Sinar matahari mengabur tak terang di
wajahmu
Terasa pedih berpasangan bola mata
terbuka
Menyipit dari pantulan cahaya
Menghuncamkan pedang tajam ke titik
hitam
Kornea tua di perjalanan
Hari nan sedang tengah hari
Berhenti di sini
Dari Kuala Lumpur aku berjumpa padamu
Pada keadaan ketidakmengertian
Mengapa tiap orang datang tiap orang
pergi
Seketika bergegas berlari sepanjang
rel
Sejauhmata memandangkan petak sawah
Perbukitan ladang-ladang petani tak
lelah
Kebun sawit berjajar rapi menghadang hari
Pintu gerbong Kereta Tanah Melayu
Terbuka tanpa ragu-ragu
Sekejap setelah roda besi terhenti
Tepat di hadapanmu kini
Walau tak berharap ada yang menanti
Menyambut pengembara datang kini
Atau mereka yang pergi kembali pulang
Sesungguhnya siapa berada di sini ?
Tak ada jawaban pasti bagi satu
pertanyaan
Apalagi berjuta-juta penjelasan
diungkapkan
Hanya seorang Polis berjalan pelan
Di sisi gerbong yang diam
Sesaat gerbong itu berangkat
Membawa pergi hati ke setasiun
berikutnya
Yang tiba pun telah lenyap
Tinggal hanya jejak kaki tak berbunyi
Senyap itu kulihat dari ujung ke
ujung
Apakah kota ini berdekap sendiri
Tanpa cinta yang telah mati.
Namamu terbaca tereja
Di tonggak keyakinan aku berdiri
“Arau”
----
Minggu,
04 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar