PARA seniman masa tahun
2000 ke bawah, khususnya yang beraktifitas di Kota Padang, Sumatera Barat,
hampir semua mengenal “Sang Mama” Joesna Roestam. Kalau pun tidak akrab,
setidaknya mengenal namanya. Bukan tersebab hanya beliau isteri seorang
budayawan dan impresario Roestam Anwar
tapi, beliau sendiri adalah seorang pengabdi seni. Senang berkomunikasi dengan
seniman-seniman yang aktif berkesenian. Menonton pertunjukan kesenian,
mendatangi pameran atau pun mengikuti kegiatan diskusi.
Pada ulang tahun Mama Joesna ---begitu panggilannya oleh
banyak orang--- di 29 Juni 2013, aku mendesain kartu ucapan ulang tahun, untuk
dipublikasikan pada teman-teman fb. Karena aku sudah sangat lama tak pernah
berjumpa beliau, semenjak akhirnya aku mengundurkan diri dari kehidupan
komunitas kesenian di daerahku.
Mama Joesna adalah orangtua
angkatku, karena dalam rentang waktu yang lama, aku pernah menjadi salah
seorang “warga Hotel Minang” dan “warga rumah di Jalan Perak,” Padang, dimana
dua tempat itu menjadi tempat tinggal Keluarga Roestam Anwar. Aku pun menjadi “anak” diantara anak-anaknya;
Anida Kristine, Emil Demitra, Widia
Fagritza dan Riri Amalas Yulita.
Hingga ada istilah, aku menjadi “anak yang tak bernomor.” Artinya tidak berada
dalam urutan anaknya yang empat orang itu. Semasa itu, aku disebut “anaknya si
Babe” baik dalam keluarga maupun bagi orang-orang kesenian. Babe, panggilan
untuk Roestam Anwar bagi kalangan seniman.
Alhamdulillah, ramai memberikan
ucapan selamat pada si Mama yang berulangtahun, ketika gambar ucapanku
diposting di fesbook. Beberapa hari kemudian, pada kotak comen, postingan itu
ditanggapi salah seorang saudaraku, Riri Amalas Yulita, bermukim di Bandung,
mengabarkan:
“Arkhi.
Aku sangat terharu membaca tulisan ini... Tergesa gesa Aku menuju kamar mama.
Mama sedang mengaji di tempat tidur. Hampir 3 bulan terakhir kegiatan Mama
mengaji terus tak henti-henti. Aku paksa Mama berhenti mengaji... Karena
biasanya selesai mengaji Mama langsung tidur..., Aku buka facebook dan Aku
lihatkan tulisan ini. Mama membaca dengan seksama dan menyeletuk, Tagak
---berdiri--- bulu ramang Mama “mambaco” tulisan si Arkhi ko ... Aku timpali,
Aku beritahu si Arkhi beko (nanti) Ma, kalau Dek tulisan ko baranti Mama
mengaji Dek nyo.... Terimakasih “again” Arkhi.... Taragak bana kami bisa
bakumpua Mama Jo kawan kawan di Banduang... Sekedar membuat gembira Mama. Awak charter
pesawat yang Langsuang Padang-Banduang tuuu…. baa agak Ati....(bitu biaso nyo
papa Roestam mampadasoan awak sadonyo...)” (Minggu, pukul 21:56
melalui seluler).
Siapa sebenarnya Joesna Roestam Anwar dimataku?
Kutuliskan begini di atas gambar ucapan di hari
ulangtahunnya di tahun 2013:
“Beliau piawai memainkan alat music gitar, biola, accordion
dan tentu saja piano. Tak banyak yang mengetahui ia paham farmasi dan menguasai
sejumlah bahasa asing. Ia seorang Seniwati Sejati. Namanya dikenal tahun
1960-an dan 1980-an oleh banyak seniman Ranah Minangkabau. Ia penyanyi
tempoe-doeloe di zaman Orkes Gumarang
berkibar. Di zaman persahabatannya seniwati lukis dan koreografer tari
legendaries Indonesia, Hoerijah Adam.
Sesungguhnya…, ia seorang isteri yang setia, santun dan
tabah untuk memahami, mendampingi Roestam Anwar, pengusaha, budayawan dan
impresario, yang berperan penting dalam kesenian dan kebudayaan di Sumatera
Barat, ketika Minang “mambangkik batang tarandam.”
Ia juga Mama yang baik untuk anak-anaknya dan buat kehidupan
para seniman dan budayawan.
Dan sungguh, satu denting ketukan piano itu, banyak
maknanya…” (*)
abrar khairul ikhirma
Juni, 2013
Sosok ibu yang memiliki kharisma tidak hanya untuk anak-anaknya tetapi juga buat teman anak-anaknya...bangga memiliki cerita bersama keluarga Roestam Anwar. kami berlima bersaudara dan masing-masing kami berteman dengan ke empat putra dan putri beliau sesuai dengan umur dan angkatan kami. pas banget, kakak tertuaku berteman dengan Uni kris, kakak perempuanku berteman dengan da Emil. Aku sendiri dengan Boy dan adik laki-lakiku dengan Riri...hanya adik bungsuku yang tidak ada pasangannya. Ibuku cukup dekat dengan Ibu Joesna dan boleh dibilang keluarga Roestam Anwar adalah teman keluarga kami. Ada bagian cerita bersamaa keluarga ini selama kami berada di Tanah Minang. Teriring salam dan doa buat semua keluarga Roestam Anwar.
BalasHapusYa, beliau adalah ibu seniman yang baik.
Hapussetidaknya tulisan ini sebagai penghargaan untuk Sang Mama, salam