Masjid Nabawi atau disebut dengan Al-Masjid
an-Nabawi, adalah masjid yang didirikan langsung oleh Nabi Muhammad. Terletak
di pusat kota Madinah, Arab Saudi. Tercatat sebagai masjid ketiga mula pertama
dibangun dalam sejarah Islam.
Kini Masjid Nabawi menjadi salah satu masjid terbesar di dunia.
Merupakan menjadi tempat paling suci kedua dalam agama Islam, setelah Masjidil
Haram di Mekkah. Setiap hari dari berbagai belahan dunia, umat Islam terus
berdatangan untuk mengunjunginya tak putus-putusnya. Menjadi dambaan umat
Muslim di seluruh dunia ingin mendatanginya untuk beribadah, walau sekali dalam
hidupnya.
Setiap aku memasuki salah satu pintu halaman Masjid Nabawi,
perasaan tenang selalu menjalari segenap tubuhku seketika. Dalam udara siang
yang sejuk atau pun waktu malam dengan udara yang dingin bagiku, pikiran dan
hatiku menjadi hangat melafazkan Allahummasali’alaMuhammad
dan Allahua’bar berulangkali.
Masjid ini berada dibawah perlindungan dan pengawasan Penjaga Dua Tanah Suci. Berada tepat di
tengah-tengah kota Madinah, dengan beberapa hotel dan pasar-pasar yang
mengelilinginya. Masjid Nabawi menjadi tujuan utama para jamaah Haji ataupun
Umrah. Karena di Masjid Nabawi ini terdapat makam Nabi Muhammad.
Awalnya, masjid ini berukuran sekitar 50 m × 50 m, dengan tinggi
atap sekitar 3,5 m. Rasulullah turut membangunnya dengan tangannya sendiri,
bersama-sama dengan para shahabat dan kaum muslimin. Tembok di keempat sisi
masjid ini terbuat dari batu bata dan tanah, sedangkan atapnya dari daun kurma
dengan tiang-tiang penopangnya dari batang kurma. Sebagian atapnya dibiarkan
terbuka begitu saja. Selama sembilan tahun pertama, masjid ini tanpa penerangan
di malam hari. Hanya di waktu Isya, diadakan sedikit penerangan dengan membakar
jerami.
BULAN TERLIHAT KECIL DI ATAS MADINAH |
Aku tidak sedang mengkhayal atau berangan-angan. Dalam saat
berkeliling Masjid Nabawi, aku berhenti pada salah satu sudutnya. Diantara para
jamaah yang ramai. Sambil menatap bangunan masjid, aku berusaha menarik
ingatanku dari kemegahan bangunan beton saat ini, jauh ke belakang, ke
masa-masa dimana Rasulullah masih hidup. Mengira-ngira bentuk bermulanya Masjid
Nabawi di zaman kenabian.
Aku pun membayangkan tentu di zaman itu, betapa demikian sulitnya
ketersediaan air untuk berwuduk. Angin dan debu pasir dari gurun bahagian
kehidupan. Juga terik sinar matahari kala siang, dengan kegelapan di waktu
malam. Oh betapa sunyinya suasana malam-malam di zaman itu. Sunyi yang kental
untuk berzikir dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Aku pun teringat akan ayat, “berserakanlah (siang hari) mencari
penghidupan di muka bumi, jadikanlah waktu malam masa untuk beristirahat dan
gunakanlah separohnya untuk berzikir (mengingat-Nya)”
Pada waktu selesai sholat Isya atau menjelang waktu sholat Subuh, selama
di Masjid Nabawi, selalu aku gunakan untuk tidak menutup mataku dan membuka
selebar-lebarnya hati dengan pikiran. Sehingga apapun yang terlihat dalam
pandangan mata, selalu aku jadikan sebagai tanda penuh hikmah. Melihat tingkah
laku orang. Cara masing-masing berada di tempat suci dan cara mereka
melaksanakan peribadatannya diantara manusia-manusia lain. Karena di tempat itu
tidak dirinya sendiri, juga ada orang lain. Tidak anak, tidak saudaranya, tidak
teman, tidak orang sekampung, tidak senegaranya saja tapi sesama muslim dari
seluruh dunia.
