Pada hari raya tahun ini, 12 September 2016, adalah pertamakali aku
alami, tidak di Negara sendiri. Jauh dari kampong halaman, jauh dari handai
taulan. Aku berada di Negeri Kedah, Negeri di utara Kerajaan Malaysia. Dalam perjalanan
budaya. Kelanjutan setelah mengikuti “Temu Penyair Asean 2016” di Kuala Lumpur,
ibukota Malaysia.
Suatu
anugerah bagiku, dapat melaksanakan sholat Iedhul Adha di masjid yang besar dan
megah. Masjid yang terletak dalam kawasan Universitas Utara Malaysia (UUM), di
Sintok, Kedah. Berbaur dengan mahasiswa antar bangsa dan masyarakat setempat. Bertemu
dan berkenalan dengan mahasiswa dari Indonesia.
Seusai
sholat, di bahagian salah satu sisi masjid, sudah disediakan makanan dan
minuman untuk semua yang bersholat. Alhamdulillah… aku ikut menikmatinya dalam
suasana kebersamaan dan kekeluargaan. Tak tersedia satu kursi pun. Semuanya
dengan santai menikmati duduk di lantai masjid yang bersih di sana-sini.
Jauh beda
dengan di daerahku. Hanya sesaat seusai sholat, masjid segera menjadi senyap.
Tapi di sini, untuk waktu yang lama, tetap ramai. Seperti terasa sekali momen
ini adalah kesempatan untuk berkumpul, bersilaturahmi. Semua orang ingin
memanfaatkan dan menikmatinya dengan baik.
Setelah
menikmati makanan dan minuman diantara para mahasiswa itu, aku berjalan keluar.
Posisi bangunan masjid terletak di ketinggian kontur tanah. Memiliki halaman
dirawat dengan baik. Ada tanaman pohon yang rindang pada salah satu sudut. Ada
terdapat gazebo, juga bangku-bangku permanen disediakan tanpa merusak
kenyamanan keindahan.
Aku turut
bergabung dengan Andhyka, mahasiswa
UUM asal Palembang, Indonesia, mengambil Program Phd di UUM. Andhyka baru
beberapa hari kedatangan isterinya dari Jakarta. Juga Erik, putera Minang asal Bukittinggi. Dan seorang teman mahasiswa
lagi, aku lupa namanya. Kami menikmati udara terbuka di halaman masjid, di
bangku beton di bawah siraman cahaya matahari yang lembut.
Sebelumnya,
sebelum bergabung dengan teman-teman itu, aku sempat bertemu seorang mahasiswa
di salahsatu sisi masjid, ternyata orang Bukittinggi. Cucu dari pemilik Bioskop Eri Bukittinggi. Beliau juga
tengah kuliah dan tak sempat untuk dapat pulang kampong.
Tak berapa
jarak dari lokasi kami berkumpul, ada dua gazebo. Dari sana kegembiraan tak
berkurang. Suara keakraban terasa sangat kental. Mereka adalah para mahasiswa
yang berasal dari Indonesia. Begitulah…, dengan demikian, mereka masih dapat
menikmati mengobat rindu dari orangtua, sanak family dan handai taulan yang
berada di tanah air.
Dari halaman
depan masjid, bersama-sama, kami menuju halaman belakang masjid. Lumayan juga
ditempuh dengan berjalan kaki. Suasana keramaian belum berkurang. Dalam
perjalanan, kami berpapasan mahasiswa berbagai bangsa. Suasana keakraban
Islami.
Kami menuju
lokasi pelaksanaan qurban. Pada saat ini, saya pun berkesempatan untuk
menyaksikan pelaksanaan qurban, yang disaksikan para mahasiswa dari berbagai
bangsa. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar