Indonesia, konsep yang sudah dipancangkan Habibie tidak dilihat sebagai suatu
yang “menjanjikan.”
Banyak orang yang
pernah mengandalkan hidup dalam pesatnya perdagangan di semasa berstatus
otorita, kini mengatakan bahwa Batam kehilangan cahayanya yang bersinar terang.
Tidak lagi menjadi titik tujuan sebahagian besar bagi banyak tenaga kerja.
Tidak lagi menjadi kiblat transaksi perdagangan.
Pun sepertinya kini permukaan
pulau menjadi rebutan untuk dibangun ini dan itu, terkesan mencabik-cabik
konsep yang diimpikan Habibie sebagai kawasan industry dan perdagangan. Dan
memang dibutuhkan bagi Indonesia dalam menyamai peranan Singapura. Apalagi
Kepulauan Batam jauh lebih memungkinkan memiliki ketersediaan untuk pelabuhan
dan aktifitas industry perdagangan.
Kedatanganku
pertamakali di Batam, kuakui saja, salah satunya aku ingin mencapai Jembatan
Barelang. Rasanya ke Batam tak mencapai jembatan itu, serasa tak diakui bahwa
pernah ke Batam.
Apalagi di zaman penuh selfie, penuh kemudahan teknologi untuk
berfoto, merekam tempat-tempat pernah dikunjungi. Tak sesulit di masa lalu.
Dimana berfoto suatu hal yang “mahal.”
Jembatan Barelang
adalah singkatan dari BAtam, REmpang dan gaLANG. Jembatan ini menghubungkan
pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau
Galang Baru. Ada yang menyebutnya dengan nama Jembatan Habibie atau Jembatan
Satu.
Tetapi nama Jembatan
Barelang lebih popular bagi masyarakat daripada nama jembatan yang sebenarnya
bernama Jembatan Fisabilillah.
Aku sudah lebih dari
tiga kali mendatangi Jembatan Barelang sejak tahun 2013 silam pertamakali
mendatangi Pulau Batam.
Bagiku sarana jembatan ini memang luarbiasa besar
manfaatnya. Tidak hanya sekadar menjadi icon Batam.
Namun dapat menyatukan
sejumlah pulau lain selain Pulau Batam sendiri.
Pemandangan yang
didapat bila berada di atas jembatan ini, dimanapun titik berdiri, alam yang
luas seakan kita merasa menjadi kecil. Tidak berarti apa-apa. Bahkan kecemasan
dan rasa gamang sangat terasa, pabila memandangkan pandangan ke sekeliling.
Terutama ke bawah. Pada laut yang menjadi perantara pulau dengan pulau.
Jembatan Barelang dibangun
Habibie adalah jembatan berteknologi tinggi. Konon melibatkan ratusan insinyur
Indonesia tanpa adanya campur tangan dari luar negeri. Menjadi satu bahagian
terpenting adanya Trans Barelang sepanjang 54 kilometer. Memakan biaya anggaran
Otorita Batam tak kurang dari Rp 400 miliar. Pembangunannya berlangsung selama
enam tahun. Dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Jembatan Barelang atau Jembatan
I selesai pembangunannya tahun 1997.
Tidak hanya waktu
siang bahkan pada malam hari ramai dikunjungi jembatan ini.
Menurut
cerita-cerita, ada banyak kisah hal-hal mistis yang terjadi pada pengunjung
saat berada di jembatan.
Bahkan ada pula yang menjadikannya lokasi taruhan yang
dapat mengorbankan nyawa. Tapi entahlah.
Jembatan Barelang tidak hanya satu. Rangkaian Trans Barelang
ini terdiri dari enam buah jembatan. Keenamnya telah memiliki nama sendiri.
Jembatan Tengku Fisabilillah (Jembatan I), jembatan yang panjang. Jembatan Nara
Singa (Jembatan II). Jembatan Raja Ali Haji (Jembatan III). Jembatan Sultan
Zainal Abidin (Jembatan IV). Jembatan Tuanku Tambusai (Jembatan V) dan Jembatan
Raja Kecik (Jembatan VI).
Pabila datang ke Batam, walaupun sudah berkali-kali
mendatangi Jembatan Barelang, aku sampai hari ini tetap merasa kawasan ini
masih tetap menjadi daya tarik untukku. Karenanya, aku masih tetap ingin
mendatangi. Menikmati pemandangan alam yang luas terbentang (*) copyright: abrar khairul ikhirma
Terimakasih Arkhi, baru tau jembatannya banyak. Inilah jasa penulis
BalasHapus