Di beberapa sudut dan ceruk bangunan Masjid Nabawi yang bersih dan
lapang itulah, di bahagian luar masjid, aku selalu melihat setiap selesai
sholat Isya atau dinihari menjelang sholat Subuh, ada saja terlihat orang-orang
dengan tenang tidur nyenyak tanpa tikar. Wajah mereka hampir tak terlihat,
karena pada umumnya kulihat tidur “berkelumun” berbungkus selimut tebal.
Seakan-akan udara terbuka yang dingin sudah hal biasa bagi mereka.
IRVAN KHAIRUL ANANDA KAKAK SULUNGKU KETIKA PAGI DI MASJID NABAWI |
Disaat lain, sewaktu membaca literature perihal Masjid Nabawi, aku
baru menyadari orang-orang yang tidur di bahagian luar masjid itu kenapa “tidak
dilarang.” Bisa jadi pada zaman Rasulullah sendiri tidak melarangnya. Sebab
bangunan Masjid Nabawi yang mula didirikan Rasulullah, di salah satu sisinya digunakan
sebagai tempat orang-orang fakir-miskin yang tidak memiliki rumah. Kemudian
orang-orang ini disebut sebagai ahlussufah
atau para penghuni teras masjid.
Nabi sendiri bertempat tinggal di Masjid Nabawi. Bangunan
kediamannya melekat pada salah satu sisi masjid. Disebutkan bahwa kediaman Nabi
ini tidak seberapa besar dan tidak lebih mewah dari keadaan masjidnya, hanya
tentu saja lebih tertutup.
Masjid ini sebenarnya merupakan bekas rumah Nabi Muhammad yang dia
tinggali setelah Hijrah (pindah) ke Madinah pada 622 M. Bangunan masjid
sebenarnya dibangun tanpa atap. Masjid pada saat itu dijadikan sebagai tempat
berkumpulnya masyarakat, majlis, dan sekolah agama. Masjid ini juga merupakan
salah satu tempat yang disebutkan namanya dalam Alquran.
Diriwayatkan Nabi Muhammad setelah kedatangannya di Kota Madinah,
menemukan lokasi ini sebagai pilihanya mendirikan Masjid Nabawi. Ketika itu
Nabi mengendarai seekor unta yang dinamai Qaswa.
Qaswa berhenti di tempat yang sekarang dijadikan masjid. Lahan tersebut pemiliknya
ialah Sahal dan Suhayl. Bagian dari lahan ini digunakan untuk lahan tempat
pengeringan kurma; sedangkan bagian lainnya dijadikan taman pemakaman.
Menolak di sebut "menerima lahan sebagai sebuah
pemberian", Nabi membeli lahan tersebut dan memerlukan waktu selama tujuh
bulan untuk menyelesaikan konstruksi. Saat itu luasnya 30.5 meter (100 ft)
× 35.62 meter (116.9 ft). Atapnya, ditunjang oleh pelepah kurma, terbuat
dari tanah liat yang dipukul dan daun-daun kurma. Tingginya mencapai 3.60 meter
(11.8 ft). Tiga pintu masjid yaitu Bab al-Rahmah ke selatan, Bab al-Jibril
ke barat dan Bab al-Nisa ke timur.
Kini merupakan jantung Masjid Nabawi ialah Raudlah (merujuk pada al-Rawdah al-Mutaharah) dan tempat
dimakamkannya Nabi Muhammad, dan dikenalnya dengan nama Kubah Hijau.
Diterima dari Anas bin Malik
bahwa Nabi Muhammad bersabda (artinya):"Barangsiapa
melakukan salat di mesjidku sebanyak empat puluh kali tanpa luput satu kali
salat pun juga, maka akan dicatat kebebasannya dari neraka, kebebasan dari
siksa dan terhindarlah ia dari kemunafikan." (Riwayat Ahmad dan
Thabrani dengan sanad yang sah).
Setiap memasuki pintu gerbang halaman Masjid Nabawi, aku
mengucapkan Assalamualaikum dalam
hati. Kuingat kedatangan Nabi ke Madinah dan nama onta kendaraannya yang indah,
Qaswa (*) copyright:
abrar khairul ikhirma 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar